Bonus Demografi adalah Melimpahnya Usia Produktif, Ini Penjelasan Lengkapnya
Bonus demografi adalah suatu kondisi di mana jumlah penduduk produktif yang berusia 15-64 tahun lebih besar, dibandingkan usia non produktif yaitu usia di bawah 5 tahun dan di atas 64 tahun.
Bonus demografi banyak digaungkan oleh pemerintah menyongsong 100 tahun kemerdekaan Indonesia, yaitu pada tahun 2045. Bonus demografi seperti namanya menggambarkan bonus atau kelebihan dalam hal demografi.
Demografi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merupakan ilmu tentang susunan, jumlah, dan perkembangan penduduk atau ilmu yang memberikan uraian atau gambaran statistik mengenai suatu bangsa dilihat dari sudut sosial politik, dan ilmu kependudukan.
-
Kapan Rafathar potong rambut? 3 Namun, ternyata Raffi dan Nagita ingin anak mereka tampil berbeda menjelang Hari Raya Idul Fitri yang tidak lama lagi.
-
Kapan Rahmat mulai panen slada? Yang awalnya hanya panen 5 kilogram per hari, kini ia mampu sampai 1,9 ton per bulan. Profesi petani sebenarnya masih sangat prospek untuk didalami, terutama bagi kalangan muda. Jika ditekuni, bukan tidak mungkin bisa menghasilkan keuntungan berlipat seperti seorang pemuda asal Kecamatan Mijen, Kota Semarang, Jawa Tengah bernama Rahmatul Hafid. Rahmat awalnya mencoba peruntungan di bidang pertanian, bahkan dengan modal awal yang minim yakni Rp2 juta. Namun siapa sangka, hampir lima tahun menjalankan pertanian hidroponik slada produknya kini mampu terjual hingga 60 kilogram per hari.
-
Buah apa yang terkenal dengan teka-teki lucu dan khas Sumut? Buah apa yang durhaka?Jawaban: Melon Kundang.
-
Apa itu Serumbung Sumur? Serumbung sumur merupakan alat penjernih air kuno dari masa Kesultanan Banten yang berkuasa pada 1527-1813. Ini dia serumbung sumur yang merupakan alat penjernih air kuno dari masa Kesultanan Banten yang berkuasa pada 1527-1813.
-
Kapan Agus Salim wafat? Tepat hari ini, 4 November pada tahun 1954 silam, Haji Agus Salim meninggal dunia.
-
Apa itu Kapurut Sagu? Kapurut sagu terbuat dari tepung sagu yang sudah agak mengeras dan memiliki warna kecokelatan. Kepulauan Mentawai di Sumatera Barat kaya akan tradisi, budaya, hingga sajian makanan yang unik.Salah satu sajian makanan khas Mentawai yang patut anda coba adalah kapurut sagu.
Pada paruh kedua abad lalu, Thailand dan negara-negara Asia Timur lainnya berhasil memanfaatkan pergeseran struktur usia mereka untuk meningkatkan produktivitas ekonomi, sebuah fenomena yang dikenal sebagai bonus demografi.
Bonus demografi digadang-gadang akan memberikan keuntungan perkembangan ekonomi yang pesat bagi Indonesia, tetapi bisa pula sebaliknya, membawa kecemasan, apabila tak ada usaha peningkatan kualitas intelektual secara masif.
Berikut merdeka.com merangkum selengkapnya apa itu bonus demografi yang penting diketahui:
Memahami apa itu bonus demografi
Bonus demografi adalah suatu kondisi di mana jumlah penduduk produktif yang berusia 15-64 tahun lebih besar, dibandingkan usia non produktif yaitu usia di bawah 5 tahun dan di atas 64 tahun.
Bonus demografi adalah masa transisi demografi, yaitu terjadinya penurunan tingkat kematian yang diikuti dengan penurunan tingkat kelahiran dan dapat digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan memanfaatkan penduduk usia produktif secara optimal.
Karena lebih sedikit kelahiran yang didaftarkan, jumlah tanggungan muda menjadi lebih kecil relatif terhadap populasi pekerja. Dengan lebih sedikit orang yang menanggung kebutuhan keluarga yang tidak bisa bekerja dan lebih banyak orang dalam angkatan kerja, sumber daya ekonomi dibebaskan dan diinvestasikan di bidang lain untuk mempercepat pembangunan ekonomi suatu negara dan kemakmuran masa depan penduduknya.
Dengan demikian, bonus demografi ini tentu menjadi kesempatan besar, apabila banyaknya penduduk usia produktif seimbang dengan ketersediaan lapangan pekerjaan.
Ada empat bidang utama di mana suatu negara dapat menemukan bonus demografi:
1. Tabungan
Selama periode demografis, tabungan pribadi tumbuh dan dapat digunakan untuk merangsang perekonomian.
2. Pasokan tenaga kerja
Lebih banyak pekerja ditambahkan ke dalam angkatan kerja, termasuk lebih banyak perempuan.
3. Modal manusia
Dengan jumlah kelahiran yang lebih sedikit, orang tua dapat mengalokasikan lebih banyak sumber daya per anak, yang menghasilkan hasil pendidikan dan kesehatan yang lebih baik.
4. Pertumbuhan ekonomi
PDB per kapita meningkat karena penurunan rasio ketergantungan .
Dampak bonus demografi
©2022 Merdeka.com
Secara teori, pada tingkat mikro, transisi ini dapat menghasilkan standar hidup yang lebih baik bagi keluarga dan pendapatan per orang yang lebih tinggi, sedangkan pada tingkat makro, dapat memberikan keuntungan yang signifikan dalam pembangunan ekonomi suatu negara.
Namun, manfaat ini dengan asumsi kebijakan sosial, politik, dan ekonomi yang tepat tersedia untuk mencapai dividen.
Artinya, negara-negara dengan keuntungan demografis terbesar untuk pembangunan tidak hanya memasuki masa penurunan fertilitas, tetapi juga telah menerapkan kebijakan dan program yang berfokus pada keluarga berencana dan kesehatan reproduksi, pendidikan berkualitas, penciptaan lapangan kerja dan kesempatan kerja, investasi pada perempuan dan perempuan, dan pemerintahan yang baik.
Pada akhirnya, keuntungan dari bonus demografi tidak otomatis. Berkurangnya kesuburan dengan sendirinya tidak memberikan jaminan kemakmuran.
Besarnya bonus demografi, dengan demikian, tergantung pada tingkat penurunan kesuburan dan kecepatan pertumbuhan penduduk, kemampuan untuk mempekerjakan tenaga kerja tambahan secara produktif, dan sifat reformasi politik, ekonomi dan sosial yang diadopsi negara.
Bonus demografi ini akan menjadi suatu kebaikan bagi Indonesia jika penduduk usia produktif itu tumbuh menjadi orang yang berkualitas serta memiliki daya saing dan menghasilkan ketenagakerjaan yang baik.
Akan tetapi jika bonus demografi ini didominasi oleh orang-orang yang tidak berkualitas maka akan menjadi bencana untuk Indonesia sendiri, Indonesia tidak akan mengalami kemajuan namun akan terjadi banyak keburukan.
Keburukan yang dimaksud yaitu seperti banyaknya pengangguran, jumlah penduduk yang meningkat dan pemerintah yang akan kewalahan dalam mewujudkan kesejahteraan rakyatnya
Sekilas kisah sukses bonus demografi Korea Selatan
Transisi demografis di Korea Selatan dimulai setelah Perang Korea pada akhir 1950-an. Korea Selatan memulai kampanye keluarga berencana nasional pertamanya pada tahun 1962 untuk mengurangi kelahiran yang tidak diinginkan dan program tersebut dianggap penting untuk mencapai tujuan pertumbuhan ekonomi dan modernisasi.
Akibatnya, tingkat kesuburan total turun dari 6,3 kelahiran per wanita pada tahun 1960 menjadi 2,2 pada tahun 1985, akhirnya mencapai 1,2 pada tahun 2005, jauh di bawah angka penggantian. Selain itu, penurunan kesuburan dibarengi dengan peningkatan dramatis dalam harapan hidup dari usia 53 menjadi 79 tahun antara tahun 1960 dan 2005.
Reformasi kunci dalam kesehatan masyarakat, keluarga berencana, dan pendidikan, dipasangkan dengan pertumbuhan ekonomi, menciptakan bonus demografi yang kerap dituliskan dalam teori bonus demografi.
Lingkungan kebijakan yang sehat ini menciptakan peluang di mana transisi demografis pada akhirnya menghasilkan “hadiah ekonomi” berupa pasokan tenaga kerja yang lebih baik, tabungan, modal manusia, dan pertumbuhan ekonomi.