Tuanku Nan Renceh, Tokoh Islam Generasi Pertama yang Menyerukan Gerakan Paderi
Sosok ulama dari Tanah Minangkabau ini begitu taat dalam menegakkan ajaran-ajaran Islam dan memicu adanya gerakan Paderi.
Sosok ulama dari Tanah Minangkabau ini begitu taat dalam menegakkan ajaran-ajaran Islam dan memicu adanya gerakan Paderi.
Tuanku Nan Renceh, Tokoh Islam Generasi Pertama yang Menyerukan Gerakan Paderi
Abdullah memiliki idealis dan pandangan yang begitu luar biasa. Ia juga dikenal sebagai sosok karismatik, dan sangat berkomitmen dalam menegakkan syariat-syariat Islam. Bahkan, namanya dikenal sebagai tokoh di balik adanya gerakan Paderi. Pengetahuan soal agama Islam dan pengetahuan umum ia dapatkan dengan belajar di kampung lain, tepatnya di Surau milik Tuanku Nan Tuo. Kemudian melanjutkan menuntut ilmu ke Ulakan Pariaman.
Dari seluruh ilmu yang ia dapatkan, Abdullah menjadi seorang guru yang telah melahirkan banyak pejuang dan tokoh-tokoh yang berjuang di Perang Paderi.
Ikuti Prinsip Ajaran Wahabi
Mengutip agamkab.go.id, pada abad ke-19 telah lahir gerakan wahabi ketika tiga tokoh besar pulang dari Tanah Suci Mekkah. Ketiganya telah memperdalam ilmu wahabi di sana selama hampir 10 tahun.
-
Bagaimana sejarah Museum di Puro Mangkunegaran? Museum ini terletak tak jauh dari Balai Kota Solo, berdasarkan sejarahnya, museum ini sudah dibangun sejak tahun 1867 dan dulunya digunakan sebagai kantor untuk De Javasche Bank Agentschap Soerakarta.
-
Apa bukti sejarah yang menunjukan kebesaran Purnawarman? “Inilah (tanda) sepasang telapak kaki yang seperti kaki Dewa Wisnu (pemelihara) ialah telapak yang mulia sang Purnawarman, raja di negeri Taruma, raja yang gagah berani di dunia”.
-
Bagaimana sejarah Lembah Anai terbentuk? Konon, dulunya air terjun ini menjadi saksi bisu pergerakan rakyat Minang dalam melawan penjajahan. Pada masa kolonial, masyarakat setempat dipaksa untuk menjadi pekerja membangun jalan lintas Sumatera yang menghubungkan antara Kota Padang dan Padang Panjang via Lembah Anai.Masyarakat Minang yang bekerja dalam proyek pembangunan jalan tersebut harus menempuh jarak yang cukup jauh, bahkan bisa berhari-hari dari tempat mereka tinggal menuju lokasi pembangunan jalan.
-
Apa yang ditampilkan dalam Pagelaran 'Pahlawan Nusantara' dari Sabang hingga Merauke? Pagelaran 'Pahlawan Nusantara' dari Sabang hingga Merauke adalah sebuah pertunjukan megah dan kolosal yang disajikan dengan cara yang menarik, melibatkan rangkaian musik dari daerah dan nasional. Kolaborasi antara para seniman akan menghiasi keindahan yang akan memperkaya aksi pertunjukan teatrikal, tarian dari berbagai daerah serta tarian kontemporer, parade busana etnik Indonesia, serta 31 lagu daerah dan nasional yang akan dibawakan di atas panggung.
-
Apa yang merupakan pintu gerbang menuju ibu kota Kerajaan Majapahit di masa lampau? Pada masa lalu, Kalimas adalah pintu gerbang menuju ibu kota Kerajaan Majapahit di Trowulan Mojokerto.
-
Siapa Raja Kediri yang terkenal dengan ramalan masa depan Nusantara? Prabu Jayabaya adalah tokoh yang identik dengan ramalan masa depan Nusantara.
Pria yang memiliki tubuh kecil dan kurus ini memantik adanya gerakan untuk memberantas seluruh budaya yang dianggap tidak ada kaitannya bahkan bertolak belakang dengan ajaran Islam, khususnya di Sumatra.
Tegakkan Ajaran Islam yang Ketat
Desa-desa yang dikuasai oleh Paderi ini telah menegakkan ajaran Islam yang begitu ketat. Sambung ayam, judi, penggunaan tembakau, opium, hingga minuman keras semuanya dihapuskan. Bahkan, para pendukung Paderi menggunakan atribut atau aksesoris yang bertujuan sebagai tanda.
Hingga tahun 1820, pengikutnya semakin bertambah banyak khususnya di Luhak Nan Tigo. Siapapun yang melanggar aturan, akan mendapatkan denda berupa suku atau gulden. Abdullah juga menurunkan Laskar Paderi untuk memeriksa setiap rumah dan wajib menyediakan batu setapak di depan rumah.
Mengapa demikian? hal ini bertujuan ketika Laskar Paderi sedang berpatroli, mereka akan mengecek batu setapak tersebut. Apabila basah, berarti orang yang tinggal sudah melaksanakan shalat. Jika batu itu kering, Laskar Paderi akan menginterogasi orang tersebut.
Hukum Islam semakin ketat dan begitu tinggi dengan ditetapkannya aturan jika mereka yang ingin menjadi wali nagari atau kepala pemerintahan, syaratnya harus mampu menjadi imam salat berjemaah.
Terjadi Pergolakan
Dengan menerapkan hukum Islam yang begitu ketat, beberapa hukum adat pun dirasa ada yang tidak sejalan. Hal tersebut memicu konflik, keresahan, dan ketidakseimbangan sosial hingga akhirnya terjadi perang.
Pulau Sumatra yang saat itu masih dikuasai Belanda ikut campur dalam urusan tersebut. Pendudukan kaum bangsawan pun membuat perjanjian dengan Belanda untuk melawan orang-orang Paderi tersebut.
Sebelum menyatakan perang, pihak kaum adat dan kaum Padri sempat membuat kesepakatan namun berujung nihil. Tidak tercapainya kesepakatan mengakibatkan suasana menjadi keruh dan konflik semakin tidak terhindarkan.
- Mengenal Mama Sempur, Keturunan Rasulullah di Purwakarta dan Guru Ngaji Bagi Banyak Kiai Kampung
- Tolak Campur Tangan PBNU, PKB: Urusan Kami dengan NU
- Mengenal Tari Rapa'i Geurimpheng, Kesenian Tradisional Pesisir Timur Aceh yang Penuh Nilai Islam
- Mengenal Sosok Abah Guru Sekumpul, Ulama Karismatik Asal Kalimantan Selatan
Kaum Paderi di bawah kepemimpinan Tuanku Lintau pun menyerang Kerajaan Pagaruyung dan perang pun pecah di Koto Tangah. Serangan ini memicu Sultan Arifin Muningsyah terpaksa kabur ke kota lain untuk menyelamatkan diri.
Akhir Hayat
Abdullah mengembuskan napas terakhirnya pada tahun 1832 di kampungnya karena menderita sakit. Perannya dalam menegakkan ajaran-ajaran Islam menjadi inspirasi orang-orang Minangkabau pada saat itu.
Salah satu muridnya yang mungkin sampai sekarang masih dikenal banyak orang dan masih muncul di buku-buku sejarah, yaitu Peto Syarif atau dikenal dengan Tuanku Imam Bonjol.
Saat Abdullah wafat, kondisi gerakan Paderi sudah sangat meluas dan sempat dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol, murid dari Tuanku Nan Renceh.