Isi Pikiran Manusia Kini Tidak Lagi Bersifat Pribadi, Ilmuwan Beri Penjelasan Ilmiah
dalam dunia kedokteran, elektroensefalografi (EEG) yang ditemukan pada 1920-an menggunakan elektroda untuk mendeteksi aktivitas listrik dari otak manusia.
Pada 1895, ilmuwan Julius Emmner percaya bahwa ia bisa merekam pola pikiran seperti suara. Ia terinspirasi dari phonautograph yang menangkap gelombang suara dan menuangkannya ke kertas.
Emner beranggapan, dengan menggunakan teknologi yang sama, ia bisa merekam pikiran sebagai "foto mental" yang dapat diputar ulang kepada penerima secara tidak sadar.
Menurut Emmner, semua pikiran bisa direkam dan tidak ada yang bisa disembunyikan.
Namun, mesin Emmner akhirnya dilupakan karena tidak berfungsi. Membaca pikiran tidak semudah merekam suara.
Otak manusia memiliki sekitar 100 miliar neuron dan sel lainnya yang membantu manusia berpikir dan merasakan.
Sementara, saat itu masih berusaha memahami bagaimana dan di mana pikiran berada. Manusia juga tidak memiliki akses terhadap keadaan sel-sel di otak, jadi tidak tahu apa yang terjadi di dalamnya pada waktu tertentu.
Meski demikian, kita tahu bahwa otak memengaruhi tubuh. Poligraf yang lebih dikenal sebagai 'pendeteksi kebohongan', mengukur faktor-faktor seperti pernapasan, keringat, tekanan darah, dan detak jantung.
Teorinya, saat kita berbohong, tubuh kita mengalami perubahan fisiologis yang bisa diukur. Namun, poligraf tidak selalu bisa diandalkan karena jika seseorang tidak cemas, kebohongan tidak terdeteksi, atau orang yang tidak bersalah bisa terlihat berbohong jika merasa cemas.
-
Apa fungsi otak manusia? 'Sebagian besar otak selalu bekerja,' ungkapnya, menunjukkan bahwa hampir setiap bagian otak berperan dalam berbagai fungsi kehidupan sehari-hari.
-
Apa fungsi otak dalam tubuh manusia? Otak adalah organ vital yang berperan sebagai pusat kendali tubuh manusia. Ia mengatur segala aktivitas fisik dan mental, mulai dari pergerakan tubuh, pengolahan informasi, hingga pengendalian emosi dan pikiran.
-
Bagaimana otak memproses informasi? Otak manusia mampu memproses informasi dalam jumlah besar secara simultan. Misalnya, kita dapat mendengarkan musik, membaca buku, dan merasakan suhu lingkungan sekaligus.
-
Dari mana otak manusia dikumpulkan? Tim peneliti yang dipimpin Alexandra Morton-Hayward dari Universitas Oxford meninjau literatur ilmiah dan menghubungi arkeolog di seluruh dunia. Mereka berhasil mengumpulkan lebih dari 4.400 otak manusia yang diawetkan dari 213 sumber yang berbeda di semua benua kecuali Antartika.
-
Kenapa otak manusia dikumpulkan? Penelitian ini menekankan pentingnya mempelajari pengawetan jaringan lunak manusia, karena informasi yang diperoleh dapat memberikan wawasan tentang evolusi manusia, kesehatan dan penyakit purba, serta kondisi neurodegeneratif seperti Alzheimer.
-
Bagaimana para peneliti menemukan bukti penyusutan otak manusia? Para peneliti menggunakan analisis titik perubahan untuk memperkirakan waktu perubahan evolusi otak hominin.
Mengutip Science Focus, Kamis (20/6), dalam dunia kedokteran, elektroensefalografi (EEG) yang ditemukan pada 1920-an menggunakan elektroda untuk mendeteksi aktivitas listrik dari otak saat pasien melakukan berbagai tugas.
Lonjakan listrik ini adalah hasil aktivitas neuron. Namun, EEG hanya memberikan gambaran umum tentang aktivitas otak, bukan pikiran.
Teknologi lain, seperti tomografi emisi positron (PET), menggunakan glukosa radioaktif untuk menghasilkan gambar 3D otak yang menunjukkan bagian mana yang paling sibuk. Namun, resolusi teknik ini masih terbatas.
Pilihan terbaik saat ini adalah pencitraan resonansi magnetik fungsional (fMRI) yang mengukur perubahan oksigen dan aliran darah.
fMRI menggunakan magnet besar untuk memetakan daerah otak yang aktif dengan resolusi yang semakin tinggi.
Sebuah studi di 2022 dari Universitas Minnesota memindai aktivitas otak delapan sukarelawan dengan resolusi 1,8 mm saat mereka melihat sekitar 10.000 gambar berwarna.
Walaupun fMRI memungkinkan pengumpulan data otak yang lebih detail, mesin ini besar dan hanya ada di rumah sakit.
Jerry Tang, seorang mahasiswa PhD Universitas Texas di Austin, mengatakan bahwa langkah penting menuju antarmuka otak-komputer yang lebih praktis adalah mengembangkan metode portabel dengan resolusi tinggi.
Sensor spektroskopi inframerah-dekat (fNIRS) yang fungsional mungkin bisa menjadi fMRI yang dapat dipakai suatu hari nanti, meskipun ini masih belum memungkinkan untuk penggunaan sehari-hari.
Namun, bagi para peneliti yang ingin membuat komputer yang bisa membaca pikiran, inilah tujuannya.