Mantan Bos Google Resah Banyak Anak Muda Terobsesi Punya Pacar AI
Bukan tanpa sebab mantan Bos Google ini cemas terhadap persoalan anak muda.
Mantan CEO Google, Eric Schmidt, mengungkapkan kekhawatirannya terhadap fenomena anak muda yang semakin terobsesi dengan "pacar AI."
Dalam wawancara di podcast "The Prof G Show", Schmidt menyoroti bahwa generasi muda dan orang tua mereka belum siap menghadapi dampak tak terduga dari teknologi canggih seperti ini.
-
Siapa orangtua dari pendiri Google, Sergey Brin? Sergey Brin, Co- Founder Google Memiliki nama asli Sergey Mikhailovich Brin, ia merupakan kelahiran asal Moskow, Uni Soviet pada tahun 1973, serta merupakan anak dari keturunan pasangan Yahudi, Mikhail dan Evgenia Brin.
-
Apa itu Pencarian Aman di Google? Pencarian aman atau SafeSearch adalah fitur yang disediakan oleh Google untuk membantu mengontrol dan membatasi konten yang muncul dalam hasil pencarian, terutama untuk melindungi anak-anak dari konten yang tidak pantas atau tidak sesuai.
-
Apa yang menjadi kesamaan minat Sergey Brin dan Larry Page yang kemudian melahirkan Google? Sejak pertemuan tersebut, mereka mengetahui memiliki kesamaan minat yaitu pada bidang internet.
-
Apa yang dibayangkan oleh AI? Hasilnya sungguh memesona. Coldplay memainkan musik mereka di tengah latar belakang Gunung Bromo yang diselimuti kabut, menambah pesona dan kemegahan dari acara tersebut. Ribuan penonton terlihat memadati area tersebut.
-
Mengapa Elon Musk membagikan video AI tersebut? "Saya sangat terkesan dengan apa yang dapat dilakukan AI saat ini. Video ini tidak hanya menghibur, tetapi juga menunjukkan potensi besar dari teknologi AI dalam seni dan hiburan," kata Musk dalam salah satu postingannya.
-
Siapa yang dianggap sebagai "Godfather of AI"? Melansir dari Yahoo news, kesuksesan perusahaan pembuat chip tersebut didorong oleh banyaknya investor yang tertarik pada teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI). Huang mendapat julukan 'Godfather of AI'.
Melansir dari Futurism, Jumat (29/11), menurut Schmidt, teman virtual berbasis AI memang sering sekali terlihat sempurna sehingga bisa memikat anak muda dan menjauhkan mereka dari dunia nyata.
"Obsesi semacam itu mungkin saja terjadi. Terutama bagi orang-orang yang belum terbentuk sepenuhnya," katanya kepada Scott Galloway, profesor dari Stern School of Business di NYU.
Schmidt mencatat bahwa meskipun perempuan juga mulai menggunakan pasangan virtual berbasis AI, kaum pria muda menjadi kelompok yang paling rentan. Banyak dari mereka mencari hiburan dan pemenuhan kebutuhan di dunia maya. Namun, algoritmanya sering mendorong mereka ke arah konten bermasalah, seperti influencer ekstremis atau chatbot manipulatif.
"Anda menempatkan anak berusia 12 atau 13 tahun di depan hal-hal ini. Dan mereka memiliki akses ke setiap kejahatan serta kebaikan di dunia, tetapi mereka belum siap untuk menerimanya," jelas Schmidt.
Kekhawatiran ini pastinya bukan tanpa alasan. Melihat beberapa waktu lalu, seorang remaja 14 tahun di Florida dilaporkan bunuh diri setelah berinteraksi dengan chatbot bertema "Game of Thrones" yang dihosting di Character.AI, yang diduga mendorong tindakan tersebut.
- Akan Balik ke Perantauan, Momen Anak Rela Begadang Demi Bisa Ngobrol dengan Ortunya Ini Curi Perhatian
- Sakit Hati, Mantan Bos Habisi Penjual Madu Berbaju Baduy di Serang
- Di Tengah Guyuran Hujan Deras dan Basah Kuyup, Momen Komandan Brimob Beri Pesan Penting Kepada Tamtama dan Bintara
- Gadis Blitar Ini Bangga Banget Jadi Petani, Bisa Sulap Kotoran Sapi Tidak Bau Busuk
Meskipun kasus ini tergolong ekstrem, insiden ini menyoroti bahaya dari chatbot yang dirancang untuk terlihat seperti manusia. Tanpa aturan yang tepat, risiko seperti ini bisa saja terus berulang.
Contoh lainnya termasuk chatbot AI yang mendorong gangguan makan dan bahkan melakukan pelecehan seksual terhadap pengguna di bawah umur. Hal ini diperparah oleh undang-undang yang melindungi perusahaan teknologi dari tanggung jawab atas kerugian yang disebabkan oleh produk mereka.
Menurut Schmidt, undang-undang ini memungkinkan perusahaan seperti Character.AI untuk menghindari akuntabilitas, meskipun Google, yang sebelumnya ia pimpin, telah menginvestasikan miliaran dolar ke dalam teknologi semacam itu.
"Karena teknologi ini sangat berharga. Mungkin diperlukan semacam bencana untuk menyebabkan perubahan regulasi," terang dia.
Namun, sulit membayangkan sesuatu yang lebih buruk dari tragedi seorang remaja yang meninggal akibat dorongan dari pacar virtual berbasis AI itu.
Reporter magang: Nadya Nur Aulia