Mengenal Bahrum Rangkuti, Sosok Pengarang yang Berkecimpung di Dunia Agama Islam
Lahir dari keluarga yang taat agama, ia menjadi sosok pengarang yang juga terjun dalam dunia keagamaan.
Lahir dari keluarga yang taat agama, ia menjadi sosok pengarang yang juga terjun dalam dunia keagamaan.
Mengenal Bahrum Rangkuti, Sosok Pengarang yang Berkecimpung di Dunia Agama Islam
Pulau Sumatra banyak melahirkan tokoh-tokoh yang terjun di dunia kesastraan. Salah satu tokoh pengarang yang mungkin tidak banyak orang ketahui bernama Bahrum Rangkuti.
Pria yang memiliki nama lengkap Bahrum Azaham Syah Rangkuti Pane Al Paguri ini lahir pada 7 Agustus 1919 di Galang, Kabupaten Deli Serdang, Sumatra Utara. Ia tumbuh di keluarga yang sangat taat dengan agama. Sang ayah yang mendalami ilmu tarekat, sementara sang ibunda menyukai tasawuf dan mistik.
(Foto: ensiklopedia.kemdikbud.go.id)
-
Kenapa nama tokoh Islam dunia jadi inspirasi? Banyak tokoh Islam dunia pula yang memiliki sejarah hidup yang mulia dan patut diteladani. Pantas rasanya jika para tokoh Islam dunia tersebut menjadi sumber inspirasi orang tua dalam memberi nama anak-anak mereka.
-
Siapa yang disebut Gus Baha sebagai pelopor Islam di Jawa? Ia menegaskan bahwa klaim tersebut tidak sepenuhnya benar. Menurut Gus Baha, meskipun Wali Songo berperan penting dalam menyebarkan Islam di Jawa, agama Islam sebenarnya sudah ada di Indonesia jauh sebelum mereka datang.
-
Siapa saja tokoh penting penyebar Islam di Nusantara? Penyebaran Islam di wilayah ini dilakukan melalui berbagai strategi, seperti jalur perdagangan, dakwah, perkawinan, pendidikan, serta islamisasi budaya. Tokoh yang merupakan sentra penyebaran Islam di Nusantara ialah para ulama dan raja/sultan.
-
Siapa yang El Rumi temani? Ternyata bukan hanya kebetulan, El Rumi memang setia menemani Syifa Hadju.
-
Mengapa puisi Ramadan penting? Puisi menyambut Ramadan juga menjadi medium yang dapat menyatukan umat Muslim dalam perayaan bersama, mengingatkan mereka akan kebesaran dan keagungan bulan penuh berkah ini.
-
Apa kontribusi Rivai Abdul Manaf Nasution untuk pendidikan Islam di Sumatera Utara? Taman Pendidikan Islam (TPI) yang ia dirikan ini menjadi semangat baru dunia edukasi di Sumatera Utara pasca kemerdekaan. Sebagai pendiri, Rivai mencoba memanfaatkan momen pasca kolonialisasi sebagai masa untuk bangkit dan membangun peradaban baru. Ia kemudian mewadahinya melalui jalur pendidikan.
Sejak kecil ia sudah begitu dekat ilmu dan ajaran agama Islam. Hingga beranjak dewasa, ketaatannya ini diwarisi oleh sang ibunda. Selain mengarang, Bahrum juga dikenal sebagai penceramah, dosen, dan mengelola yayasan orang-orang terlantar.
Lantas, seperti apa profil dan perjalanan karier Bahrum Rangkuti selama hidupnya? Simak rangkuman informasinya berikut ini.
Pendidikan Mumpuni
Mengutip ensiklopedia.kemdikbud.go.id, masa pendidikan Bahrum bermula di Holland Inlandsche School (HIS) atau setingkat Sekolah Dasar (SD) pada tahun 1933 di Medan.
Setelah lulus dari HIS, ia melanjutkan sekolah di Hogere Burger School (HBS), setingkat dengan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Medan dan lulus pada tahun 1937.
Kemudian, semasa Sekolah Menengah Atas (SMA), Bahrum melanjutkan di Algemene Middelbare School (AMS) di Yogyakarta. Setelah lulus pada tahun 1940, ia melanjutkan kuliah di Fakultas Sastra Universitas Indonesia.
Selama belajar di sana, ia mampu menguasai tujuh bahasa yang terdiri dari bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Belanda, Arab, Urdu, dan Melayu.
Terinspirasi Filsuf Islam
Bahrum juga mengagumi salah satu tokoh filsuf Islam bernama Muhammad Zafrullah Khan yang sempat menjabat sebagai Menteri Luar Negeri Pakistan.
Selain itu, ia juga tertarik dengan buah pemikiran Muhammad Iqbal. Bahkan, Bahrum sempat menerjemahkan beberapa puisi karangan idolanya itu ke dalam Bahasa Indonesia dengan judul Rahasia-Rahasia Pribadi.
Bekerja di Berbagai Bidang
Bahrum tidak hanya berprofesi sebagai pengarang. Sebelum itu, ia juga pernah menjalani beberapa profesi lain seperti guru, wartawan, pegawai negeri, hingga rohaniwan militer.
Salah satu contohnya adalah ia bergabung bersama pasukan Barisan Keamanan Rakyat (BKR), Tentara Republik Indonesia (TRI), dan juga Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Setelah momen kemerdekaan, Bahrum sempat bekerja menjadi sekretaris dan guru Bahasa Urdu dan bahasa Inggris di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Karachi, Pakistan.
Tahun 1953, ia kembali ke tanah air dan barulah ia berfokus sebagai seorang pengarang dan melahirkan beberapa karya-karya.
Karya-Karya Islam
Pengaruh agama Islam yang diwariskan dari kedua orang tuanya itu lantas terus membekas di benak dan pikirannya. Selain itu, ia juga hidup berbarengan dengan Chairil Anwar, Asrul Sani, dan juga H.B. Jassin.
Dari situlah, karya-karyanya pun lahir dan bernapaskan keagamaan. Ia juga menerbitkan buku berjudul Pramoedya Ananta Toer dan Karja Seninja yang diterbitkan Gunung Agung tahun 1963.
Masih banyak buah karya milik Bahrum Rangkuti dalam bentuk cerpen, puisi, drama, hingga esai. Namun, karya-karyanya ini belum berbentuk buku, sehingga hanya tersebar dalam beberapa terbitan majalah lawas.