Penelitian Buktikan Orang yang Suka Makanan Manis Cenderung Punya Hati Lebih Baik
Kesukaan seseorang terhadap makanan manis ternaya berhubungan dengan rasa baik hati yang dimilikinya.
Makanan manis seperti permen, cokelat, dan es krim sering kali menjadi pilihan favorit banyak orang. Ternyata, kecintaan kita pada rasa manis bukan hanya sekadar soal selera. Sebuah penelitian terbaru menunjukkan bahwa mereka yang memiliki "sweet tooth" atau kegemaran terhadap makanan manis cenderung memiliki kepribadian yang lebih baik. Penelitian ini menemukan bahwa orang yang menyukai rasa manis juga cenderung lebih ramah, peduli, dan penuh empati.
Dilansir dari Psychology Today, penelitian ini dipublikasikan dalam Journal of Research in Personality oleh Brian P. Meier dan timnya pada November 2024. Mereka mengeksplorasi hubungan antara kesukaan terhadap makanan manis dan tingkat agreeableness, yaitu sifat yang mencerminkan keramahan, empati, dan kehangatan seseorang terhadap orang lain.
-
Apa pengertian psikotes? Psikotes adalah alat evaluasi yang digunakan oleh perusahaan, lembaga pendidikan, atau profesional psikologi untuk mengukur berbagai aspek psikologis individu, seperti kemampuan kognitif, kepribadian, minat, dan sikap.
-
Mengapa kesehatan mental sangat penting? Sebab, kesehatan mental merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan pada setiap manusia. Sejatinya, kesehatan mental sama pentingnya dengan kondisi jasmani seseorang.
-
Bagaimana kesehatan mental memengaruhi kesehatan fisik? Sejumlah penelitian telah menemukan bahwa penyakit mental dapat mempercepat penuaan biologis, bermanifestasi sebagai peningkatan tingkat penyakit kardiovaskular dan penyakit terkait usia lainnya.
-
Apa itu tes psikomotorik angka? Tes psikomotorik angka adalah salah satu jenis tes psikotes yang bertujuan untuk mengukur kemampuan kognitif dan motorik seseorang dalam memahami pola-pola angka dan hubungan matematis.
-
Mengapa mental health penting? Kesehatan mental sangat penting karena memengaruhi cara seseorang menangani stres, hubungan interpersonal, dan pengambilan keputusan. Pentingnya kesehatan mental tidak bisa diabaikan karena berdampak langsung pada kualitas hidup seseorang.
-
Mengapa hubungan toksik berbahaya bagi kesehatan mental? Bentuk tindakan negatif yang bisa memengaruhi kesehatan mental seseorang ini bisa berupa serangan secara fisik, psikologis, atau emosional.
Studi tersebut melibatkan 1.650 partisipan dari berbagai budaya, termasuk 373 orang dari Tiongkok, 474 dari Jerman, 401 dari Meksiko, dan 402 dari Amerika Serikat. Para partisipan diminta untuk menilai seberapa besar mereka menyukai berbagai jenis rasa, seperti manis, asam, asin, pahit, dan pedas. Selain itu, mereka juga diminta untuk mengisi skala agreeableness, dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti “apakah Anda bersimpati dengan perasaan orang lain?” dan “apakah Anda meluangkan waktu untuk membantu orang lain?”.
Hasilnya? Di semua sampel budaya yang diuji, orang yang lebih menyukai rasa manis ternyata memiliki skor yang lebih tinggi dalam sifat agreeableness. Mereka yang lebih sering menikmati makanan manis seperti cokelat, madu, dan es krim cenderung lebih peduli, lembut, dan memiliki “soft heart” atau hati yang lembut.
Metafora Rasa Manis dalam Kehidupan Sehari-hari
Temuan ini juga sejalan dengan konsep conceptual metaphor theory. Teori ini menjelaskan bagaimana kita menggunakan pengalaman inderawi, seperti rasa, untuk memahami konsep abstrak seperti sifat dan karakter manusia. Kata-kata seperti "sweet," "sweetie," atau "honey" sering digunakan untuk menggambarkan orang yang baik hati, penyayang, atau menyenangkan. Hal ini menunjukkan bahwa, secara kognitif, kita mengaitkan rasa manis dengan sifat-sifat positif dan kehangatan emosional.
“Hubungan antara keramahan dan preferensi terhadap rasa manis bertepatan dengan istilah yang terkadang digunakan untuk menggambarkan orang yang baik dan ramah,” ungkap Brian P. Meier dalam laporan penelitiannya. Dengan kata lain, orang yang menyukai rasa manis secara tidak langsung dipandang sebagai orang yang manis hati dan baik budi.
Bukti dari Berbagai Budaya
Menariknya, korelasi antara kesukaan terhadap rasa manis dan tingkat kepribadian yang lebih baik tidak hanya ditemukan di satu budaya saja. Penelitian ini menunjukkan bahwa hubungan tersebut konsisten di antara berbagai budaya—baik di Asia, Eropa, maupun Amerika. Artinya, kecenderungan untuk mengaitkan rasa manis dengan sifat ramah dan peduli tampaknya bersifat universal.
Penelitian ini tidak hanya memberikan wawasan baru tentang preferensi rasa, tetapi juga membuka pintu untuk memahami bagaimana budaya dan bahasa membentuk cara kita memandang kepribadian. "Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa orang di berbagai budaya menggunakan pengalaman rasa manis untuk memahami atau mengkonseptualisasikan kebaikan," tambah Meier.
Manisnya Dampak Positif
Jadi, jika Anda termasuk orang yang gemar menikmati makanan manis, mungkin ada alasan lebih dalam di balik kegemaran Anda tersebut. Sifat menyukai rasa manis bukan hanya sekadar soal selera, tetapi juga bisa mencerminkan karakter Anda yang penyayang dan penuh empati. Orang yang menikmati rasa manis tampaknya tidak hanya memanjakan lidah mereka, tetapi juga membawa kebaikan hati dalam interaksi sehari-hari.
Penelitian ini memberikan perspektif baru bahwa ada hubungan antara apa yang kita makan dan bagaimana kita berperilaku. Di balik sepotong cokelat atau sesendok es krim yang kita nikmati, mungkin tersembunyi karakter yang lebih hangat dan penuh cinta.
Maka lain kali Anda menyaksikan seseorang tersenyum saat menikmati makanan manis, ingatlah bahwa mungkin mereka juga memiliki hati yang manis. Bagaimana dengan Anda, apakah Anda termasuk orang yang menyukai makanan manis? Jika ya, mungkin Anda juga memiliki hati yang lebih baik.