Pengobatan Kanker Sudah Dilakukan Sejak Zaman Mesir Kuno, Ilmuwan Temukan Buktinya di Dua Tengkorak Berusia 4.000 Tahun
Beberapa bukti terdokumentasi paling awal dari praktik medis dan pembedahan berasal dari peradaban Mesir Kuno.

Beberapa bukti terdokumentasi paling awal dari praktik medis dan pembedahan berasal dari peradaban Mesir Kuno.

Pengobatan Kanker Sudah Dilakukan Sejak Zaman Mesir Kuno, Ilmuwan Temukan Buktinya di Dua Tengkorak Berusia 4.000 Tahun
Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Frontiers in Medicine menunjukkan bekas luka yang ditemukan pada tengkorak berusia 4.000 tahun, menunjukkan orang Mesir Kuno pernah berusaha mengobati penyakit kanker.
Beberapa bukti terdokumentasi paling awal dari praktik medis dan pembedahan berasal dari peradaban Mesir Kuno. Para dokter memiliki pengetahuan tentang anatomi manusia dan pembedahan merupakan praktik yang umum dilakukan untuk mengobati berbagai kondisi dan cedera, seperti yang dikutip dari Heritage Daily, Jumat (31/5).
“Kami melihat meskipun orang Mesir Kuno mampu menangani patah tulang tengkorak yang kompleks, kanker masih merupakan batas pengetahuan medis,” kata Tatiana Tondini, seorang peneliti di Universitas Tübingen.
Untuk mempelajari batas-batas perawatan traumatologi dan onkologi di Mesir Kuno, para peneliti memeriksa dua tengkorak manusia yang menunjukkan tanda-tanda lesi neoplastik dan traumatik ganas.
Salah satu tengkorak (diberi nomor 236) adalah seorang pria yang hidup sekitar tahun 2687 dan 2345 SM.
Pengamatan mikroskopis menunjukkan sebuah lesi besar yang konsisten dengan kerusakan jaringan yang berlebihan dan sekitar 30 lesi kecil yang bermetastasis.

Indikasi adanya bekas luka di sekitar lesi menunjukkan bahwa upaya pembedahan telah dilakukan untuk memberikan pengobatan dan dapat menjadi salah satu contoh awal pengobatan kanker.
“Temuan ini merupakan bukti unik tentang bagaimana pengobatan Mesir kuno mencoba menangani atau mengeksplorasi kanker lebih dari 4.000 tahun yang lalu,” kata Profesor Edgard Camarós, seorang ahli paleopatologi di University of Santiago de Compostela.
Tengkorak lainnya (diberi nama E270) adalah milik seorang wanita yang hidup sekitar tahun 663 dan 343 SM. Tengkorak E270 juga menunjukkan lesi besar yang konsisten dengan tumor kanker dan kerusakan jaringan. Sebuah pemeriksaan menunjukkan dua lesi yang telah sembuh dari cedera traumatis, satu kemungkinan terjadi dari peristiwa kekerasan jarak dekat dengan menggunakan senjata tajam.
“Hal ini memberikan pengamatan bioarkeologi yang menantang mengenai kegiatan yang berhubungan dengan gender, seperti keterlibatan dalam peperangan. Sebenarnya, beberapa penulis memberikan data terkait kerangka yang menunjukkan rasio pria-wanita Mesir kuno yang serupa mengenai cedera traumatis dalam konteks konflik politik dan sosial," jelas para peneliti.