Waspada, 5 Ancaman Siber saat Pemilu yang Jarang Diketahui Orang
Berikut adalah ancaman siber yang jarang diketahui orang saat pemilu berlangsung.
Berikut adalah ancaman siber yang jarang diketahui orang saat pemilu berlangsung.
Waspada, 5 Ancaman Siber saat Pemilu yang Jarang Diketahui Orang
Ancaman siber perlu diwaspadai saat pemilu. Sebab menurut laporan dari Pusat Keamanan Siber Kanada menyebutkan serangan siber yang menargetkan pemilihan umum (pemilu) telah meningkat di seluruh dunia.
Dilansir dari Jurist dan Wired, Selasa (13/2), laporan tersebut menyatakan bahwa proporsi pemilu yang menjadi sasaran serangan siber ini telah meningkat, dari 10 persen pada tahun 2015 menjadi 26 persen pada tahun 2022.
-
Bagaimana Hacker serang sistem pemilu? Ditemukan bahwa aktivitas yang sering dilakukan oleh pemerintah Rusia dan China adalah upaya untuk menghambat situs otoritas pemilihan, mengakses informasi pribadi pemilih, hingga memindai sistem pemilihan online untuk dicari kelemahannya.
-
Apa saja tantangan media siber di pemilu? Tantangan inilah yang akan dihadapi media massa dalam menghasilkan jurnalisme berkualitas.
-
Mengapa pelanggaran pemilu berbahaya? Pelanggaran pemilu mencakup berbagai tindakan yang dapat merusak keabsahan suara dan mengancam prinsip demokrasi.
-
Kenapa kejahatan siber di Indonesia sangat berbahaya? Kejahatan siber dengan berbagai bentuk dan tingkat kompleksitasnya, menjadi ancaman serius bagi individu, perusahaan, dan bahkan negara secara keseluruhan.
-
Siapa yang menjadi target kejahatan siber? Tidak hanya perorangan yang menjadi target, namun perusahaan besar, pemerintah, hingga institusi finansial juga rentan terhadap serangan ini.
-
Bagaimana kejahatan siber dilakukan? Di balik layar monitor, para pelaku kejahatan siber beroperasi dengan kecanggihan yang semakin meningkat, menggunakan berbagai teknik seperti phising, malware, dan social engineering untuk mencuri data berharga atau merusak infrastruktur digital.
Berikut adalah serangan-serangan yang biasanya dilakukan hacker pada musim pemilu:
Ransomware
Pada 2019, negara bagian di Amerika Serikat mendapatkan 1000 serangan siber yang terjadi pada negara bagian, kotamadya, penyelenggara pemilu, penyedia layanan kesehatan, dan entitas public lainnya.
Mereka bekerja dengan membekukan basis data pemilih lokal. Maka itu ransomware menduduki peringkat teratas ancaman siber saat pemilu.
Manipulasi Data Pemilih Tingkat Lanjut
Masalah dengan data pendaftaran pemilih hampir pasti akan menyebabkan pemilih yang memenuhi syarat diberikan apa yang disebut “surat suara sementara,” yang memungkinkan mereka untuk memberikan suara sambil memeriksa ulang kelayakannya.
Surat suara seperti ini, yang merupakan bagian standar dari semua pemilu, menimbulkan kompleksitas tersendiri, terutama jika surat suara tersebut harus digunakan dalam jumlah besar, karena akan menunda penghitungan akhir dan dapat membuka peluang untuk mengajukan gugatan ke pengadilan atas surat suara individual.
Gangguan Pada Hari Pemungutan Suara
Ini pernah terjadi saat pemilu di Georgia ketika Covid19. Saat pemungutan suara tiba, terjadi pembekuan sistem. Memperlambat proses dan menghalangi pemilih untuk berpartisipasi.
Warga di Georgia menghadapi antrean pada hari pertama pemungutan suara awal yang berlangsung hingga 10 jam atau lebih setelah kendala bandwidth.
Ini berdampak terhadap memperlambat laju sistem check-in hingga hanya 10 pemilih per jam. Imbasnya adalah diperlukan waktu untuk menerapkan perbaikan teknis agar sistem kembali ke semula.
Manipulasi Suara yang Sah
Ketakutan telah lama ada mengenai ketidakamanan berbagai teknologi pemungutan suara yang digunakan oleh ribuan sistem pemilu independen di AS.
Kekhawatiran sangat tinggi terhadap apa yang disebut “perangkat penanda surat suara,” yaitu mesin layar sentuh yang mencetak tanda terima yang kemudian dipindai oleh mesin lain.
Kala itu perangkat ini dianggap bermasalah, karena kode batang yang digunakan pada tanda terima menyulitkan pemilih untuk memeriksa ulang apakah suara mereka dicatat sebagaimana mestinya.
Oleh sebab itu, ada potensi memanipulasi suara yang sah.
Mengutak-atik Pelaporan
Daripada mencoba mengubah jumlah suara yang sebenarnya, peretas juga dapat menargetkan mereka yang melaporkan total suara pada malam pemilu—dengan mencoba memanipulasi hasil di situs web Menteri Luar Negeri.
Serangan semacam itu, jika dilakukan secara halus, dapat melemahkan kepercayaan terhadap hasil akhir.