7 Pulau Terancam Hilang Akibat Global Warming, Salah Satunya di Indonesia
Global warming atau pemanasan global adalah proses peningkatan suhu rata-rata bumi yang diukur melalui suhu atmosfer, daratan hingga lautan. Kini, setidaknya tercatat lebih dari 20.000 spesies flora maupun fauna terancam punah.
Global warming atau pemanasan global adalah proses peningkatan suhu rata-rata bumi yang diukur melalui suhu atmosfer, daratan hingga lautan. Kini, setidaknya tercatat lebih dari 20.000 spesies flora maupun fauna terancam punah.
Natural Resources Defense Council (NRDC) menyatakan, global warming merupakan krisis lingkungan serta kemanusiaan terbesar yang terjadi saat ini. Krisis lingkungan ini menimbulkan bencana pada permukaan bumi. Salah satu bencana yaitu semakin tingginya permukaan air laut dan membuat beberapa pulau terancam hilang secara perlahan.
-
Apa itu perubahan iklim? Menurut PBB, perubahan iklim adalah mengacu pada perubahan jangka panjang dalam suhu dan pola cuaca. Pergeseran ini mungkin alami, seperti melalui variasi siklus matahari. Namun sejak tahun 1800-an, aktivitas manusia menjadi pendorong utama perubahan iklim, terutama akibat pembakaran bahan fosil seperti batu bara, minyak dan gas.
-
Kapan Danau Tempe terbentuk? Dikutip dari kanal YouTube Balai Arkeologi Sulawesi Selatan, Danau Tempe terbentuk sekitar 10.000 tahun lalu atau pada Kala Holosen.
-
Bagaimana Gumuk Pasir Tungtung Karang terbentuk? Mengutip Garut Update, gumuk pasir ini terbentuk secara alami sesuai arah angin. Ini semakin membuat kawasan tersebut menarik.
-
Kapan pulau itu tenggelam? Di area spesifik inilah para peneliti menemukan tanah liat merah yang terjepit di antara lava yang diketahui berusia sekitar 45 juta tahun, seperti dilansir Live Science.
-
Mengapa kerak bumi hilang? Bukti baru mengungkapkan bahwa hilangnya mereka mungkin disebabkan oleh erosi gletser parah yang terjadi pada masa yang dikenal sebagai “Bumi Bola Salju” ketika hampir seluruh planet tertutup es.
-
Di mana kenaikan suhu global dapat menyebabkan meluasnya gurun pasir? Kenaikan suhu dapat menyebabkan gurun pasir meluas ke area yang sebelumnya subur. Ini mengurangi lahan yang tersedia untuk pertanian dan habitat alami, serta meningkatkan risiko kekeringan dan kelaparan.
Sejumlah ahli telah memprediksikan beberapa pulau terancam hilang dalam kurun waktu 80 tahun mendatang. Pulau mana sajakah itu? Berikut datanya dikutip dari Reader's Digest.
Pulau Solomon
Akibat pemanasan global, Pulau Solomon yang terdiri hampir 1.000 pulau dan atol ini perlahan-lahan akan tenggelam. Pulau yang berada di Pasifik Selatan, sejak tahun 1993 permukaan air lautnya telah naik sekitar 8 milimeter setiap tahunnya.
Saking cepatnya, ibu kota provinsi Choiseul saat ini hanya berjarak 6,6 kaki dari permukaan laut. Dalam Environmental Research Letters 2016 menyatakan, setidaknya 5 pulau karang dan beberapa desa yang berdiri sejak 1935 telah menghilang.
Dengan fakta tersebut membuat pemerintah provinsi sedang membangun kota baru untuk nantinya dijadikan sebagai tempat tinggal baru bagi penduduknya. Padahal, Pulau Solomon dikenal memiliki habitat terumbu karang yang sangat menakjubkan dan begitu eksotis.
Maka dari itu, sebelum pulau ini tenggelam oleh lautan lepas lebih baik segeralah berkunjung ke Pulau Solomon untuk menikmati pemandangan alam yang mengagumkan.
Pulau Maladewa (Maldives)
Siapa yang tidak mengenal Pulau Maladewa? Pulau yang lebih sering disebut dengan Maldives ini ternyata masuk ke dalam daftar deretan pulau yang akan hilang.
Resor-resor mewah serta hotel bawah laut nantinya secara perlahan akan tertutup oleh air laut. Menurut Central Intelligence Agency (CIA), rendahnya ketinggian pada pulau-pulau di Maladewa membuatnya lebih sensitif terhadap kenaikan permukaan laut.
Pulau Palau
Sejak tahun 1993, Pulau Palau tercatat telah mengalami peningkatan permukaan laut setiap tahun sekitar 0,35 inci. Angka tersebut sekitar tiga kali lebih tinggi rata-rata peningkatan permukaan laut global.
Data itu dikeluarkan oleh sebuah makalah kolaborasi antara Palau National Weather Service Office dan the Pasific Climate Change Science Program. Kenaikan tersebut juga diperkirakan akan terus meningkat sekitar lebih dari 24 inci pada tahun 2090 mendatang.
Public Radio International juga melaporkan, penduduk Pulau Palau telah merasakan kenaikan permukaan laut tersebut pada beberapa kondisi tertentu. Mereka mengatakan pada saat terjadi bulan purnama, pekarangan rumah akan diterjang banjir akibat pasang air laut dan mereka sudah mempertimbangkan untuk pindah ke negara baru.
Buruknya, ubur-ubur tidak menyengat yang terkenal dan populer di pulau itu juga akan menghilang secara perlahan akibat adanya perubahan iklim yang semakin memburuk.
Micronesia
Micronesia merupakan sebuah negara yang terdiri atas 607 pulau di dalamnya. Negara yang terletak di 2.500 mil barat daya Hawaii ini juga masuk ke dalam deretan pulau yang akan hilang di masa mendatang.
Micronesia hanya memiliki luas sekitar 279 mil persegi. Kendati demikian, negara ini dipenuhi oleh beragam gunung, laguna, bakau serta pantai yang begitu indah. Sayangnya, dari sekian banyak pulau yang ada di Micronesia tercatat beberapa di antaranya telah menghilang.
Menurut Journal of Coastal Conservation, adanya peningkatan permukaan laut membuat beberapa pulau menghilang dan sisanya telah berkurang ukurannya, baru-baru ini.
Pulau Bali
Tak hanya di luar negeri saja, ada beberapa pulau di Indonesia yang terancam akan hilang akibat keganasan global warming. Dari sekian banyak pulau yang ada di nusantara, Pulau Bali menjadi salah satunya.
Selain akibat global warming, Pulau Bali terancam tenggelam karena adanya peningkatan proyeksi hujan jangka panjang. Bahkan, curah hujan di kawasan Pulau Bali semakin bertambah setiap lima tahun. Pulau Nusa Penida terancam menjadi pulau pertama yang akan tenggelam nantinya.
Fakta ini membuat Pulau Nusa Penida menjadi perhatian khusus dalam United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) yang digelar di Bali, 2007 silam. Diperkirakan, pada 2050 nantinya Pulau Bali akan terendam air laut seluas 489 km persegi.
Lebih mengejutkannya lagi, nantinya hal tersebut akan terus berlanjut di tahun-tahun berikutnya. Buruknya, peristiwa ini juga dapat menyebabkan Pulau Bali terpisah menjadi dua sisi. Untuk informasi, saat ini Pulau Bali memiliki luas setidaknya 5632 km persegi.
Pulau Fiji
Kepulauan Pasifik Fiji dikenal dengan keindahan dan keeksotisan pemandangan alamnya. Memiliki suasana dan nuansa seperti di Hawaii, membuat pulau ini diburu oleh para wisatawan hingga selebriti terkenal dunia.
Sayangnya, Pulau Fiji termasuk ke dalam deretan pulau yang akan hilang sebab pulau ini memiliki dataran yang begitu rendah serta sangat rentan terhadap perubahan permukaan laut. The United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) mengatakan, penduduk desa Vunidogoloa inilah yang pertama kali mulai pindah akibat kenaikan permukaan laut yang sangat cepat.
Bahkan, The World Bank juga melaporkan, beberapa desa tercatat telah kehilangan garis pantai sekitar 15-20 meter dalam beberapa dekade terakhir. Selain itu, diperkirakan di 2050 nantinya permukaan laut akan naik hingga 43 sentimeter.
Buruknya, peningkatan suhu bumi dan lautan akan mempengaruhi habitat terumbu karang di dalam laut. Secara perlahan, terumbu karang akan mengalami pemutihan karang yang rentan terhadap penyakit.
Pulau Polinesia Prancis
Bora Bora, Kepulauan Society serta Tahiti sangat populer bagi wisatawan. Ketiga peristirahatan tropis tersebut terletak di Polinesia Prancis. Sayangnya, kecantikan pulau tropis tersebut tidak mampu bertahan lama.
Dalam 100 tahun ke depan, pulau-pulau terkenal tersebut tidak bisa lagi menjadi pilihan destinasi peristirahatan tropis bagi kalian. Sebabnya, Polinesia Prancis merupakan salah satu di antara beberapa pulau yang akan hilang di masa yang akan datang.
Menurut makalah Nature Conservation, diperkirakan setidaknya 30% dari pulau yang ada di Polinesia Prancis akan dikuasai oleh air laut di akhir abad ini. Fakta tersebut membuat pemerintah Polinesia Prancis mulai mempertimbangkan untuk membangun pulau-pulau terapung lainnya bagi penduduk terutama di dekat Tahiti.
Semua fenomena ini merupakan dampak dari adanya global warming yang masih sulit untuk diatasi oleh setiap negara di dunia.