20 Tahun Google IPO: Segini Keuntungan yang Diterima Investor Awal jika Taruh Duit Rp 8 Jutaan
Google merayakan 20 tahun sejak IPO yang berhasil mengubahnya menjadi raksasa teknologi dengan kapitalisasi pasar USD2 triliun.
Pada 2004, dua pendiri Google yang berusia 31 tahun, Larry Page dan Sergey Brin, menjadi sorotan Silicon Valley saat membawa perusahaan mereka ke pasar publik melalui IPO yang sangat dinanti.
Mengusung slogan "Don't Be Evil", keputusan mereka untuk go public menjadi salah satu cerita terbesar di dunia teknologi dan bisnis tahun itu.
-
Siapa yang menginvestasi Google di awal? Mereka memulai operasinya dari sebuah garasi di Menlo Park, California, dengan modal awal sebesar $100.000 yang diberikan oleh salah satu pendiri Sun Microsystems.
-
Apa yang dilakukan Telkomsel dan Google dalam kerja sama ini? Kerja sama ini bertujuan meningkatkan pengalaman komunikasi pelanggan dan menyajikan solusi pesan singkat yang lebih canggih. Telkomsel mengumumkan kemitraan strategis dengan Google untuk menghadirkan layanan Rich Communication Services (RCS) dengan Rich Business Messaging (RBM).
-
Mengapa Telkomsel bermitra dengan Google? Kerja sama ini bertujuan meningkatkan pengalaman komunikasi pelanggan dan menyajikan solusi pesan singkat yang lebih canggih.
-
Apa yang menjadi kesamaan minat Sergey Brin dan Larry Page yang kemudian melahirkan Google? Sejak pertemuan tersebut, mereka mengetahui memiliki kesamaan minat yaitu pada bidang internet.
-
Dimana Google pertama kali beroperasi? Mereka memulai operasinya dari sebuah garasi di Menlo Park, California, dengan modal awal sebesar $100.000 yang diberikan oleh salah satu pendiri Sun Microsystems.
-
Apa kesepakatan yang Google sepakati dengan pemerintah Kanada? "Setelah diskusi ekstensif, kami senang Pemerintah Kanada telah berkomitmen untuk mengatasi permasalahan inti kami melalui Bill C-18, yang mencakup perlunya jalur yang disederhanakan menuju pengecualian dengan ambang batas komitmen yang jelas," jelas Walker.
Mengutip Fortune, Jumat (23/8), IPO Google, yang dilakukan melalui metode lelang Belanda yang tidak konvensional, hanya terjadi enam tahun setelah mereka menciptakan Google di kamar asrama Stanford. Perlu waktu enam bulan, perusahaan ini berubah menjadi "mesin pertumbuhan senilai USD2 miliar," seperti yang ditulis oleh Fred Vogelstein dari Fortune pada Desember 2004.
Senin kemarin (19/8), menandai peringatan 20 tahun IPO Google. Sejak itu, saham perusahaan telah meningkat lebih dari 6.500 persen. Dengan kata lain, jika Anda menginvestasikan USD1.000 di Google pada harga penutupan 19 Agustus 2004 (bila dikurskan dalam rupiah pada 2004 sekitar Rp 8,9 juta), saham Anda di Alphabet, yang kini menjadi induk Google, akan bernilai USD66.521,70 (Rp 104 miliar) pada penutupan hari Senin.
Google yang sekarang adalah salah satu perusahaan paling kuat di dunia, masih memegang budaya startup mereka ketika go public, memilih metode IPO yang tidak biasa yang membuat banyak orang di Wall Street marah. Google memilih IPO Belanda di mana perusahaan mengumpulkan tawaran dari semua investor yang tertarik dan kemudian membuka pada harga tertinggi di mana mereka bisa menjual semua saham untuk membatasi underpricing.
Namun, IPO ini tidak berjalan mulus tanpa hambatan. Harga saham awal dipatok di kisaran USD85 per saham, lebih rendah dari ekspektasi USD106 hingga USD135 per saham. Meski begitu, saham ini berhasil naik pada hari pertamanya dan ditutup di USD100,30. Namun, peringatan 20 tahun IPO Google juga diwarnai oleh berita duka.
Salah satu pemimpin penting mereka, Susan Wojcicki, mantan CEO YouTube, meninggal dunia pada usia 56 tahun awal bulan ini. Wojcicki berperan penting dalam kesuksesan Google, terutama di awal berdirinya perusahaan. Google kini mengendalikan lebih dari 90 persen pasar pencarian global.
Selama 12 bulan terakhir yang berakhir pada 30 Juni, perusahaan menghasilkan lebih dari USD328 miliar atau Rp 5.166 triliun pendapatan, mencatat pertumbuhan tahunan sebesar 13,4 persen.
Kendati meraih cuan gede, Google juga menghadapi tantangan baru, terutama tekanan regulasi dari pemerintah. Awal bulan ini, seorang hakim federal memutuskan bahwa Alphabet secara ilegal memonopoli pasar pencarian, kekalahan besar pertama untuk Big Tech dalam hampir dua dekade.
Upaya pemerintah untuk melawan raksasa teknologi sejauh ini lebih banyak mengalami hambatan daripada keberhasilan. Selain tantangan regulasi, Google juga menghadapi ancaman dari persaingan baru, seperti peluncuran mesin pencari oleh OpenAI.
Meskipun demikian, analis Bank of America tetap optimis tentang masa depan saham Alphabet. Dengan dominasi Alphabet yang masih kuat, banyak yang percaya bahwa perusahaan ini akan terus memberikan keuntungan bagi investor selama dua dekade mendatang.