Risiko bunuh diri bisa dideteksi lewat tes darah
Peneliti menemukan enzim yang berkaitan dengan besarnya kecenderungan bunuh diri seseorang.
Kecenderungan seseorang untuk melakukan bunuh diri biasanya terlihat dari perilakunya. Namun kini peneliti mengembangkan cara baru untuk mendeteksi kecenderungan seseorang melakukan bunuh diri, yaitu melalui tes darah. Peneliti menemukan enzim yang terkait dengan perilaku seseorang untuk menyakiti diri sendiri.
Sebuah enzim bernama SAT1 berkaitan dengan kecenderungan melakukan bunuh diri pada kelompok pasien yang mengalami kelainan bipolar, dan masalah mental. Hal ini biasanya terlihat melalui beberapa perubahan mood yang ekstrem.
-
Kenapa Buleng digemari? Warga menyukai Buleng lantaran penampilannya yang menyenangkan, dengan suguhan musik tradisional Betawi, Gambang Kromong.
-
Kenapa deskripsi penting? Tujuan dari teks deskripsi adalah untuk memberikan gambaran dan penjelasan kepada pembaca agar mereka memahami objek apa yang sedang dibahas atau dibicarakan dalam sebuah teks.
-
Siapa penemu burjo? Ide jualan burjo pertama kali datang dari seorang pria asal Kuningan, Jawa Barat, yang dikenal dengan nama Salim.
-
Kenapa Wa Kepoh begitu digemari pendengar? Kehadirannya selalu ditunggu para pendengar, karena gaya mendongeng yang disampaikan unik. Wa Kepoh bahkan bisa menirukan banyak suara tokoh dan membuat suasana cerita jadi hidup meski hanya mengandalkan audio.
-
Kenapa Pemilu penting? Pemilu merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat untuk memilih Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Anggota Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden serta Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
-
Kapan PDRI dibentuk? Walaupun secara resmi radiogram Presiden Soekarno belum diterima, tanggal 22 Desember 1948, sesuai dengan konsep yang telah disiapkan, dalam rapat tersebut diputuskan untuk membentuk Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI), dengan susunan sebagai berikut:
Peneliti menemukan bahwa pola enzim dalam darah bisa menunjukkan kecenderungan seseorang untuk melakukan bunuh diri. Mereka mengamati sembilan pasien yang menunjukkan kecenderungan bunuh diri tinggi serta sembilan orang yang pernah melakukan bunuh diri. Keduanya memiliki kesamaan.
"Banyak orang yang tak menunjukkan keinginan mereka untuk melakukan bunuh diri. Kemudian mereka melakukannya dan tak ada orang yang bisa mengubah atau menolongnya. Kita membutuhkan cara yang lebih baik untuk mengidentifikasinya dan mencegah hal tersebut terjadi," ungkap ketua peneliti Dr Alexander Niculescu dari Indiana University, seperti dilansir oleh Daily Mail (20/08).
Meski begitu peneliti mengakui ada kekurangan dalam temuan ini. Mereka hanya mengamati partisipan berjenis kelamin pria sehingga tak bisa menyimpulkan hal yang sama pada wanita. Selanjutnya peneliti akan melakukan penelitian pada wanita untuk mengetahui adanya perbedaan.
(mdk/kun)