Wagub Sumut Dorong Tanaman Daun Kelor untuk Atasi Stunting, Kaya Manfaat Gizi
Wakil Gubernur Sumut Musa Rajekshah mendorong inovasi penanganan stunting di daerah tersebut dengan menggunakan daun kelor sebagai alternatif pemenuhan gizi anak.
Kasus stunting atau kondisi gagal pertumbuhan tubuh pada anak yang disebabkan karena kurang gizi terus menjadi perhatian Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumatra Utara (Sumut). Untuk itu, Wakil Gubernur (Wagub) Sumut Musa Rajekshah mendorong Dinas Kesehatan (Dinkes) Sumut terus berupaya menekan angka kasus stunting tersebut.
Dari program-program penanganan stunting yang sudah ada, Wagub Musa menilai perlu adanya perkembangan atau inovasi dalam hal pemenuhan nutrisi dan gizi anak. Baru-baru ini, Wagub Musa mendorong tanaman daun kelor sebagai alternatif pemenuhan gizi untuk mencegah stunting.
-
Kenapa stunting bisa terjadi? Faktor penyebab stunting meliputi pola makan yang tidak sehat, kekurangan gizi, akses terbatas terhadap asupan makanan bergizi, serta infeksi kronis seperti diare dan penyakit pernafasan.
-
Apa yang dimaksud dengan istilah 'Stunting' dalam naskah Sunda kuno? Menurut Ahli sejarah dan filologi, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran, Dr. Elis Suryani Nani Sumarlina, dikutip dari ANTARA, orang tua Sunda memang telah mengenal istilah gagal tumbuh pada anak atau dalam bahasa sekarang dikenal sebagai stunting.
-
Mengapa Stupa Sumberawan penting? Stupa melambangkan nirbana (kebebasan) yang merupakan dasar utama dari seluruh rasa dharma yang diajarkan Guru Agung Buddha Gautama. Nirbana juga menjadi tujuan setiap umat Buddha.
-
Apa yang dilakukan di Kecamatan Buahbatu untuk mengatasi masalah stunting? Dengan kekompakan warga, masalah stunting di Kecamatan Buahbatu, Kota Bandung ini bisa diatasi. Cara mengatasinya cukup sederhana hanya dengan sedekah 1 butir telur.
-
Apa itu stunting? Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak akibat kurangnya asupan makanan yang bergizi dan infeksi kronis pada periode pertumbuhan mereka.
-
Kenapa stunting di Kudus harus diturunkan menjadi nol? “Kami akan berupaya agar target zero (nol) kasus stunting di Kudus pada tahun 2024 bisa terwujud. Untuk itu kami juga membutuhkan komitmen bersama dari semua pihak,” kata Bupati Kudus, Hartopo, dikutip dari ANTARA pada Selasa (27/6).
Hal ini Ia sampaikan dalam pertemuannya bersama salah satu pelaku UMKM, didampingi Kadis Kesehatan Ismail Lubis pada Rabu (15/12).
“Asupan makanan yang bervitamin sangat dibutuhkan dalam penanganan stunting untuk bayi dan ibu hamil, apalagi saat ini kita juga masih dalam suasana pandemi. Salah satu yang saya melihat dan mendengar kelor ini banyak juga vitamin yang terkandung di dalamnya,” ujar Wagub Musa.
Melansir dari laman berita resmi Pemprov Sumut, berikut informasi selengkapnya.
Potensi Tinggi Tingkatkan Kesehatan dan Ekonomi Masyarakat
Wagub Musa mengatakan, dari adanya pelaku UMKM yang berhasil membawa daun kelor go internasional ini, membuktikan bahwa tanaman yang satu ini memiliki peluang yang sangat bagus, apalagi dengan kandungan khasiat yang terkandung di dalamnya.
“Dengan adanya UMKM yang inovasi daun kelor keringnya sudah banyak diekspor ke luar, kenapa kita tidak juga memanfaatkannya. Ini alami dan berasal dari lahan subur yang dimiliki Sumut,” ujarnya.
Ia juga berharap, jika potensi daun kelor ini bisa dikembangkan, maka selain bisa dimanfaatkan untuk kesehatan, tentunya bisa menambah pemasukan untuk masyarakat.
“Selain itu, harapan kita petani atau masyarakat kita bisa menanam daun kelor di samping untuk asupan sendiri, tanaman kelor ini juga bisa menjadi tanaman yang menghasilkan atau jadi mata pencarian,” ujarnya.
Sumut Salah Satu Pusat Daun Kelor di Indonesia
Sementara itu, owner UMKM tersebut, Devi menjelaskan, Sumut merupakan satu dari enam daerah di Indonesia yang menjadi pusat daun kelor. Daun k sendiri telah diperkenalkan oleh WHO sebagai salah satu pangan alternatif untuk mengatasi masalah gizi.
“Jadi di luar negeri itu, di Afrika tepatnya daun kelor sudah menjadi suplemen untuk ibu menyusui dan untuk anak bayi untuk membantu tumbuh kembangnya,” jelas Devi.
Devi mengaku, menurut pengalamannya, daun kelor sangat mudah tumbuh di wilayah Sumut. Penanaman perdana bisa dipanen di usia 4 bulan.
“Jadi dia model panennya dipangkas, setelah panen perdana bisa dipanen lagi setelah 30-40 hari dan jumlahnya akan lebih banyak dibanding panen perdana karena setelah dipangkas dia bercabang. Panen ganda dan gak perlu peremajaan,” ujarnya.
Devi berharap, pemerintah bisa mendukung atau menaikkan kearifan lokal daun kelor ini untuk meningkatkan kesehatan dan perekonomian masyarakat.
“Kami berharap dukungan Pemerintah Provinsi Sumatra Utara agar kita bisa menaikkan kearifan lokal kita sendiri untuk meningkatkan kesehatan dan perekonomian,” ujarnya.