Andai China Ledakan Nuklir Dekat Luar Angkasa, Satelit Elon Musk Hancur Berkeping-keping
Ini berdasarkan dari analisis dan simulasi yang pernah dilakukan oleh China.
Ini berdasarkan dari analisis dan simulasi yang pernah dilakukan oleh China.
Andai China Ledakan Nuklir Dekat Luar Angkasa, Satelit Elon Musk Hancur Berkeping-keping
Pada 2022, para ilmuwan China pernah melakukan penelitian sekaligus melakukan simulasi ledakan nuklir yang berada di dekat ruang angkasa. Mereka mengklaim telah mengembangkan model untuk memperkirakan jangkauan dan skala kerusakan yang timbul dari senjata anti-satelit nuklir. Para ilmuwan menyimpulkan bahwa ledakan nuklir di dekat ruang angkasa dapat membentuk awan radioaktif. Luasannya seluas negara bagian New York yang dapat melumpuhkan atau menghancurkan satelit di orbit dekat Bumi.
-
Kenapa Elon Musk meluncurkan satelit Starlink? Elon Musk, CEO SpaceX membeberkan alasan di balik meluncurnya satelit Starlink ke publik. Diketahui Musk meluncurkan Starlink untuk dijadikan sebagai pemasukan utama dalam mewujudkan visinya mengirim astronot ke planet Mars.
-
Apa tujuan utama Elon Musk meluncurkan satelit Starlink? Walaupun Starlink dijadikan sebagai pemasok modal untuk menerbangkan astronot ke Mars, tetapi satelit ini juga bertujuan untuk membuat jaringan internet dapat mudah terhubung.
-
Apa yang dimaksud dengan Starlink? Layanan internet Starlink dari perusahaan SpaceX kini menjadi salah satu layanan internet satelit yang paling besar.
-
Apa itu Starlink? Internet satelit Starlink milik perusahaan SpaceX telah melakukan Uji Laik Operasi (ULO). Dengan demikian, Starlink telah mendapatkan Surat Keterangan Laik Operasi (SKLO) dari pemerintah sehingga teknologinya dinilai layak beroperasi secara retail di Indonesia.
-
Apa fungsi utama dari Satelit Starlink? Starlink merupakan proyek ambisius dari SpaceX milik Elon Musk yang kini telah mengorbitkan ribuan satelit untuk menyediakan internet berkecepatan tinggi ke seluruh dunia.
-
Apa yang diteliti ilmuwan tentang satelit Starlink? Ketika ahli astrofisika mengamati 68 satelit SpaceX dengan teleskop Low-Frequency Array (LOFAR) di Belanda utara. Mereka mendeteksi radiasi elektromagnetik yang tidak disengaja berasal dari elektronik satelit Starlink.
Temuan para peneliti dari Northwest Institute of Nuclear Technology, Xian, China ini menunjukkan bahwa hulu ledak 10 megaton dapat menimbulkan ancaman serius bagi satelit jika diledakkan pada ketinggian 80 kilometer.
Menurut salah seorang peneliti, Liu Li, ledakan nuklir seperti itu diperkirakan akan mengubah molekul udara menjadi partikel radioaktif dan menghasilkan awan dengan bentuk mirip buah pir terbalik.
Dalam lima menit, awan ini bisa naik hingga ketinggian hampir 500 kilometer dan meluas hingga melebihi 140.000 kilometer persegi.
“Radiasi sisa yang kuat dari awan dapat menyebabkan kegagalan pesawat ruang angkasa yang berada di dalamnya, seperti satelit atau menyebabkan kerusakan langsung yang dapat menyebabkan kehancuran,” kata peneliti dikutip Eurasiantimes, Sabtu (5/8).
Dengan demikian, mungkin sekali satelit Starlink milik Elon Musk hancur lebur. Pasalnya, satelit milik miliarder ini berada di orbit rendah atau Low Earth Orbit.
Di sisi lain, China memang mengeluhkan dominasi satelit Elon Musk. Terdapat sebuah studi militer China yang menyiratkan potensi ancaman bagi keamanan negara terkait dengan Starlink.
Bahkan, penelitian itu keras menyimpulkan untuk melakukan penonaktifkan atau menjatuhkannya.
Peneliti militer China khawatir bahwa satelit-satelit ini dapat memberikan layanan komunikasi kepada saingannya atau menabrak stasiun ruang angkasa atau satelit China.
- Intelijen China Peringatkan Ada Senjata Genetik yang Bisa Musnahkan Ras Tertentu
- Perusahaan Punya Elon Musk Ini Lagi Cari Relawan Tanam Chip di Otak, Begini Syaratnya
- Pemerintah Terkesan Ngotot Ingin Satelit Starlink Elon Musk Masuk Indonesia, Ada Apa?
- Jejak Kaki Misterius Berusia 3,1 Miliar Tahun Ditemukan di China, Diduga Milik Raksasa yang Pernah Menghuni Bumi
Sejauh ini, China memang tak memiliki niat untuk melakukan bom nuklir di dekat ruang angkasa. Terlebih berniat menyapu bersih satelit Starlink milik Elon Musk.
Sebagaimana diketahui, hukum internasional telah melarang pengujian atau penggunaan senjata nuklir baik di luar angkasa maupun di atmosfer. Hasil simulasi tidak hanya berlaku untuk satelit tetapi senjata hipersonik, karena banyak di antaranya dirancang untuk menempuh jarak jauh di ketinggian dekat angkasa. “Apakah legal menggunakan senjata nuklir sebagai tindakan pertahanan terhadap serangan senjata hipersonik tetap menjadi bahan perdebatan di komunitas riset,” kata seorang peneliti yang tak terlibat dalam riset ini.