Bos Perusahaan Teknologi ini Bangga Tak Lagi Punya Banyak Karyawan
Berkurangnya karyawan tidak membuat perusahaan besutannya sulit mencapai angka produksi. Justru ia merasa senang.
Klarna, perusahaan "buy now, pay later" asal Swedia, mengungkapkan bahwa artificial intelligence (AI) kini memainkan peran signifikan dalam operasionalnya.
CEO Klarna, Sebastian Siemiatkowski, dengan bangga menyatakan bahwa AI telah berhasil menggantikan ratusan pekerja manusia, membawa efisiensi luar biasa pada perusahaan.
- Tuai Kecaman, Bos Perusahaan Ini Desak Karyawan Utamakan Kerja Meski Ada Keluarga yang Meninggal
- Bos Perusahaan Animasi yang Aniaya dan Eksploitasi Karyawan Dinyatakan Langgar UU Ketenagakerjaan
- Daftar Perusahaan Teknologi yang Masih PHK Karyawan, Siapa Terbanyak?
- Perusahaan Teknologi ini Beri Banyak Kesempatan Perempuan Duduk di Jajaran Kepemimpinan
Sejak memulai integrasi AI setahun lalu, Klarna mengurangi jumlah karyawan sebanyak 22%, kini tersisa sekitar 3.500 orang. Sebagian besar pengurangan terjadi secara sukarela, tanpa ada penggantian pekerja yang keluar.
Siemiatkowski menegaskan bahwa AI yang diluncurkan dengan bantuan OpenAI telah menggantikan pekerjaan sekitar 700 orang, memungkinkan perusahaan untuk tetap produktif meski dengan lebih sedikit staf.
AI dalam Operasional dan Insentif Karyawan
Sebanyak 200 dari karyawan yang tersisa menggunakan AI untuk meningkatkan produktivitas mereka. Siemiatkowski mengatakan bahwa karyawan yang berhasil meningkatkan efisiensi dengan AI akan mendapat kenaikan gaji atau bonus. Namun, rincian insentif tersebut belum diungkapkan secara jelas.
CEO juga memanfaatkan AI untuk tugas pribadinya. Dalam rapat triwulanan terbaru, Klarna menggunakan avatar AI dari Siemiatkowski untuk menyampaikan laporan keuangan kepada pemegang saham. Meski teknologi tersebut terlihat canggih, pergerakan avatar masih tampak tidak alami, memunculkan efek "bubbling" yang sering terjadi pada video AI.
Efisiensi vs Dampak Sosial
Meski AI meningkatkan efisiensi dan mendongkrak pendapatan Klarna pada kuartal terakhir, dampak sosial dari pengurangan tenaga kerja tetap menjadi perhatian.
Siemiatkowski mengklaim bahwa langkah ini bertujuan untuk menjadikan Klarna sebagai "kelinci percobaan favorit" OpenAI, namun konsekuensinya adalah hilangnya pekerjaan bagi ratusan karyawan.