Boeing Bikin Gara-gara Lagi Buat Sampah Luar Angkasa Makin Banyak
Angkatan Antariksa Amerika Serikat (US Space Force) saat ini sedang memantau 20 serpihan dari satelit yang telah hancur.
Satelit Boeing menambah sampah antariksa di orbit Bumi setelah mengalami ledakan pada 19 Oktober 2024. Ledakan ini terjadi secara mendadak dan disebabkan oleh sebuah anomali yang saat ini masih dalam tahap penyelidikan.
Menurut laporan dari Science Alert pada Jumat (25/10), angkatan Antariksa Amerika Serikat (US Space Force) sedang melacak 20 potongan puing hasil ledakan satelit tersebut. Perusahaan pelacak satelit ExoAnalytic Solutions bahkan mencatat terdapat 57 puing yang terdeteksi dari satelit itu.
-
Siapa Aero Aswar? Aero Aswar bukanlah individu biasa; ia merupakan seorang atlet jet ski yang telah meraih banyak prestasi.
-
Kecoak apa yang berhasil nempel di jendela pesawat? Video yang dibagikan oleh akun @TripInChina ini menunjukkan bagaimana seekor kecoak yang berada di sela-sela jendela pesawat yang sedang terbang.
-
Kapan Hari Air Sedunia diperingati? Hari Air Sedunia adalah peringatan global yang diadakan setiap tahun pada tanggal 22 Maret untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya air bersih dan keberlanjutannya.
-
Apa yang dimaksud dengan Satelit? Satelit merupakan objek buatan manusia yang mengorbit bumi atau planet lain dalam tata surya. Satelit dirancang dan diluncurkan ke ruang angkasa untuk melakukan berbagai tugas, mulai dari komunikasi, observasi bumi, navigasi, riset ilmiah, hingga keperluan militer.
-
Apa yang terlihat di luar jendela pesawat ruang angkasa saat melewati atmosfer? Fischer pun menunjukan pemandangan yang spektakuler di luar jendela saat pesawat ruang angkasa turun melalui atmosfer. Dalam rekaman itu terlihat seperti “api neraka” yang menyala-nyala.
-
Kapan AirAsia QZ8501 jatuh? Pada 28 Desember 2014, pesawat AirAsia QZ8501 lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta menuju Singapura.
Dikutip dari laman The Boeing Company pada hari yang sama, satelit yang meledak adalah IS-33e yang dioperasikan oleh Intelsat di Amerika Serikat.
Sebelumnya, satelit ini berfungsi di orbit geostasioner untuk menyediakan layanan telekomunikasi, penyiaran, dan layanan lainnya bagi pelanggan di Bumi. Sebelum meledak, IS-33e pernah mengalami masalah pada pendorong utamanya, yang menyebabkan penundaan peluncurannya pada Januari 2017.
Sayangnya, masalah lanjutan dengan pendorong pesawat saat pengujian di orbit mengakibatkan pengurangan masa pakai satelit tersebut. IS-33e adalah satelit kedua yang diluncurkan sebagai bagian dari platform satelit EpicNG, yang oleh Boeing dianggap sebagai generasi berikutnya.
Satelit pertama dari generasi ini juga sudah tidak berfungsi karena kegagalan sistem pendorong. Intelsat mengumumkan bahwa satelit tersebut tidak dapat diselamatkan pada April 2019, dengan penyebab kegagalannya adalah hantaman meteorid kecil dan aktivitas matahari.
Jumlah puing yang terus meningkat ini menambah tantangan dalam pengelolaan ruang angkasa serta keamanan satelit yang masih beroperasi. Pada tahun 2021, Jaringan Pengawasan Luar Angkasa Amerika Serikat melaporkan lebih dari 15.000 puing luar angkasa yang berukuran lebih dari 10 sentimeter.
- Tidak Ada yang Tahu Kenapa Satelit ini Tiba-tiba Meledak di Luar Angkasa
- NASA Siapkan Hadiah Rp 47 Miliar Bagi yang Mampu Pecahkan Masalah Sampah dalam Misi ke Bulan
- Satelit AS Meledak di Luar Angkasa, Jutaan Sampah Penuhi Orbit Bumi
- NASA Berhasil Nyalakan Mesin Pesawat Tua Ruang Angkasa Voyager 1 dari Jarak 24,6 Miliar Kilometer
Diperkirakan ada sekitar 200.000 puing dengan ukuran antara 1 hingga 10 sentimeter, dan bahkan jutaan puing yang lebih kecil dari 1 sentimeter. Objek yang mengorbit Bumi bergerak dengan kecepatan tinggi, mencapai hingga 8 kilometer per detik, yang meningkatkan risiko terjadinya tabrakan dengan puing-puing kecil.
Serpihan yang lebih kecil dari 1 milimeter pun dapat merusak pesawat ruang angkasa, seperti yang sering terjadi pada jendela pesawat ulang-alik yang mengalami kerusakan akibat tabrakan dengan puing-puing kecil ini.
Para peneliti mengingatkan bahwa sampah antariksa dapat memicu ancaman yang dikenal sebagai Sindrom Kessler. Konsep ini pertama kali diajukan oleh ilmuwan NASA, Donald Kessler, bersama Burton Cour-Palais.
Menurut informasi yang dilansir dari laman NASA disebutkan Kessler dan Cour-Palais berpendapat bahwa jika manusia terus meluncurkan pesawat ruang angkasa ke luar angkasa, maka akan terjadi penumpukan pesawat ruang angkasa di sekitar Bumi.
Hal ini berpotensi meningkatkan risiko terjadinya tabrakan antar objek. Tabrakan tersebut akan menghasilkan lebih banyak puing-puing dan memicu reaksi berantai, yang dikenal sebagai Sindrom Kessler, diambil dari nama penemunya pada tahun 1978.
Para ahli menyatakan kekhawatiran bahwa Sindrom Kessler akan menjadi kenyataan, dan beberapa di antara mereka berpendapat bahwa itu hanya masalah waktu sebelum fenomena ini terjadi.
Saat ini, lebih dari 10 ribu satelit sedang mengorbit Bumi, dan terdapat lebih dari 100 triliun kepingan dari satelit yang sudah tidak berfungsi, yang masih beredar di angkasa. Beberapa puing tersebut terkadang jatuh ke atmosfer Bumi dan terbakar seiring waktu.
Kessler juga menunjukkan bahwa ketika jumlah puing di orbit tertentu mencapai 'massa kritis', tabrakan akan mulai terjadi meskipun tidak ada objek baru yang diluncurkan ke orbit tersebut. Ia memperkirakan bahwa waktu yang dibutuhkan untuk mencapai titik kritis ini berkisar antara 30 hingga 40 tahun.
Saat ini, beberapa ilmuwan meyakini bahwa kita sudah mendekati massa kritis di orbit rendah Bumi, tepatnya pada ketinggian sekitar 900 hingga 1.000 kilometer. Ancaman nyata dari situasi ini dapat dilihat dari beberapa insiden yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir, seperti tabrakan antara satelit Rusia yang dinonaktifkan dengan satelit AS pada tahun 2009.
Selain itu, pada tahun 2021, Rusia melakukan uji coba yang menghancurkan salah satu satelitnya sendiri, yang mengharuskan astronaut di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) melakukan prosedur darurat. Jika tabrakan antar satelit dan puing-puing tersebut terjadi, situasi akan semakin memburuk.
Sindrom Kessler berpotensi menyebabkan gangguan besar pada jaringan internet dan WiFi. Tanpa keberadaan satelit di angkasa, ponsel tidak akan berfungsi, dan gangguan ini juga dapat mempengaruhi layanan TV dan GPS.