5 Alasan Bumi hanya muat menampung 10 miliar manusia, bikin ngeri!
Lebih dari itu, nasib manusia tidak bisa dibayangkan lagi
Sampai saat ini, Bumi diperkirakan disesaki oleh 7 miliar manusia. Semua benua di Bumi ini tidak ada yang bebas dari manusia, Antartika sekalipun. Pertanyaannya, kurang berapa miliar manusia lagi hingga akhirnya Bumi sampai pada batasnya?
Berdasarkan beberapa penelitian terbaru, hingga tahun 2100 nanti, jumlah manusia Bumi total diprediksi menyentuh angka 10 miliar jiwa. Celakanya, angka itu dilihat ilmuwan sebagai batas maksimal. Alasannya?
-
Di mana daftar ilmuwan paling berpengaruh di dunia ini diumumkan? Peringkat tersebut didasarkan pada analisis dampak sitasi di berbagai disiplin ilmu yang diambil dari database Scopus. Setiap tahun, lembaga ini memilih 100.000 ilmuwan dari seluruh dunia yang aktif di berbagai institusi akademik.
-
Siapa ilmuwan terbaik di Universitas Gadjah Mada berdasarkan AD Scientific Index 2024? Universitas Gadjah Mada Jumlah ilmuwan dalam indeks : 497Ilmuwan terbaik dalam institusi : Abdul Rohman
-
Apa yang membuat dosen UGM masuk dalam daftar ilmuwan paling berpengaruh di dunia? Peringkat tersebut didasarkan pada analisis dampak sitasi di berbagai disiplin ilmu yang diambil dari database Scopus. Setiap tahun, lembaga ini memilih 100.000 ilmuwan dari seluruh dunia yang aktif di berbagai institusi akademik. Para ilmuwan tersebut dinilai berdasarkan hasil penelitian dan dampak sitasi karya ilmiah mereka, yang menunjukkan seberapa sering karya mereka dirujuk oleh peneliti lain.
-
Apa itu perubahan iklim? Menurut PBB, perubahan iklim adalah mengacu pada perubahan jangka panjang dalam suhu dan pola cuaca. Pergeseran ini mungkin alami, seperti melalui variasi siklus matahari. Namun sejak tahun 1800-an, aktivitas manusia menjadi pendorong utama perubahan iklim, terutama akibat pembakaran bahan fosil seperti batu bara, minyak dan gas.
-
Siapa saja dosen UGM yang masuk dalam daftar ilmuwan paling berpengaruh di dunia? Ketujuh dosen UGM yang terpilih adalah Abdul Rohman dari Fakultas Farmasi, Muh Aris Marfai dari Fakultas Geografi, Ahmad Maryudi dari Fakultas Kehutanan, Ganjar Alfian dari Sekolah Vokasi, Eka Noviana dari Fakultas Farmasi, Muhammad Akhsin Muflikhun dari Fakultas Teknik, dan Jumina dari FMIPA UGM.
-
Mengapa penelitian ini penting? Selain membantu memahami lebih lanjut tentang sistem cuaca unik di planet es, temuan ini juga dapat membantu menjelaskan mengapa medan magnet Neptunus dan Uranus berbeda dengan medan simetris yang dimiliki Bumi.
Tak ada tempat untuk 'menumbuhkan' makanan
Untuk memenuhi kebutuhan perut 10 miliar manusia, diperlukan minimal hewan ternak yang bila dikumpulkan menutupi area seluas 3,5 miliar hektar. Area itu lebih luas dari benua Afrika yang luasnya hanya 3 miliar hektar!
Selain itu, manusia juga membutuhkan tanaman pangan yang bila dikumpulkan seluas Amerika Selatan, atau sekitar 1,8 miliar hektar. Saat ini saja manusia sangat sulit mendapatkan lahan tempat tinggal yang layak, apalagi harus melonggarkan lahan seluas 2 benua untuk makanan.
Tanah pertanian 'mati'
Masalah bukan hanya pada jumlah tanaman pangan, tetapi tanah itu sendiri. Mengingat pertanian sudah dimulai oleh manusia sejak 11.500 tahun lalu, dari hari ke hari kualitas tanah semakin menurun.
Petani tidak bisa mendapatkan hasil maksimal dari tanah garapannya, bahkan tidak sedikit lahan yang akhirnya mengering tidak bisa digarap karena kehilangan total lapisan humusnya dan terkontaminasi bahan kimia. Contoh paling jelasnya ada di kawasan India, dimana banyak tanah pertanian gersang dan sangat cepat mengering meski pasca terkena hujan.
Ilmuwan sekarang bahkan tidak bisa memastikan berapa lama lagi sisa tanah pertanian di Bumi dapat dipakai untuk produksi tanaman pangan.
Ancaman global warming
Saat ini rata-rata manusia di Bumi menghasilkan emisi gas karbondioksida 5 metrik ton per tahun, sementara warga Amerika mencapai 17 metrik ton per tahun! Bayangkan bila ada 3 miliar manusia lagi yang muncul dengan gaya hidup mirip warga Amerika. Emisi gas karbondioksida tentu akan meroket dan memperparah global warming.
Para ahli memperkirakan sampai tahun 2100, suhu rata-rata Bumi akan naik 2 derajat Celcius. Sekarang saja serangan gelombang panas sudah seperti ini, apalagi jika suhu masih terus naik cuaca dan iklim dipastikan bertambah buruk. Dan bila cuaca dan iklim sudah tidak bersahabat, sektor pertanian terkena terparahnya. Ujung-ujungnya kelangkaan makanan di mana-mana.
Krisis air
71 Persen bagian Bumi kita tertutup oleh air, total volumenya mencapai 1,386 miliar kilometer kubik. Sementara air yang bisa dipakai oleh manusia hanya 10 juta kilometer kubik saja. Air ini berasal dari sumber bawah tanah, danau, sungai, dan rawa.Â
Nah, dari 10 juta kilometer kubik itu, manusia hanya bisa mengakses 30 persennya, sisanya digunakan untuk keperluan pertanian. Apabila jumlah manusia bertambah hingga 10 miliar orang, tentu kita harus berpikir keras bagaimana menyuplai air atau mengubah air laut menjadi layak minum.
Terlebih, di banyak negara di dunia, air yang ada sebenarnya tidak bisa dikonsumsi oleh manusia. Air-air tersebut biasanya terlalu kotor (seperti di Ethipoia) atau terlalu beracun (di Amerika, China, dan lain-lain).
Manusia dipaksa jadi vegetarian
Demi memenuhi pangan 10 miliar orang, banyak ahli menyarankan di masa depan manusia harus menggunakan lahan peternakan untuk lahan tanaman pangan. Artinya, secara tidak langsung manusia dipaksa untuk jadi vegetarian agar makanan cukup bagi semua orang.
Ironisnya mengganti semua lahan peternakan menjadi lahan pertanian dihitung ilmuwan hanya mampu untuk memberi makan 10 miliar orang, tidak bisa lebih dari itu. Selain itu, tentu banyak orang tidak akan mau meninggalkan daging. Lalu, bagaimana dengan nasib orang-orang yang lahir setelah Bumi mempunyai 10 miliar penghuhi? Tidak ada yang tahu jawabannya.
Sumber: YouTube/Lifenogging
(mdk/bbo)