Tidak untuk Semua Orang, Ini Kelompok yang Menjadi Sasaran dari Vaksinasi Mpox
Kementerian Kesehatan akan mulai melakukan vaksinasi Mpox pada sejumlah kelompok masyarakat berisiko tinggi.
Vaksinasi Mpox di Indonesia ditujukan secara selektif untuk kelompok-kelompok berisiko tinggi, sesuai dengan rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Berdasarkan keterangan dari Direktur Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, dr. Prima Yosephine, M.K.M, vaksin ini tidak diberikan secara massal, melainkan difokuskan pada individu-individu yang berada dalam risiko tertinggi tertular virus Mpox.
“Kelompok berisiko tinggi tersebut antara lain LSL (Lelaki berhubungan Seks dengan Lelaki) atau pasangan seks multiple dan individu yang kontak dengan penderita Mpox dalam dua minggu terakhir,” ujar Prima dilansir dari Kemenkes.
-
Apa itu Mpox? Vaksinasi menjadi salah satu langkah utama dalam upaya pencegahan penyebaran penyakit, termasuk Mpox, yang belakangan ini menjadi perhatian global.
-
Apa saja gejala utama Mpox? Gejala utama Mpox serupa dengan cacar pada umumnya, yaitu demam, nyeri otot, pembengkakan kelenjar getah bening, dan munculnya ruam pada kulit. Ruam ini biasanya mulai muncul di wajah dan menyebar ke seluruh tubuh, termasuk telapak tangan dan kaki. Selain itu, penyakit ini juga bisa menimbulkan komplikasi serius seperti pneumonia bahkan, dalam kasus yang parah, kematian.
-
Bagaimana Mpox bisa dicegah dan ditangani di Indonesia? Menurut Prof. Tjandra Yoga Aditama, Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, terdapat delapan langkah kunci yang harus dilakukan untuk mengatasi penyebaran Mpox di Indonesia. Langkah-langkah ini, jika diterapkan dengan baik, dapat menjadi senjata rahasia yang ampuh dalam menghentikan penyebaran penyakit ini.
-
Bagaimana Mpox menular? Mpox disebabkan oleh virus yang ditularkan ke manusia melalui hewan yang terinfeksi, namun juga dapat ditularkan dari manusia ke manusia melalui kontak fisik yang dekat.
-
Apa itu penyakit cacar monyet? Penyakit cacar monyet merupakan infeksi virus yang ditandai dengan munculnya bintil bernanah di kulit. Penyakit ini disebabkan oleh virus, tepatnya adalah virus monkeypox.
Selain itu, petugas laboratorium yang bekerja dengan spesimen virologi di daerah dengan kasus Mpox, serta tenaga kesehatan yang menangani kasus Mpox, juga menjadi prioritas dalam program vaksinasi ini.
Perlu ditekankan bahwa vaksinasi Mpox ini bersifat pencegahan, bukan pengobatan. “Salah satu kriteria penerima vaksin Mpox adalah individu yang pernah kontak dengan penderita Mpox (vaksinasi post exposure),” lanjut Prima. Meskipun demikian, vaksin ini ditujukan untuk mencegah munculnya gejala atau meminimalkan keparahan penyakit, dan bukan untuk mengobati mereka yang sudah terinfeksi.
Anak-anak, sebagai salah satu kelompok yang umumnya rentan terhadap berbagai penyakit, justru tidak termasuk dalam sasaran vaksinasi Mpox di Indonesia.
“Sampai saat ini, anak-anak tidak termasuk dalam sasaran yang akan diberikan vaksin Mpox. Namun, petugas kesehatan yang melakukan penanganan kasus Mpox akan diberikan vaksin untuk memberi perlindungan dari tertularnya infeksi virus Mpox,” terang Prima. Keputusan ini diambil karena hingga saat ini, anak-anak dinilai memiliki risiko yang lebih rendah dibandingkan kelompok dewasa tertentu.
Kendati demikian, vaksinasi ini tetap menjadi bagian penting dari upaya pencegahan di tengah situasi Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Menjadi Perhatian Internasional (Public Health Emergency of International Concern/PHEIC). Vaksinasi dilihat sebagai langkah pelengkap, mendukung pencegahan dan pengendalian utama seperti surveilans, pelacakan kontak, isolasi, dan perawatan pasien. Namun, untuk saat ini, pemberian vaksinasi Mpox secara massal tidak direkomendasikan.
Jenis vaksin Mpox yang digunakan di Indonesia adalah Modified Vaccinia Ankara-Bavarian Nordic (MVA-BN), sebuah vaksin turunan dari vaksin smallpox generasi ketiga yang bersifat non-replicating. Vaksin ini sudah mendapat rekomendasi dari WHO dan memberikan perlindungan tingkat tertentu terhadap infeksi dan penyakit berat. Namun, meskipun telah divaksinasi, penting bagi individu untuk tetap waspada karena pembentukan kekebalan membutuhkan waktu beberapa minggu.
Saat ini, ketersediaan vaksin Mpox masih terbatas di Indonesia. Oleh karena itu, prioritas pemberian vaksin diberikan kepada daerah-daerah yang telah melaporkan adanya kasus Mpox.
“Vaksin Mpox saat ini terbatas dan digunakan pada sasaran prioritas di daerah yang dilaporkan adanya kasus,” jelas Prima. Misalnya, di Bali, yang akan menjadi tuan rumah pertemuan internasional Indonesia Africa Forum pada 1-3 September 2024, langkah-langkah mitigasi risiko dilakukan dengan memberikan vaksin kepada mereka yang berisiko tinggi.
Menurut laporan terbaru dari Kemenkes RI dalam “Perkembangan Situasi Penyakit Infeksi Emerging Minggu Epidemiologi ke-33 Tahun 2024 periode 11-17 Agustus 2024,” jumlah kasus konfirmasi Mpox di Indonesia dari 2022 hingga 2024 telah mencapai 88 kasus, tersebar di Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Kepulauan Riau, dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Prima mengingatkan bahwa pencegahan tetap menjadi kunci utama dalam menghadapi wabah ini.
“Penyakit Mpox dapat dicegah dengan menghindari kontak fisik dengan seseorang yang menderita penyakit Mpox. Vaksinasi dapat membantu mencegah infeksi dan diprioritaskan bagi orang yang berisiko,” ucapnya. Meskipun vaksin tersedia, menjaga diri dan lingkungan dari kontak dengan penderita tetap menjadi langkah pencegahan terbaik.