Sering Diare Usai Minum Susu? Kenali Intoleransi Laktosa dan Faktor Penyebabnya
Munculnya diare ketika minum susu merupakan kondisi yang bisa dialami sejumlah orang akibat intoleransi laktosa.
Sering Diare Usai Minum Susu? Kenali Intoleransi Laktosa dan Faktor Penyebabnya
Munculnya diare ketika minum susu merupakan kondisi yang bisa dialami sejumlah orang. Penyebab terjadinya hal ini biasanya karena intoleransi laktosa yang dimiliki seseorang.
Intoleransi laktosa adalah kondisi ketika seseorang memiliki kesulitan mencerna laktosa, yaitu gula yang terdapat dalam susu dan produk susu.
Kondisi ini disebabkan oleh kekurangan enzim laktase dalam tubuh, enzim yang bertugas memecah laktosa menjadi bentuk yang dapat dicerna.
Ketika seseorang dengan intoleransi laktosa mengonsumsi makanan atau minuman yang mengandung laktosa, mereka dapat mengalami berbagai gejala seperti kembung, gas, diare, mual, dan perut kram.
-
Siapa yang sering mengalami intoleransi laktosa? Intoleransi laktosa ini banyak dialami oleh orang Asia termasuk Indonesia.
-
Kenapa orang bisa alergi susu sapi? Alergi susu biasanya dipicu oleh protein dalam susu sapi, seperti kasein dan whey. Sistem kekebalan tubuh melihat protein ini sebagai zat berbahaya dan memproduksi antibodi untuk melawannya, menyebabkan reaksi alergi.
-
Apa yang terjadi pada tubuh penderita alergi laktosa saat mereka mengonsumsi susu? Alergi laktosa adalah kondisi ketika sistem kekebalan tubuh bereaksi berlebihan terhadap laktosa, yaitu gula alami yang terdapat dalam susu dan produk susu. Saat seseorang dengan alergi laktosa mengonsumsi makanan yang mengandung laktosa, tubuhnya menganggap laktosa sebagai zat asing yang berbahaya, sehingga memicu reaksi alergi.
-
Kenapa alergi susu sapi bisa menyebabkan kesulitan bernapas? Reaksi alergi yang parah dapat menyebabkan kesulitan bernapas atau sesak napas pada anak. Hal ini merupakan tanda darurat dan memerlukan perhatian medis segera.
-
Mengapa alergi susu sapi bisa berbahaya bagi anak? Alergi susu sapi terjadi ketika sistem kekebalan tubuh anak bereaksi berlebihan terhadap protein yang terkandung dalam susu sapi. Reaksi ini dapat memengaruhi pertumbuhan, perkembangan, dan kesehatan anak jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat.
-
Bagaimana alergi susu sapi bisa terjadi pada anak? Alergi susu sapi terjadi ketika sistem kekebalan tubuh salah mengira zat yang tidak berbahaya seperti misalnya protein, sebagai benda asing dan menyerangnya seperti menyerang bakteri atau virus. Respons abnormal ini melepaskan bahan kimia yang pada gilirannya memicu gejala yang berhubungan dengan alergi.
Intoleransi laktosa dapat bervariasi dalam tingkat keparahan dan beberapa orang mungkin hanya mengalami gejala jika mereka mengonsumsi jumlah laktosa yang tinggi
sementara yang lain mungkin merasa tidak nyaman bahkan dengan jumlah laktosa yang kecil.
Intoleransi laktosa sendiri berbeda dari alergi susu karena masalah ini berkaitan dengan masalah pencernaan, sedangkan alergi susu melibatkan respons sistem kekebalan tubuh terhadap protein susu.
Dilansir dari CNA, dr Alex Soh, konsultan National University Hospital’s mengungkap bahwa orang Asia kekurangan laktase, yaitu enzim ini dibutuhkan untuk mencerna laktosa menjadi gula sederhana.
Faktor Genetik
Intoleransi laktosa dapat menjadi kondisi turun-temurun, di mana seseorang mewarisi kekurangan enzim laktase dari orang tua mereka. Keturunan dari kelompok etnis tertentu, seperti orang Asia, Afrika, dan beberapa kelompok etnis lainnya, lebih cenderung mengalami intoleransi laktosa.
Kebanyakan bayi memiliki kemampuan untuk mencerna laktosa namun kondisi ini bisa menurun saat dewasa atau bahkan ketika lansia.
Usia
Beberapa kondisi kesehatan seperti penyakit celiac, penyakit Crohn, atau kerusakan usus akibat infeksi atau operasi dapat menyebabkan intoleransi laktosa.
Gangguan Pencernaan atau Penyakit
Keadaan Sekunder
Intoleransi laktosa dapat juga menjadi hasil dari kondisi lain, misalnya radang usus, sindrom iritasi usus besar, atau infeksi usus.
Pengaruh Lingkungan
Pola makan dan kebiasaan konsumsi susu dalam suatu budaya juga dapat mempengaruhi toleransi terhadap laktosa. Misalnya, populasi yang jarang mengonsumsi produk susu memiliki risiko lebih tinggi mengembangkan intoleransi laktosa.