Mengenal Kuang, Kearifan Lokal Masyarakat Toraja dalam Menjaga dan Mengelola Air
Masyarakat Toraja mempunyai cara unik dalam mengelola air yang digunakan untuk menjaga lahan pertanian dan sumber air minum bagi hewan ternak.
Kekayaan alam Indonesia salah satunya berasal dari bidang pertanian. Hampir segala jenis pangan bisa tumbuh subur di tanah Nusantara. Aktivitas di sektor pertanian ini kerap menciptakan berbagai kearifan lokal yang dipertahankan secara turun temurun.
Salah satunya pengolahan sawah masyarakat Toraja di Sulawesi Selatan. Mereka memiliki cara tersendiri dalam mengeolah lahannya termasuk mengatur aliran air.
-
Apa yang terjadi di Tana Toraja? Bencana tanah longsor terjadi di Dusun Palangka, Kecamatan Makale, dan Dusun Putu, Lembang Randang Batu, Kecamatan Makale Selatan, Kabupaten Tana Toraja pada Sabtu (13/4) malam.
-
Apa yang sedang dibangun di Toraja Utara? Hari ini meninjau langsung Pembangunan Jembatan Sungai Malango pada Ruas Rantepao - Sadan - Batusitanduk di Kabupaten Toraja Utara," ujarnya.
-
Kapan longsor Tana Toraja terjadi? Bencana tanah longsor terjadi di Dusun Palangka, Kecamatan Makale, dan Dusun Putu, Lembang Randang Batu, Kecamatan Makale Selatan, Kabupaten Tana Toraja pada Sabtu (13/4) malam.
-
Dimana letak tempat wisata Kete Kesu di Toraja? Kete Kesu adalah destinasi wisata yang memikat hati dengan keberagaman seni dan budaya Toraja. Terletak di Kecamatan Sangalla, desa ini dikenal sebagai "Museum Langit" karena rumah tradisional Tongkonan yang khas.
-
Apa yang menjadi ciri khas dari budaya Batak Toba? Rumah adat Batak yang dikenal sebagai Rumah Bolon ini menjadi salah satu ciri khas dari budaya Batak Toba.
-
Apa saja tempat wisata yang direkomendasikan di Toraja? Merdeka.com merangkum informasi tentang 7 tempat wisata Toraja yang bisa jadi referensi liburan bersama keluarga. Toraja adalah sebuah daerah di Sulawesi Selatan, Indonesia, terkenal dengan kekayaan budaya dan pemandangan alamnya yang indah.
Cara tersebut dikenal dengan nama Kuang, yaitu sistem pengolahan lahan persawahan dengan tadah hujan dengan cara membangun sumur-sumur kecil di tengah sawah. Nantinya, air-air ini akan menjadi sumber utama untuk air minum ternak serta budidaya ikan.
Kuang yang tidak jauh berbeda dengan sumur ini digunakan pula untuk sumber irigasi untuk lahan persawahan. Dengan adanya Kuang, padi akan terus dialiri air meskipun saat musim kemarau melanda sehingga tidak menurunkan kualitas hasil panennya kelak.
Model Kuang
Dikutip dari situs indonesia.go.id, masyarakat Toraja pada umumnya membangun Kuang dengan bentuk permukaan bulat atau persegi. Sebagai penanda dan memperkuat strukturnya, biasa petani menambah tepian dari bahan kayu, bambu, atau tumbuhan berakar serabut yang kuat.
Dalam sepetak lahan kurang lebih dua hektare, para petani umumnya akan menggali tiga lubang untuk dijadikan Kuang agar bisa optimal. Ketiga lubang ini nantinya akan digunakan untuk membuat Kuang yang diisi dengan aneka jenis ikan.
Umumnya masyarakat Toraja akan mengisi Kuang pertama dengan ikan untuk konsumsi harian, kemudian Kuang kedua diisi jenis ikan untuk upacara adat, dan terakhir biasanya untuk ikan yang digunakan sebagai lauk jika ada tamu.
- Pilu Warga Karawang Tak Bisa Mandi hingga Cuci Beras karena Air Bendungan Tercemar Limbah, Warna Berubah Hitam Pekat dan Berbau
- Manfaatkan Kearifan Lokal, Begini Cara Warga Desa di Kendal Jaga Kelestarian Air
- Mengunjungi Sendang Tirto Kamandanu, Sumber Air Warisan Raja Jayabaya yang Tak Pernah Kering, Konon Bisa Obati Segala Penyakit
- Mengenal Tuk Si Bedug, Sumber Mata Air Keramat di Sleman Konon Warisan Sunan Kalijaga
Kedepankan Prinsip Gotong Royong
Setiap petak sawah nantinya memiliki saluran pintu air yang disebut dengan Patta'darran. Pada umumnya masyarakat Toraja sangat mengedepankan prinsip gotong royong dan kebersamaan ketika menggarap lahan persawahan.
Dilansir dari beberapa sumber, dalam satu areal sawah terdapat lahan yang berada di dataran tinggi yang jumlahnya puluhan hingga ratusan petak. Sawah yang berada di dataran paling tinggi akan mendistribusikan air ke lahan sawah yang ada di dataran yang lebih rendah.
Maka dari itu, setiap petak sawah memiliki pintu air atau yang disebut dengan Patta'darran tadi. Masyarakat Toraja sampai sekarang masih terus merawat tradisi tersebut.