Perlu Dihindari! Ketahui Bahaya Konsumsi Gula Berlebih pada Bayi
Konsumsi gula berlebih dan makanan manis perlu dihindari terutama pada bayi karena sejumlah dampak yang berisiko terjadi.
Konsumsi gula berlebih dan makanan manis perlu dihindari terutama pada bayi karena sejumlah dampak yang berisiko terjadi.
-
Gula apa yang ga boleh dikonsumsi bayi? Gula tambahan yang dimaksud adalah gula yang ditambahkan ke dalam makanan atau minuman, seperti gula pasir, gula merah, madu, sirup, selai, atau permen.
-
Mengapa konsumsi gula berlebih berbahaya untuk anak? Kebiasaan ini dapat membuat anak terbiasa dengan rasa manis yang berlebihan, yang berdampak pada peningkatan kadar gula dalam darah. Kadar gula darah yang tinggi akibat konsumsi gula berlebih dapat mempermudah virus dan bakteri berkembang dalam tubuh anak.
-
Apa bahaya gula berlebihan untuk anak? Konsumsi gula berlebihan pada anak dapat menyebabkan berbagai dampak negatif yang signifikan terhadap kesehatan dan tumbuh kembang mereka.
-
Gimana cara batasi gula untuk bayi baru lahir? Membatasi asupan gula tidak hanya melibatkan pemilihan makanan yang tepat, tetapi juga memperhatikan asupan harian yang sesuai dengan kebutuhan anak.
-
Kapan bayi boleh konsumsi gula? Setelah usia 6 bulan, bayi mulai boleh diberikan makanan pendamping ASI (MPASI) sebagai sumber nutrisi dan energi tambahan.
-
Siapa yang bilang bayi ga boleh gula? Menurut WHO, bayi sebaiknya tidak diberikan gula sama sekali sampai usia 6 bulan.
Perlu Dihindari! Ketahui Bahaya Konsumsi Gula Berlebih pada Bayi
Praktisi Kesehatan Masyarakat, dr. Ngabila Salama, mengungkapkan sejumlah dampak buruk yang dapat terjadi akibat konsumsi gula yang berlebihan pada bayi. Menurutnya, bayi belum dapat mengenali rasa dari makanan dan minuman yang dikonsumsi dengan baik, sehingga paparan gula berlebih dapat mempengaruhi preferensi makanan mereka.
“Pada dasarnya, bayi belum dapat mengenai rasa dari makanan dan minuman yang dikonsumsi, rasa manis dan asin berlebihan membuat anak jadi picky memilih-milih makan,” kata Ngabila dilansir dari Antara.
Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa bubur bayi instan yang diklaim memiliki kandungan gizi lengkap dan seimbang, dikatakannya memiliki kandungan yang berbeda jauh dengan Makanan Pendamping ASI (MPASI) alami yang dibuat untuk anak usia enam sampai 24 bulan. Hal ini disebabkan oleh proses produksi yang panjang, memungkinkan kandungan nutrisi di dalamnya menurun dan dapat mengandung pengawet atau perasa buatan.
“Pemberian MPASI alami pada anak 6-24 bulan dan sesudahnya tetap yang terbaik,” katanya.
Ngabila menekankan bahwa pemberian MPASI alami pada bayi usia 6-24 bulan dan seterusnya tetap yang terbaik. Jika ibu ingin memberikan perasa manis pada bayi, madu alami adalah pilihan yang lebih baik, dengan catatan tidak diberikan pada bayi yang baru berusia kurang dari satu tahun.
Pemberian gula disebutnya boleh dilakukan pada bayi usia di atas enam bulan sesudah lulus ASI eksklusif sebagai bahan MPASI dengan takaran yang sesuai,.
Dampak dari konsumsi gula berlebihan pada bayi tidak hanya terbatas pada preferensi makanan, namun juga dapat mempengaruhi kesehatan secara keseluruhan. Salah satu permasalahan utama yang sering terjadi adalah bayi menolak untuk diberikan ASI, yang sangat merugikan bagi pertumbuhan dan perkembangan mereka.
Ngabila menjelaskan bahwa biasanya bayi memilih untuk mengonsumsi air berasa karena lebih nyaman di mulut setelah mengenali rasa manis. Namun, konsumsi makanan manis secara berlebih terus menerus dapat menyebabkan kerusakan gigi, terutama ketika gigi pertama muncul.
Lebih lanjut, konsumsi gula berlebihan juga berpotensi memicu hiperaktivitas pada bayi dan anak-anak, serta dapat menyebabkan kelesuan dan kelemasan karena peningkatan produksi hormon insulin dalam tubuh.
“Selanjutnya, dapat memicu hiperaktif. Gula dapat diserap ke dalam darah dengan sangat cepat, kadar gula darah yang tinggi meningkatkan adrenalin dan hiperaktif pada bayi, balita serta anak-anak,” ucap Ngabila.
Selain berpotensi terbentuk sikap hiperaktif, ada pula kemungkinan bayi mengalami kelesuan akibat terjadinya peningkatan produksi hormon insulin. Hal tersebut yang menjadi pemicu kelesuan, lemas, dan bayi menjadi tidak aktif.
Ngabila menyarankan agar orang tua lebih memperhatikan asupan gizi yang diberikan kepada bayi mereka, serta membatasi konsumsi gula berlebihan agar dapat mengurangi risiko dampak buruk pada kesehatan bayi.