Kisah Budi Daya "Polohi Wasu", Obat Tradisional dari Suku Mori Bisa Obati Penyakit Kanker
Tanaman itu dipercaya bisa menyembuhkan berbagai penyakit baik kategori ringan maupun parah, termasuk penyakit tumor dan kanker.
Indonesia memiliki beragam flora yang di antaranya bisa dimanfaatkan sebagai tanaman obat. Salah satu tanaman obat itu bernama “Polohi Wasu”. Tanaman ini dimanfaatkan sebagai obat tradisional Suku Mori, Morowali Utara, Sulawesi Tengah.
Pemanfaatan Polohi Wasu sebagai tanaman obat pada kehidupan mereka telah diwariskan secara turun-temurun. Tanaman itu dipercaya bisa menyembuhkan berbagai penyakit baik kategori ringan maupun parah, termasuk penyakit tumor dan kanker.
-
Bagaimana orang Mesir Kuno mengobati kanker? Indikasi adanya bekas luka di sekitar lesi menunjukkan bahwa upaya pembedahan telah dilakukan untuk memberikan pengobatan dan dapat menjadi salah satu contoh awal pengobatan kanker.
-
Mengapa orang Mesir Kuno mengobati kanker? 'Kami melihat meskipun orang Mesir Kuno mampu menangani patah tulang tengkorak yang kompleks, kanker masih merupakan batas pengetahuan medis,' kata Tatiana Tondini, seorang peneliti di Universitas Tübingen.
-
Kenapa temu putih bagus untuk melawan kanker? Zat aktif yang terdapat dalam temu putih, seperti kurkumin, diketahui memiliki efek anti-inflamasi dan anti-kanker. Kurkumin dapat menghambat pertumbuhan sel kanker, merangsang apoptosis (kematian sel kanker), dan menghambat proses angiogenesis (pembentukan pembuluh darah baru yang mensuplai sel kanker). Selain itu, temu putih juga dapat mengurangi peradangan dalam tubuh, yang berperan dalam perkembangan kanker.
-
Apa yang bisa disembuhkan batu ajaib Ponari? Batu ajaib tersebut kemudian membuat kehebohan pada masanya karena diklaim memiliki kemampuan untuk menyembuhkan berbagai penyakit.
-
Bagaimana cara warga Betawi mengobati penyakit? Penyakit-penyakit itu biasanya akan secara bertahap berkurang kondisinya jika dilakukan pengobatan secara tradisional melalui resep dedaunan serta tumbuhan.
-
Bagaimana orang Sunda memanfaatkan tumbuhan untuk pengobatan? Mereka kemudian meracik ramuan jamu dengan macam-macam tumbuhan, sesuai kebutuhan tubuhnya.
Masyarakat sekitar mengambil tanaman Polohi Wasu langsung dari hutan di daerah Morowali Utara. Tanaman ini tumbuh secara alami pada tempat yang teduh dan lembab di antara bebatuan besar pada ketinggian sekitar 700 mdpl.
Berikut selengkapnya:
Obat Tradisional yang Mujarab
Beberapa warga di sana memanfaatkan Polohi Wasu sebagai komoditas ekonomi, salah satunya adalah pasangan lansia Yenisen Bolendea (72 tahun) dan Armenius Lolo (93 tahun). Yesinen mengatakan tanaman obat Polohi Wasu terbukti telah menyelamatkan banyak jiwa.
“Kalau misal sakit seperti kanker payudara memang harus minum secara kontinyu. Kalau memang sudah bagus baru berhenti. Kalau sudah minum dua sampai tiga kali, diperiksa dulu sama dokter. Apakah cocok atau tidak,” kata Yesinen dikutip dari kanal YouTube BRIN Indonesia.
Polohi wasu yang diambil di alam, kemudian dijemur hingga benar-benar kering agar tidak berjamur dan bisa disimpan dalam waktu yang lama. Cara penggunaannya dengan diseduh seperti daun teh.
Diekspor ke Seluruh Indonesia
Baiknya obat tradisional diminum pada malam hari atau saat tidak lagi beraktivitas di luar rumah. Apalagi reaksi setelah minum obat tradisional ini adalah sering buang air besar. Sementara itu untuk penderita yang sudah parah biasanya akan mengeluarkan kotoran bersamaan dengan darah kotor saat buang air besar setelah mengonsumsi obat tradisional itu.
Armenius dan Yesinen mulai menjual obat tradisional itu sejak tahun 2000-an. Bahkan ia pernah ke Sulawesi Utara untuk membawa Polohi Wasu sebanyak 1.000 ikat. Pelanggannya berasal dari wilayah Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara. Bahkan kini Polohi Wasu telah dijual ke seluruh Indonesia dengan nama “Benalu Batu”.
Saat ini, Armenius masih menjual Polohi Wasu. Satu bungkusnya berisi 3-5 helai daun serta resep dan dijual dengan harga Rp20 ribu.
Riset Akademik Terkait Polohi Wasu
Kemanjuran Polohi Wasu sebagai obat tradisional mengundang perhatian para akademisi. Pada tahun 2019, Prof. Dr. Ramadhanil Pitopang mempublikasikan sebuah jurnal ilmiah berjudul “Begonia medicinalis, a new species from Sulawesi, Indonesia”.
“Spesies tanaman ini belum pernah dideskripsi orang. Dari riset itu diketahui jenis baru dari Sulawesi,” kata Prof Ramadhanil Pitopang.
Penelitian lanjutan kemudian dilakukan oleh Prof. Sulaiman Zubair yang menyimpulkan bahwa Begonia medicinalis sebagai obat herbal yang berpotensi untuk antioksidan dan antivirus. Penelitian ini dipublikasikan pada jurnal ilmiah internasional pada tahun 2021 berjudul “Antioxidant and antiviral potency of Begonia medicinalis fractions”.
Perlu Usaha Konservasi
Walaupun memiliki khasiat yang luar biasa, tanaman Polohi Wasu hanya bisa ditemukan di hutan Morowali Utara dan Luwu Timur. Sehingga perlu dilakukan konservasi untuk menjaga kelestariannya. Berbagai usaha pengembangbiakan dilakukan oleh para akademisi, salah satunya melalui teknologi kultur jaringan.
“Obat ini memang harus dilestarikan. Yang penting tanaman ini masih ada di hutan. Kalau di hutan sendiri tanaman ini memang masih banyak, tapi lokasinya jauh di dalam,” ungkap Yesinen seperti dikutip dari kanal YouTube BRIN Indonesia.