Masih Berdiri Kokoh, Ini Deretan Istana Bernuansa Islam di Sumatra Utara
Tak hanya Istana Maimun, Sumatra Utara memiliki peninggalan kerajaan atau kesultanan Islam berupa istana lain yang tersebar di beberapa daerah. Berikut beberapa istana yang bernuansa Islam yang masih berdiri kokoh di Sumatra Utara.
Sumatra Utara tak hanya menyimpan ragam pesona adat dan budaya yang kental dengan Suku Batak. Provinsi ini ternyata juga memiliki sejarah panjang tentang perkembangan Islam di Tanah Air.
Hal ini dibuktikan dengan adanya peninggalan-peninggalan yang bercorak kerajaan islam atau kesultanan. Salah satu peninggalan Islam yang paling tersohor di provinsi ini adalah Istana Maimun. Istana ini tak hanya menjadi bukti sejarah perkembangan Islam di Tanah Batak, namun bangunan yang berada di tengah Kota Medan ini juga menjadi ikon kebanggaan masyarakat di sana.
-
Dimana tempat wisata yang cocok untuk belajar sejarah budaya? Kawasan ini memiliki daya tarik yang unik, memadukan suasana kolonial masa lalu dengan unsur modern.
-
Apa yang menjadi pusat penyebaran Islam di Sidoarjo pada masa silam? Masjid Jami' Al Abror di Jalan Kauman Desa Pekauman merupakan salah satu saksi bisu sejarah berdirinya Kabupaten Sidoarjo. Masjid ini juga merupakan pusat penyebaran Islam di Sidoarjo pada masa silam.
-
Kenapa Masjid Nurul Islam Tuo Kayu Jao penting bagi sejarah Islam di Sumatra Barat? Masjid tertua di Sumatra Barat ini menjadi peninggalan dari penyebaran dan peradaban agama Islam.
-
Bagaimana Masjidil Aqsha menjadi saksi sejarah penyebaran Islam? Masjid ini tidak hanya menjadi saksi sejarah penyebaran Islam, tetapi juga menjadi tempat terjadinya peristiwa-peristiwa penting dalam Islam.
-
Mengapa Situs Arkeologi Jumeirah Era Islam penting? Situs ini menyoroti peran penting kawasan Jumeirah sebagai pusat komersial utama antara Oman, Semenanjung Arab, Mesopotamia, dan Timur Jauh.
-
Mengapa penemuan masjid ini penting untuk memahami sejarah daerah tersebut? Pejabat Otoritas Kepurbakalaan (IAA) mengatakan temuan itu memberi petunjuk tentang bagaimana wilayah itu yang tadinya memeluk Kristen berpindah menjadi Islam.
Tak hanya Istana Maimun, Sumatra Utara memiliki peninggalan kerajaan atau kesultanan Islam berupa istana lain yang tersebar di beberapa daerah. Berikut beberapa istana yang bernuansa Islam yang masih berdiri kokoh di Sumatra Utara.
Istana Darul Arif di Serdang Bedagai
Sumber: disporaparbud.serdangbedagaikab.go.id ©2020 Merdeka.com
Dilansir dari correcto.id, Istana Darul Arif berdiri pada 29 Juli 1889, yang didirikan oleh Sultan Sulaiman Shariful Alamshah yang merupakan raja kelima dari silsilah Kesultanan Serdang dalam Keraton Kota Galuh.
Istana Darul Arif ini bisa dibilang memiliki bangunan yang sederhana jika dibandingkan dengan istana lainnya. Bahan utama untuk membangun istana ini adalah kayu dan batu bata. Istana yang dibangun menyerupai rumah panggung ini memiliki tiga lantai.
Istana Niat Lima Laras di Batu Bara
Sumber: kebudayaan.kemdikbud.go.id ©2020 Merdeka.com
Istana Niat Lima Laras berusia di atas 100 tahun, yang merupakan sebuah situs peninggalan sejarah masyarakat Melayu pesisir. Istana Niat Lima Laras ini berada di Dusun I, Desa Lima Laras, Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara.
Istana ini dibangun pada tahun 1907 dan selesai tahun 1912. Dibangun saat pemerintahan Datuk Muhammad Yoeda, yang bertahta pada tahun 1883 hingga 1919. Pembangunan istana ini menghabiskan biaya 150.000 Golden dan dikerjakan oleh tenaga ahli dari Cina.
Istana Indra Sakti di Tanjung Balai
Sumber: gpswisataindonesia.info ©2020 Merdeka.com
Tanjung Balai merupakan bagian dari Kabupaten Asahan, Sumatra Utara. Sampai tahun 1946, Asahan merupakan salah satu Kesultanan Melayu yang ada di Sumatra Utara. Raja pertama dari kerajaan ini ini adalah Sultan Abdul Jalil yang diangkat pada tahun 1630.
Dulunya Istana Indra Sakti ini terletak dekat dengan lapangan pasir tempat pusat Kota Asahan. Namun, sekarang istana ini di pindahkan ke ujung Tanjung Balai.
Kini, bangunan bersejarah ini sudah sangat jarang dikunjungi dan digunakan oleh masyarakat Tanjung Balai. Hanya pada acara-acara tertentu saja bangunan ini dipakai, itu pun yang memakainya hanya dari keturunan Sultan.
Istana Tunggang Bosar di Tapanuli Selatan
Sumber: pariwisatasumut.net ©2020 Merdeka.com
Dilansir dari pariwisatasumut.net, Istana Tunggang Bosar didirikan oleh Sultan Baharuddin Harahap, yang merupakan keturunan marga Harahap dan berasal dari silsilah keluarga Ompu Toga Langit, yang dulunya seorang raja di Tanah Angkola.
Istana ini dibangun pada tahun 2007, setelah pertemuan besar seluruh raja di Tapanuli Selatan. Dari pertemuan tersebut, diputuskan untuk membangun kesultanan baru di Sumatra Utara bernama Kesultanan Dhasa Nawalu dengan raja pertama Daulat Tuanku Sultan Haji Baharuddin Harahap.
Bangunan istana ini memiliki dua lantai dengan arsitektur bercorak Angkola dan Melayu. Desainnya mirip seperti rumah adat Bagas Gondang. Secara keseluruhan, istana ini didominasi dengan warna hijau tua yang memadukan desain lokal dan gaya modern.
Istana Maimun di Medan
Sumber: indonesia.go.id ©2020 Merdeka.com
Istana Maimun dibangun pada tanggal 28 Agustus 1888 dan selesai pada 18 Mei 1891. Istana ini didirikan oleh Sultan Makmun Al Rasyid Perkasa Alamsyah yang merupakan pendiri Kota Medan pada saat itu.
Kemudian, sejak tahun 1946, istana ini ditempati oleh para ahli waris keturunan Kesultanan Deli Serdang. Pada waktu-waktu tertentu, istana ini sering kali digunakan sebagai tempat pertunjukkan musik tradisional Melayu.
Dilansir dari kebudayaan.kemdikbud.go.id, Istana Maimun ini dibangun selama 3 tahun dengan dana sebesar 1 juta Golden dengan kurs mata uang Belanda. Bangunan istana yang kini menjadi cagar budaya ini memiliki gaya dan karakter tradisional khas Indonesia bersentuhan Melayu, dengan warna kuning keemasan yang identik dengan etnis Melayu.