Sejarah Panjang Penyalahgunaan Obat, dari Kesembuhan hingga Rekreasi dan Bikin Teler
Penyalahgunaan obat serta zat lainnya merupakan suatu hal yang sudah dilakukan oleh manusia dalam jangka waktu lama.
Obat-obatan telah menjadi bagian dari kehidupan manusia sejak ribuan tahun lalu. Meski awalnya digunakan untuk tujuan medis atau keagamaan, dalam perjalanannya, banyak zat yang akhirnya disalahgunakan untuk tujuan rekreasi atau sekadar mencari sensasi.
Menariknya, sejarah penyalahgunaan zat-zat ini dimulai sejak awal peradaban manusia. Dari alkohol hingga tanaman dan jamur psikoaktif, umat manusia telah lama terlibat dalam eksperimen dengan bahan-bahan yang mempengaruhi kesadaran dan tubuh.
-
Kenapa orang sering menyalahgunakan obat? Hal ini menyebabkan obat digunakan bukan sebagai sarana kesehatan namun untuk pencarian sensasi, rekreasi, atau untuk menghindari masalah emosional.
-
Apa saja jenis obat yang sering disalahgunakan? Berikut beberapa jenis obat yang sering disalahgunakan beserta potensi bahayanya. 1. Tramadol 2. Triheksilfenidil 3. Amitriptilin 4. Klorpromazin 5. Haloperidol 6. Dekstrometorfan 7. Amfetamin 8. Antidepresan 9. Opioid 10. Benzodiazepin
-
Bagaimana cara memilih obat batuk yang tepat? Menurut dr. Patriotika Ismail, Sp.PD, spesialis penyakit dalam dari RS EMC Cikarang, penting untuk mengetahui jenis batuk sebelum memilih obat. "Sebaiknya memang di tahap awal dapat melakukan pengobatan sendiri untuk meredakan gejala batuk. Tapi sebelum itu, penting untuk mengetahui jenis batuk yang diderita, apakah batuk kering atau batuk berdahak, dan apakah batuknya setelah terpapar suatu alergen atau tidak. Karena kalau obat yang diminum tidak sesuai, gejala batuk tidak akan teratasi," jelasnya.
-
Mengapa obat ini dikembangkan? Kehilangan gigi sering kali menjadi masalah bagi orang-orang yang mengidap kondisi ini, mulai dari masalah penampilan hingga masalah fungsional, seperti berkurangnya kemampuan menggigit.
-
Apa saja jenis obat-obatan terlarang di masa kini yang dulunya digunakan sebagai obat? Sejumlah obat yang pada saat ini dianggap terlarang, pada masa lalu sempat digunakan sebagai obat untuk mengatasi masalah kesehatan.
-
Bagaimana obat-obatan tertentu bisa menekan rasa lapar? Hilangnya nafsu makan merupakan salah satu efek samping dari beberapa jenis obat termasuk antibiotik, antihipertensi, serta sedatif. Hal ini biasanya disertai efek samping berupa kelelahan dan mual. Radiasi serta kemoterapi yang digunakan untuk mengobati kanker juga bisa berdampak menekan nafsu makan.
Salah satu yang paling awal dan masih banyak digunakan hingga kini adalah alkohol. Alkohol tidak hanya digunakan untuk kepentingan medis, melainkan juga sebagai salah satu bentuk "rekreasi" paling awal.
Dilansir dari Gizmodo, Ryan Riley, seorang peneliti dari North Carolina State University, menyebut bahwa nenek moyang kita sudah menikmati efek fisiologis alkohol dari buah-buahan yang difermentasi sejak jutaan tahun lalu. Bahkan, penelitian terbaru menemukan bukti bahwa minuman beralkohol telah diproduksi oleh manusia sejak 13.700 tahun yang lalu di kawasan Timur Tengah.
Ephedra dan Soma
Ephedra, tanaman stimulan, juga merupakan kandidat kuat sebagai salah satu zat psikoaktif tertua yang pernah digunakan oleh manusia. Tanaman ini diperkirakan telah digunakan selama lebih dari 60.000 tahun, seperti yang ditemukan di situs pemakaman Neanderthal di Shanidar, Irak Utara. Penggunaannya berlanjut dalam konteks keagamaan, terutama dalam ritual-ritual Zoroastrianisme, salah satu agama tertua di dunia.
Zat-zat seperti ini seringkali menjadi bagian integral dari upacara keagamaan dan spiritual. Seperti yang dikemukakan oleh Pierce Salguero, seorang profesor dari Penn State Abington, penggunaan zat-zat tersebut lebih dari sekadar rekreasi; mereka digunakan untuk berkomunikasi dengan dewa, menjelajahi dimensi lain, atau bahkan untuk memahami esensi sejati dari realitas.
Soma, dalam tradisi Hindu dan Zoroastrian, merupakan contoh klasik dari penggunaan obat-obatan dalam ritual. Minuman ini, yang disebut-sebut dalam teks-teks keagamaan kuno, diyakini memberikan kekuatan, kewaspadaan, bahkan keabadian. Sayangnya, identitas pasti dari bahan-bahan yang digunakan untuk membuat Soma sudah lama terlupakan. Namun, banyak akademisi yang berpendapat bahwa Ephedra mungkin menjadi bahan utama dalam pembuatan minuman ritual ini.
- Antibiotik: Revolusi Medis yang Menyelamatkan Jutaan Nyawa, Ini Sejarahnya!
- Peneliti Temukan Bukti Penggunaan Obat Herbal 15.000 Tahun Lalu, Ini Tanaman yang Digunakan
- Sejarah Rokok Kretek Indonesia, Awalnya untuk Obat Sesak Napas
- Kisah Penderita Jantung Koroner Hidup Segar Bugar tanpa Obat, Kini Jadi Petani Anggur di Desa
Jamur Psikedelik dan Opium
Namun, tidak semua zat yang digunakan oleh manusia purba hanya untuk kepentingan religius atau spiritual. Alkohol, misalnya, selain digunakan dalam upacara keagamaan, juga sering dikonsumsi dalam situasi sosial yang lebih santai, seperti simposium Yunani, yang pada dasarnya adalah pesta minum terorganisir. Professor Phil Withington dari Universitas Sheffield menekankan bahwa sejak zaman prasejarah, minuman beralkohol telah dikonsumsi untuk berbagai alasan, termasuk untuk merayakan kebersamaan sosial.
Jamur psikedelik juga memainkan peran penting dalam sejarah penyalahgunaan obat. Hallusinogen ini digunakan oleh berbagai budaya kuno, terutama di Siberia, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan. Efeknya yang mendalam pada persepsi dan kesadaran membuatnya menjadi alat spiritual yang kuat. Meskipun sering dikaitkan dengan keagamaan, penggunaan jamur ini dalam berbagai konteks juga memperlihatkan bagaimana manusia purba bereksperimen dengan zat-zat yang mempengaruhi kesadaran mereka.
Opium adalah contoh lain dari zat yang telah lama digunakan. Opium, atau "tanaman kebahagiaan" sebagaimana disebut dalam catatan Mesopotamia kuno, digunakan baik untuk tujuan medis maupun rekreasi. Penggunaan opium telah tercatat dalam sejarah sejak 2500 SM, menjadikannya salah satu obat psikoaktif tertua yang terdokumentasi dalam catatan tertulis.
Penyalahgunaan Obat Dewasa Ini
Selama berabad-abad, manusia terus menemukan dan menggunakan zat-zat psikoaktif, baik untuk tujuan medis, spiritual, maupun rekreasi. Pada abad ke-19, munculnya Romantisisme di Eropa mempopulerkan penggunaan obat-obatan rekreasi secara lebih luas. Buku seperti Confessions of an English Opium-Eater karya Thomas de Quincey memberikan gambaran tentang bagaimana opium digunakan oleh masyarakat Eropa untuk mencari pengalaman mental dan spiritual yang intens.
Selain itu, pada abad ke-18, krisis gin di Inggris memberikan bukti lain tentang penggunaan alkohol untuk rekreasi secara luas. William Hogarth, seorang seniman Inggris, menggambarkan perbedaan antara konsumsi bir yang dianggap membawa kesejahteraan dengan konsumsi gin yang dianggap merusak moral masyarakat. Melalui karya-karya seninya, Hogarth mencerminkan dampak negatif dari penyalahgunaan alkohol pada masyarakat kelas bawah di London pada masa itu.
Menariknya, meskipun banyak zat-zat psikoaktif awalnya digunakan untuk kepentingan spiritual atau medis, dalam perkembangannya, zat-zat tersebut sering disalahgunakan untuk tujuan rekreasi. Tembakau, misalnya, awalnya digunakan oleh suku-suku asli Amerika untuk kepentingan diplomasi dan upacara. Namun, ketika tembakau diperkenalkan ke Eropa, penggunaannya berubah dari kepentingan upacara menjadi kegiatan rekreasi.
Pada akhirnya, sejarah penyalahgunaan obat adalah cermin dari hasrat manusia untuk mencari cara baru dalam mengeksplorasi kesadaran mereka. Baik melalui ritual keagamaan, upacara spiritual, atau sekadar mencari sensasi baru, manusia telah lama terhubung dengan dunia zat-zat psikoaktif. Seperti yang dikemukakan oleh Mark Peterson dari Universitas Yale, meskipun penyalahgunaan obat mungkin tampak sebagai fenomena modern, kenyataannya, penggunaan zat-zat tersebut untuk rekreasi telah berlangsung selama ribuan tahun, dengan berbagai alasan dan tujuan.