Sosok Syamsidar Yahya, Pendakwah dan Pejuang Pendidikan Perempuan Asal Sumbar
Ia merupakan salah satu tokoh perempuan yang berjuang di bidang pendidikan, sezaman dengan pahlawan lainnya seperti Rasuna Said hingga Rahma El Yunusiyyah.
Ia merupakan salah satu tokoh perempuan yang berjuang di bidang pendidikan, sezaman dengan pahlawan lainnya seperti Rasuna Said hingga Rahma El Yunusiyyah.
Sosok Syamsidar Yahya, Pendakwah dan Pejuang Pendidikan Perempuan Asal Sumbar
Salah satu tokoh perempuan asal Agam, Sumatera Barat yaitu bernama Rangkayo Hj. Syamsidar Yahya. Ia lahir di Nagari Batagak, Sungai Pua, Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat pada 11 November 1914.
Syamsidar sendiri lahir dari lingkungan keluarga yang cukup kaya dan terpandang. Meski ia berasal dari kalangan keluarga yang baik, namun Syamsidar tetap mempelajari situasi dan kondisi daerahnya serta memiliki daya juang yang tinggi khususnya di bidang pendidikan.
-
Bagaimana Rahmah El Yunusiyah memperjuangkan hak wanita di luar pendidikan? Tak hanya fokus di bidang pendidikan, Rahmah El Yunusiyah juga berperan aktif di dunia sosial, keagamaan, dan juga politik di tanah kelahirannya, Padang Panjang.
-
Mengapa Rahmah El Yunusiyah bersemangat memperjuangkan hak wanita dalam bidang pendidikan? Meski tidak mendapat pendidikan formal, Rahmah yang kerap membaca buku-buku ilmiah pun bersemangat untuk memperjuangkan hak kaum wanita terutama di bidang pendidikan.
-
Bagaimana wanita tersebut dimakamkan? Berdasarkan hasil penelitian kerangka, tinggi wanita tersebut sekitar 152 cm. Kerangkanya ditemukan berbaring telentang di samping kerangka suaminya, namun yang mengejutkan para ilmuwan, bagian atas kepalanya hilang.
-
Apa yang dilakukan Kiai Bisri dan Nyai Khodijah untuk memajukan pendidikan kaum perempuan? Upaya Kiai Bisri mendirikan pesantren putri disebut langkah tepat. Sebagai ulama fiqih, Mbah Bisri melahirkan terobosan penting untuk kemajuan pendidikan kaum perempuan.
-
Apa yang ditemukan di samping makam wanita tersebut? Apa yang membuat penemuan ini sangat menarik adalah perempuan tersebut dikuburkan di samping anak panah yang "secara simbolis laki-laki", menantang persepsi tradisional tentang peran gender.
-
Bagaimana HR Rasuna Said memperjuangkan hak-hak wanita? Sosoknya yang keras dan memiliki wawasan luas, ia menggunakan kelebihannya itu untuk mengubah peran wanita di Indonesia.
Masa Pendidikan
Hj. Syamsidar Yahya menempuh pendidikan Sekolah Meisjesschool atau yang lebih dikenal dengan istilah Sekolah Keputrian sejak usia 6 tahun. Kemudian, setelah 3 tahun menempuh pendidikan, ia melanjutkan di Meisjes Veruolgdschool yang juga sekolah lanjutan dari Meisjesschool.
Pada tahun 1924 atau tepat diusianya yang ke-14 tahun, Syamsidar melanjutkan sekolah di Madrasatul Diniyah il Banat yang berada di Padang Panjang.
Perempuan yang menikah dengan Abdoel Moein Dt. Rangkayo Mahardjo itu mulai ikut dalam kegiatan aktivis perempuan pada usia 14 tahun.
Dari situ, ia membentuk karakter perempuan yang memberontak terhadap kondisi penjajahan di Indonesia.
Kemudian, ia juga aktif dalam organisasi sekaligus menambah pendidikannya dengan mendaftar sekolah puteri di Bukittinggi. Syamsidar lalu memulai meniti karier sebagai pengajar di Maninjau sembari berdakwah.
Awal Perjuangan
Perjuangan Hj. Syamsidar Yahya dimulai pada tahun 1950 setelah sang suami dipromosikan untuk tugas baru sebagai wakil bupati di Rengat, Kabupaten Indragiri. Ia syok setelah melihat keadaan masyarakatnya yang miskin dan tidak mengenyam pendidikan.
Melihat situasi tersebut, niat dan hati Syamsidar muncul untuk mendirikan sebuah sekolah di Rengat dengan segala upaya yang dia miliki. Keinginan tersebut bisa terwujud dengan hadirnya SMP pertama di Kota Rengat pada rentang tahun 1950-1951.
Setelah sekolahnya berdiri, Syamsidar berusah mencari tenaga pengajar hingga ke pusat kota melalui teman-temannya.
Tak sampai situ, ia juga berjuang keras untuk membujuk anak-anak di sana yang masih tamatan SD serta banyak masyarakat yang berusia tanggung juga turut diajak untuk belajar bersama.
Dirikan Yayasan Kesatuan Wanita Indonesia
Sang suami yang sempat bekerja di Rengat ini kemudian dipindahkan lagi ke Pekanbaru. Di tempat ini justru Syamsidar bisa memulai perjuangannya terutama di bidang dakwah dan pendidikan.
- Sosok Ilyas Ya'kub, Ulama dan Wartawan Lulusan Mesir yang Dinobatkan Jadi Pahlawan Nasional Asal Sumbar
- Bukan Sosok Sembarangan, Berikut Ini 10 Potret Rizki Natakusumah Tunangan Beby Tsabina
- Sosok Mohammad Sjafei, Tokoh Pejuang Pergerakan dan Pendidikan Indonesia Pendiri INS Kayutanam
- Sosok Alam Jamaaluka Tentua, Peraih Juara Suara Rendah Pria yang Tampil di Istana Negara
Di Pekanbaru, Syamsidar mendirikan Yayasan Kesatuan Wanita Indonesia atau disingkat YKWI bersama teman-temannya pada tahun 1952.
Pada awal berdiri, yayasan ini membangun Sekolah Rakyat Islam (SRI), kemudian meresmikan Kesejahteraan Keluarga Pertama Islam (SKKPI) Madrasah Tsanawiyah Lilfayat yang dikhususkan untuk perempuan.
Selain SKKPI, ia juga mendirikan Sekolah Guru Kepandaian Putri Islam (SGKPI) yang dikhususkan untuk tamatan SKKPI yang ingin menjadi tenaga pengajar. Tahun 1981, SGKPI resmi menjadi MA dan berubah menjadi SMA Widyia Graha.
Pendakwah dan Tokoh Terpandang
Di samping berjuang di bidang pendidikan, Syamsidar juga terkenal sebagai berdakwah di Pekanbaru hingga namanya pun cukup dikenal banyak orang. Ia pun memiliki jamaah hingga mencapai 300 orang di setiap pengajiannya.
Selain itu, Syamsidar dikenal sebagai tokoh masyarakat Pekanbaru yang bercita-cita ingin memajukan pendidikan dan juga memajukan kaumnya, baik itu kehidupan di dunia dan juga di akhirat kelak.
Hj. Syamsidar Yahya wafat pada tahun 1975 di Pekanbaru, Riau di usianya yang ke-61 tahun. Kini, nama dan jasanya mungkin sudah dilupakan oleh masyarakat dan banyak orang tidak mengetahuinya.