Sejarah Perkembangan Anxiety Disorder, Dari Sindrom Orang Elit ke Gangguan Kesehatan Global
Ternyata, penyakit anxiety disorder dulu dikenal sebagai penyakit khusus orang elit. Berikut adalah ulasan lengkap mengenai sejarah anxiety disorder berikut!
Anxiety disorder atau gangguan kecemasan adalah kondisi psikologis yang semakin banyak dibicarakan dan dialami oleh masyarakat modern saat ini. Gangguan kecemasan atau anxiety disorder yang kita kenal saat ini memiliki sejarah panjang yang berbeda dibandingkan dengan pemahaman modern mengenai kesehatan mental. Meskipun gangguan ini kini menjadi kondisi yang umum, sejarah menunjukkan bahwa anxiety disorder pernah dianggap sebagai “penyakit orang elit” di masa lalu. Pandangan ini kemudian bergeser, seiring dengan peningkatan pemahaman masyarakat terhadap kesehatan mental serta perubahan lingkungan sosial dan ekonomi yang turut mempengaruhi kesehatan psikologis banyak individu.
Awal Mula Anxiety Disorder: Penyakit Para Bangsawan?
Sejarah menunjukkan bahwa pada abad ke-19 hingga awal abad ke-20, anxiety disorder sering dianggap sebagai masalah psikologis yang eksklusif untuk kalangan elite atau kaum bangsawan. Berbeda dengan era modern, di mana gangguan kecemasan kini dipandang sebagai masalah kesehatan mental yang dapat dialami oleh siapa saja, pada masa itu, kecemasan lebih sering dikaitkan dengan kemewahan, status sosial, dan gaya hidup para elite. Pada masa itu, tekanan emosional dan mental akibat gaya hidup serta tuntutan sosial yang tinggi dianggap sebagai pemicu utama kecemasan yang dialami oleh mereka.
-
Bagaimana anxiety bisa muncul? Hal tersebut merupakan bagian dari respons "fight or flight" tubuh, ketika otak melepaskan hormon stres seperti kortisol dan adrenalin, sehingga mempersiapkan tubuh untuk merespons bahaya yang dirasakan.
-
Apa itu anxiety? Anxiety atau kecemasan adalah respons emosional yang biasa dialami oleh semua orang. Anxiety adalah reaksi alami terhadap stres dan situasi yang menantang.
-
Apa masalah kesehatan mental yang dihadapi oleh sebagian besar penduduk Indonesia? Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, menunjukkan lebih dari 19 juta penduduk berusia di atas 15 tahun mengalami gangguan mental emosional. Sementara itu, diketahui juga bahwa lebih dari 12 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami depresi.
-
Mengapa anxiety bisa menjadi masalah serius? Namun, ketika anxiety menjadi berlebihan, berkelanjutan, dan sangat mengganggu, hal itu dapat berdampak signifikan pada kehidupan seseorang.
-
Kapan anxiety bisa dikatakan tidak normal? Meskipun demikian anxiety kronis dapat mengganggu kemampuan seseorang untuk berfungsi dengan normal.
-
Kenapa kesehatan mental menjadi isu besar generasi mendatang? Mengingat kesehatan mental akhir-akhir ini menjadi isu besar generasi mendatang yang harus kita hadapi melalui terobosan-terobosan pada program Health Tourism ke depan yang perlu diadakan sebagai jawaban," jelas dia.
Salah satu konsep yang terkait erat dengan pandangan ini adalah neurasthenia, yang pertama kali dipopulerkan oleh George M. Beard pada tahun 1869. Neurasthenia digambarkan sebagai kondisi di mana seseorang mengalami kelelahan mental dan fisik yang ekstrem, yang diyakini sebagai akibat dari tekanan intelektual dan emosional akibat tuntutan kehidupan modern (Beard, 1869). Menurut Beard, kondisi ini lebih sering menyerang orang-orang yang memiliki kapasitas intelektual dan posisi sosial yang tinggi karena mereka dianggap lebih rentan terhadap tekanan psikologis. Anggapan ini membuat gangguan kecemasan atau neurasthenia dianggap sebagai penyakit eksklusif yang lebih sering dialami oleh kaum bangsawan dan intelektual.
Pada akhir abad ke-19, kondisi seperti neurasthenia sering kali dipandang sebagai tanda dari “kepekaan” yang tinggi atau kemampuan emosional yang lebih halus, yang diyakini merupakan ciri khas dari kaum intelektual. Studi dari Horwitz (2010) dalam American Sociological Review mengungkap bahwa gejala-gejala kecemasan, seperti gugup, sulit tidur, dan ketakutan berlebih, lebih sering dianggap sebagai gangguan bagi mereka yang berada di posisi sosial atas, yang cenderung memiliki waktu untuk “mengenali” gejala tersebut dan mendapatkan perawatan medis. Ketika kelas sosial menengah kebawah masih berfokus pada pemenuhan kebutuhan dasar dan berjuang dengan keterbatasan sumber daya, kelompok sosial kalangan atas mampu meluangkan waktu untuk merawat diri serta memperhatikan kesehatan mental mereka.
Selain itu, tekanan sosial yang dialami oleh kaum bangsawan dan kelas intelektual pada masa itu turut menjadi faktor penyebab munculnya kecemasan. Penelitian dari Roy Porter (1997) dalam bukunya The Greatest Benefit to Mankind: A Medical History of Humanity menjelaskan bahwa para bangsawan dan intelektual sering merasa tertekan oleh ekspektasi masyarakat terhadap mereka, yang mengharapkan mereka menjadi sosok yang unggul dan tidak boleh menampilkan kelemahan. Tekanan ini dapat memicu kecemasan, karena individu diharuskan menjaga citra serta memenuhi standar yang ditetapkan oleh masyarakat. Namun, seiring berkembangnya ilmu pengetahuan psikologi, anxiety disorder mulai dikenali sebagai gangguan psikologis yang dapat dialami oleh semua orang, tanpa memandang latar belakang sosial atau ekonomi.
Perkembangan Pemahaman Ilmiah Tentang Anxiety Disorder
Namun, pandangan ini perlahan mulai bergeser ketika pemahaman ilmiah mengenai kesehatan mental semakin berkembang. Pada abad ke-20, para psikolog dan psikiater mulai menyadari bahwa anxiety disorder atau gangguan kecemasan dapat dialami oleh siapa saja, tanpa memandang status sosial atau tingkat intelektualitas. Psikoanalisis oleh Sigmund Freud menjadi salah satu pendekatan awal yang membahas gangguan kecemasan. Freud berpendapat bahwa kecemasan adalah respon psikologis terhadap konflik batin antara hasrat bawah sadar dan nilai-nilai sosial yang tertanam dalam individu. Dalam dekade berikutnya, pendekatan psikoanalisis mengalami banyak revisi dan pengembangan, terutama melalui penelitian yang lebih sistematis di bidang psikologi klinis dan psikiatri. Hal ini membawa para ilmuwan untuk mulai mempertimbangkan faktor-faktor lain di luar konflik batin yang dapat memicu anxiety disorder, termasuk pengaruh lingkungan, trauma masa kecil, serta pola asuh.
Saat ini, penelitian ilmiah menunjukkan bahwa anxiety disorder dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk faktor genetik, lingkungan, dan biologis. Sebagai contoh, penelitian dari Mineka dan Zinbarg (2006) dalam Annual Review of Psychology menunjukkan bahwa seseorang dengan riwayat keluarga yang memiliki gangguan kecemasan memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami hal serupa. Faktor sosial dan lingkungan, seperti pola asuh yang otoriter atau kurangnya dukungan sosial, juga terbukti memperbesar risiko gangguan kecemasan. Penelitian dari McLeod, Wood, dan Weisz (2007) dalam Development and Psychopathology menemukan bahwa anak-anak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang tidak suportif cenderung memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang memiliki dukungan sosial yang kuat. Peningkatan jumlah penelitian ilmiah tentang anxiety disorder ini memperluas pemahaman masyarakat bahwa gangguan ini dapat dialami siapa saja.
Anxiety Disorder sebagai Penyakit Umum di Masa Kini
Gangguan kecemasan, atau anxiety disorder, adalah salah satu kondisi kesehatan mental yang semakin banyak dijumpai di masyarakat modern. Data dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2021 memperkirakan bahwa jumlah penderita gangguan kecemasan diperkirakan mencapai lebih dari 260 juta orang, dan angka ini terus meningkat seiring bertambahnya tekanan hidup modern yang dialami masyarakat di berbagai negara (WHO, 2021). Lonjakan ini sebagian besar disebabkan oleh berbagai tekanan hidup yang dihadapi masyarakat modern, mulai dari tekanan pekerjaan, krisis ekonomi, hingga ancaman kesehatan global seperti pandemi COVID-19.
Penelitian menunjukkan bahwa meningkatnya kasus gangguan kecemasan di masyarakat modern berkaitan dengan berbagai faktor lingkungan dan sosial yang semakin kompleks. Menurut Mineka dan Zinbarg (2006) dalam Annual Review of Psychology, faktor-faktor seperti ketidakstabilan ekonomi, lingkungan kerja yang penuh tekanan, serta gaya hidup yang kompetitif menjadi pemicu utama gangguan kecemasan pada masyarakat. Selain itu, perkembangan teknologi, terutama media sosial, turut memperburuk kondisi ini. Studi dari Primack et al. (2017) di American Journal of Preventive Medicine mengungkapkan bahwa penggunaan media sosial secara berlebihan dapat meningkatkan tingkat kecemasan pada remaja dan dewasa muda. Paparan terhadap citra-citra kehidupan yang ideal di media sosial dapat menimbulkan perasaan tidak percaya diri atau kecemasan sosial karena membandingkan diri dengan orang lain.
Pandemi COVID-19 menjadi contoh nyata bagaimana gangguan kecemasan dapat mempengaruhi berbagai lapisan masyarakat, baik tua maupun muda, kaya maupun miskin. Penelitian dari Salari et al. (2020) dalam Journal of Anxiety Disorders menunjukkan bahwa prevalensi anxiety disorder meningkat secara signifikan selama masa pandemi, terutama akibat kekhawatiran akan kesehatan pribadi, keamanan keluarga, serta ketidakpastian ekonomi. Pandemi menjadi contoh nyata bagaimana lingkungan eksternal dapat memengaruhi kesehatan mental masyarakat.
Anxiety disorder telah melalui perjalanan sejarah yang panjang dalam pemahaman masyarakat, dari penyakit eksklusif kalangan elit hingga menjadi gangguan umum yang dapat dialami siapa saja. Perkembangan ilmu pengetahuan, terutama dalam psikologi dan kesehatan mental, memungkinkan masyarakat untuk lebih memahami bahwa anxiety disorder adalah kondisi medis yang memerlukan perhatian dan penanganan serius. Perubahan lingkungan hidup modern yang penuh tekanan menjadi salah satu penyebab meningkatnya gangguan kecemasan di masyarakat modern, sehingga perlu diupayakan pencegahan dan penanganan yang tepat demi kesehatan mental yang lebih baik dan kualitas hidup masyarakat meningkat.