Menelusuri Sejarah Neurosis: Dari Abad Pertengahan hingga Terapi Psikologi di Masa Kini
Neurosis pada abad pertengahan hingga modern berkembang dengan pendekatan ilmiah untuk penyembuhan mental.
Neurosis, gangguan mental yang terkait dengan kecemasan, stres, dan ketegangan emosional, telah dikenal sejak zaman kuno, namun pemahamannya telah berkembang pesat sepanjang sejarah. Pada abad pertengahan, gangguan ini sering kali dipandang melalui lensa spiritual atau supernatural, seperti kutukan atau godaan setan. Oleh karena itu, penanganan terhadap individu dengan neurosis lebih banyak dilakukan dengan pendekatan keagamaan atau pengobatan tradisional yang terbatas oleh pemahaman medis yang belum berkembang pada saat itu, mencerminkan keterbatasan dalam pemikiran ilmiah mengenai aspek psikologis.
Pada abad ke-19, pemahaman terhadap neurosis mulai berubah dengan munculnya psikoanalisis dan psikoterapi modern. Tokoh seperti Sigmund Freud memperkenalkan pandangan bahwa gangguan mental seperti neurosis dapat dipahami melalui proses psikis yang lebih dalam, seperti konflik bawah sadar dan pengaruh masa lalu yang terpendam. Teori Freud membuka jalan bagi pemahaman yang lebih mendalam tentang kecemasan dan mekanisme pertahanan mental, yang menjadi landasan bagi perkembangan berbagai bentuk psikoterapi.
-
Bagaimana penanganan untuk gangguan mental? Penanganan yang tepat dan cepat dapat mencegah kondisi semakin memburuk dan membantu individu untuk kembali menjalani kehidupan yang normal.
-
Apa yang dimaksud dengan gangguan mental? Gangguan mental adalah suatu kondisi yang dapat memengaruhi cara berpikir, merasakan, dan berperilaku individu.
-
Cara mengatasi gangguan mental ? Kamu tidak dapat mengontrol semuanya. Terkadang kamu hanya perlu rileks dan yakin bahwa segala sesuatunya akan berhasil. Lepaskan sedikit dan biarkan hidup terjadi.
-
Apa ciri psikosis yang memengaruhi pikiran? Individu yang mengalami psikosis seringkali menunjukkan gejala seperti pikiran yang bingung dan terganggu, realitas palsu, halusinasi, dan delusi.
-
Apa penyakit keterbelakangan mental itu? Keterbelakangan mental merupakan suatu kondisi medis yang memengaruhi fungsi intelektual dan keterampilan adaptif seseorang.
-
Apa itu mental health? Mental health adalah kondisi kesehatan yang mencakup kesejahteraan emosional, psikologis, dan sosial seseorang. Hal ini mencakup bagaimana seseorang merasakan, berpikir, dan berperilaku dalam kehidupan sehari-hari.
Seiring berjalannya waktu, pendekatan ilmiah terhadap neurosis semakin berkembang, menghasilkan berbagai bentuk psikoterapi modern yang lebih terstruktur. Pendekatan seperti terapi kognitif, perilaku, dan humanistik muncul sebagai alternatif untuk menangani neurosis, dengan fokus pada perubahan pola pikir, perilaku, serta pemahaman diri yang lebih baik. Psikoterapi kini menjadi metode utama dalam mengatasi gangguan mental, dengan pendekatan berbasis bukti yang lebih diterima secara medis, menggantikan cara-cara tradisional yang pernah berlaku di masa lalu.
Jenis-jenis Neurosis
Dilansir dari Britannica, sering dikategorikan dalam satu kelompok, kini dianggap sudah usang. Sebagai contoh, gangguan obsesif-kompulsif (OCD), yang ditandai dengan munculnya pikiran atau ide yang tidak diinginkan dan kebutuhan untuk melakukan ritual tertentu seperti mencuci tangan atau mengunci pintu berulang kali, sebelumnya digolongkan sebagai neurosis. Pengobatan untuk OCD biasanya melibatkan obat-obatan seperti clomipramine dan fluoxetine (Prozac).
Selain itu, gangguan somatoform, yang sekarang dikenal sebagai gangguan gejala somatik, juga sering dianggap sebagai bentuk neurosis di masa lalu. Gangguan ini ditandai dengan gejala fisik yang tidak dapat dijelaskan secara medis, seperti kebutaan atau kelumpuhan tanpa penyebab yang jelas. Histeria, yang kini disebut gangguan konversi, adalah salah satu contoh awal gangguan yang ditangani melalui psikoanalisis.
Gangguan kecemasan, baik serangan kecemasan akut maupun kecemasan kronis, juga sering digolongkan sebagai neurosis. Penderita gangguan ini mungkin mengalami gejala fisik seperti berkeringat, sakit kepala, palpitasi, serta gangguan tidur dan nafsu makan. Selain itu, fobia, yaitu ketakutan yang berlebihan terhadap objek atau situasi tertentu, juga masuk dalam kategori gangguan kecemasan, sementara depresi, meskipun tidak berat atau lama, sering dianggap sebagai bentuk neurosis.
Sejarah Perkembangan Neurosis: Dari Abad Pertengahan hingga Terapi Modern
Menurut penelitian oleh Buchanan dan Nick Haslam dalam “The Development of Psychotherapy in the Modern Era,” Neurosis, yang merujuk pada gangguan mental yang tidak melibatkan hilangnya kontak dengan kenyataan, telah mengalami perubahan signifikan dalam pemahamannya dari abad pertengahan hingga saat ini. Di masa lalu, gangguan ini sering kali dikaitkan dengan faktor-faktor supernatural, dan pengobatan pada waktu itu terbatas pada pendekatan keagamaan atau tradisional. Namun, pada abad ke-19, muncul perubahan pemikiran yang lebih rasional, dengan perkembangan neurologi sebagai disiplin ilmu yang menghubungkan otak dan perilaku. Meskipun demikian, neurosis masih dianggap sebagai masalah yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan secara fisik, dan penanganannya terbatas pada pengobatan medis yang belum sepenuhnya efektif.
Pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20, Sigmund Freud mengemukakan teori psikoanalisis, yang mengubah pemahaman tentang neurosis. Freud berpendapat bahwa gangguan mental ini sering kali dipicu oleh pengalaman traumatis yang tidak disadari, dan ia memperkenalkan konsep ketidaksadaran serta konflik internal sebagai penyebab utama. Freud juga mengembangkan terapi berbicara yang dikenal sebagai psikoanalisis untuk membantu individu menyadari dan mengatasi trauma tersebut. Pendekatan ini membuka jalan bagi pengembangan terapi psikologis lainnya, seperti terapi perilaku dan kognitif yang muncul pada pertengahan abad ke-20.
Terapi perilaku dan terapi kognitif menjadi dua pendekatan utama dalam mengatasi neurosis. Terapi perilaku fokus pada perubahan perilaku maladaptif melalui pengkondisian, sementara terapi kognitif menekankan perubahan pola pikir negatif yang dapat memperburuk gangguan mental. Selain itu, pada 1950-an dan 1960-an, penemuan obat-obatan psikotropika turut mengubah cara pengobatan gangguan mental, dengan memberikan bantuan cepat dalam mengatasi gejala-gejala seperti kecemasan dan depresi. Saat ini, psikoterapi telah berkembang menjadi pendekatan berbasis bukti yang lebih terstruktur dan fleksibel, dengan pendekatan eklektik yang menggabungkan teknik-teknik dari berbagai aliran psikoterapi, memungkinkan penyesuaian metode sesuai dengan kondisi pasien dan faktor sosial-budaya yang mempengaruhi terapi.
Dengan demikian, pemahaman dan penanganan neurosis telah mengalami perubahan signifikan, mulai dari pandangan religius yang mengaitkan gangguan mental dengan kekuatan supernatural, hingga pendekatan ilmiah yang lebih rasional. Teori psikoanalisis Freud, bersama dengan berkembangnya terapi-terapi modern seperti terapi perilaku dan kognitif, telah menghadirkan metode yang lebih efektif dan berbasis bukti. Meskipun obat-obatan psikotropika dapat meredakan gejala, psikoterapi tetap menjadi pendekatan utama dalam menggali dan mengatasi akar masalah neurosis. Pendekatan psikoterapi yang lebih fleksibel dan terintegrasi di era modern memberikan solusi yang lebih holistik untuk mendukung kesejahteraan psikologis individu.