Gara-gara Gaji Kurang, Banyak Pekerja IT Mulai Menawarkan Jasa Hacker
Mereka disebut tidak puas dengan gaji dan pekerjaannya, sehingga memutuskan untuk menawarkan diri menjadi hacker sebagai pekerjaan sampingan.
Mereka disebut tidak puas dengan gaji dan pekerjaannya, sehingga memutuskan untuk menawarkan diri menjadi hacker sebagai pekerjaan sampingan.
Gara-gara Gaji Kurang, Banyak Pekerja IT Mulai Menawarkan Jasa Hacker
Sebuah studi baru telah memperingatkan tentang kemungkinan pekerja siber atau developer beralih ke dunia kejahatan sebagai upaya untuk mendapatkan penghasilan tambahan.
Pekerja keamanan siber yang tidak puas dengan kondisi kerja dan gaji yang kurang memadai mulai menawarkan layanan mereka di web gelap, termasuk pengembang kode dan ahli kecerdasan buatan (AI).
-
Siapa saja yang menjadi korban serangan hacker? Distributor kimia asal Jerman, Brenntag SE, dilaporkan membayar uang tebusan sebesar USD4,4 juta atau Rp71,9 miliar dalam bentuk Bitcoin kepada kelompok ransomware DarkSide untuk mendapatkan dekripsi file yang dienkripsi oleh para peretas selama serangan ransomware terhadap perusahaan tersebut.
-
Kenapa "red hat hacker" sering kali bekerja sendiri? Biasanya, peretas seperti itu bekerja sendiri, tetapi mereka mungkin sesekali bekerja sama untuk menggabungkan sumber daya.
-
Apa saja jenis serangan yang dilakukan hacker? Serangan-serangan ini meliputi serangan siber yang merusak hingga yang melibatkan pemata-mataan (spionase), pencurian informasi, dan penyebaran misinformasi atau disinformasi.
-
Bagaimana cara hacker melakukan serangan? Tahun ini, fokus serangan beralih dari penghancuran atau keuntungan finansial melalui ransomware ke upaya pencurian informasi, pemantauan komunikasi, dan manipulasi informasi.
-
Apa yang dilakukan para hacker terhadap toko penjara? Para peretas memanipulasi daftar harga di toko penjara, menurunkan harga barang menjadi jauh di bawah nilai normalnya.
-
Bagaimana "red hat hacker" biasanya melancarkan aksinya? Mereka mungkin menyerang atau melacak penjahat siber, meretas perusahaan dan organisasi pemerintah untuk membocorkan data, dan bahkan menambal kelemahan keamanan.
Selain itu, profesi lain yang juga merasa terancam oleh perkembangan teknologi seperti pembelajaran mesin juga mulai menggabungkan diri dengan kejahatan siber.
Mengutip Cybernews, Sabtu (9/3), Chartered Institute of Information Security (CIISec) telah mengeluarkan peringatan keras terkait fenomena ini.
Mereka telah menjelajahi web gelap dan menemukan sejumlah iklan yang mengkhawatirkan yang dipasang oleh para profesional keamanan siber berpengalaman.
Salah satu contoh iklan yang ditemukan adalah seorang pengembang Python yang menawarkan layanan pembuatan chatbot VoIP, chatbot grup, chatbot AI, peretasan, dan kerangka kerja phishing dengan harga sekitar USD 30 per jam.
Ia kemudian mengakhiri iklannya dengan menyatakan bahwa ia membutuhkan penghasilan tambahan untuk menyambut Natal.
Selanjutnya, seorang pengembang dengan pengalaman hampir satu dekade menawarkan layanan pembuatan halaman phishing, kloning bank, kloning pasar, penguras kripto, spoofing SMS, dan spoofing email. Mereka menyatakan bahwa mereka "Bersemangat untuk mencoba proyek baru."
Tren ini tidak hanya terbatas pada satu industri saja.
CIISec menyatakan bahwa hasil temuannya memperkuat penelitian sebelumnya yang menemukan bahwa upah yang tidak memuaskan adalah alasan utama orang meninggalkan industri keamanan siber.
Banyak dari mereka yang bekerja lebih dari 48 jam seminggu dan risiko mengalami kelelahan.
CEO CIISec, Amanda Finch mengatakan, penelitian Gartner menunjukkan bahwa 25 persen pemimpin keamanan akan meninggalkan industri keamanan pada tahun 2025 karena stres terkait pekerjaan – dan itu hanya para pemimpin.
“Gaji dan jam kerja yang panjang berkontribusi terhadap hal ini dan kami mulai melihat dampaknya. Analisis kami menunjukkan bahwa individu yang berketerampilan tinggi beralih ke kejahatan dunia maya,” ujar dia.
Dengan demikian, peringatan ini menegaskan bahwa industri keamanan siber harus segera mengatasi masalah gaji dan kondisi kerja yang buruk agar dapat mencegah kehilangan tenaga kerja terampil ke dunia kejahatan.
Selain itu, upaya untuk meningkatkan kesadaran dan memperbaiki kondisi kerja juga menjadi sangat penting dalam mencegah fenomena ini terus berkembang.