Bentuk Tim Khusus, Identitas Bjorka Harus Bisa Diungkap
Pratama Persadha, Kepala Lembaga Riset CISSReC, mengatakan sulit untuk mengidentifikasi keberadaan hacker Bjorka. Menurut dia, meski Bjorka merupakan akun anonim mengaku dari luar negeri bisa saja dilakukan tracing.
Pratama Persadha, Kepala Lembaga Riset CISSReC, mengatakan sulit untuk mengidentifikasi keberadaan hacker Bjorka. Menurut dia, meski Bjorka merupakan akun anonim mengaku dari luar negeri bisa saja dilakukan tracing.
"Namun jika Bjorka memang jago dan memakai tools untuk memalsukan posisinya maka tetap sulit dilakukan tracing, walaupun bukan hal yang tidak mungkin. Tracing tidak hanya secara teknis namun juga lewat tracing jejaring hacker, dicari informasi siapa Bjorka di komunitas internet dan hacker," ujar Pratama kepada Merdeka.com, Kamis (15/9).
-
Siapa saja yang menjadi korban serangan hacker? Distributor kimia asal Jerman, Brenntag SE, dilaporkan membayar uang tebusan sebesar USD4,4 juta atau Rp71,9 miliar dalam bentuk Bitcoin kepada kelompok ransomware DarkSide untuk mendapatkan dekripsi file yang dienkripsi oleh para peretas selama serangan ransomware terhadap perusahaan tersebut.
-
Apa saja jenis serangan yang dilakukan hacker? Serangan-serangan ini meliputi serangan siber yang merusak hingga yang melibatkan pemata-mataan (spionase), pencurian informasi, dan penyebaran misinformasi atau disinformasi.
-
Bagaimana cara hacker melakukan serangan? Tahun ini, fokus serangan beralih dari penghancuran atau keuntungan finansial melalui ransomware ke upaya pencurian informasi, pemantauan komunikasi, dan manipulasi informasi.
-
Bagaimana cara hacker sampingan menawarkan jasanya? Salah satu contoh iklan yang ditemukan adalah seorang pengembang Python yang menawarkan layanan pembuatan chatbot VoIP, chatbot grup, chatbot AI, peretasan, dan kerangka kerja phishing dengan harga sekitar USD 30 per jam.
-
Siapa saja yang melakukan serangan hacker ke negara-negara tersebut? Laporan tersebut secara detail menjelaskan serangan-serangan yang dilakukan pemerintah dari Rusia, China, Iran, dan Korea Utara, serta beberapa kelompok peretas di wilayah Palestina dan peretas bayaran yang disewa negara-negara lain.
-
Apa yang dilakukan para hacker terhadap toko penjara? Para peretas memanipulasi daftar harga di toko penjara, menurunkan harga barang menjadi jauh di bawah nilai normalnya.
Meski begitu, Presiden sudah membentuk tim khusus menangani Bjorka, paling tidak identitas pelaku bisa diungkap. Jika memang keberadaannya di tanah air, berharap dapat ditangkap karena sudah melanggar UU ITE dan UU Kependudukan.
"Namun kita ambil hikmahnya, bahwa negara harus perhatian betul pada pengamanan siber, perlu evaluasi serius. Apakah dana besar yang dikeluarkan selama ini untuk infrastruktur siber sudah efektif atau tidak. Evaluasi serius harus dilakukan terhadap pejabat dan program yang telah dilaksanakan, ini bentuk tanggungjawab pada masyarakat juga," jelas dia.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Politik Hukum dan HAM (Menkopolhukam) Mahfud MD menyebut belum mengetahui pasti motif di balik serangan hacker Bjorka membuka data pribadi masyarakat maupun pejabat negara. Ia melihat motifnya ini masih belum jelas.
"Motifnya gado-gado. Mungkin politik, motif jual beli, dan sebagianya," kata Mahfud saat konferensi pers virtual tentang pembentukan satgas perlindungan data pribadi, Rabu (14/9).
Maka itu, kata dia, motif yang belum jelas ini sebenarnya tidak ada yang terlalu membahayakan. Bahkan berdasarkan hasil kesimpulan pemerintah, hacker Bjorka tidak memiliki keahlian untuk membobol sistem.
"Menurut persepsi baik kami, dia ini hanya ingin memberitahukan kepada kita bahwa harus hati-hati sistem bisa dibobol, tapi sampai sekarang tidak," ungkap dia.
Reporter: Dinda Khansa Berlian
(mdk/faz)