Tak Semua Umat Kristen Merayakan Natal pada 25 Desember, Mengapa Orthodox Merayakannya pada 7 Januari?
Kristen Orthodox merupakan aliran yang merayakan natal mereka setiap 7 Januari.
Ketika sebagian besar dunia Kristen merayakan Natal pada 25 Desember dengan kemeriahan pohon Natal, lagu-lagu meriah, dan ibadah malam yang penuh makna, ada sekelompok umat Kristen yang merayakannya di tanggal berbeda. Bagi Gereja Kristen Orthodox Timur, Natal dirayakan setiap tahun pada 7 Januari. Fenomena ini sering menimbulkan pertanyaan: mengapa ada perbedaan tanggal dalam perayaan yang seharusnya universal ini?
Walau tampak berbeda, sebenarnya natal tetap dirayakan di tanggal 25 Desember. Hanya saja penggunaan sistem penanggalan yang berbeda menyebabkan ada aliran yang juga merayakan natal ini di 7 Januari.
-
Kenapa Natal dirayakan pada 25 Desember? Salah satu teori mengenai pemilihan tanggal 25 Desember berasal dari St. Hippolytus, yang pada tahun 205 Masehi menyebut tanggal tersebut sebagai hari kelahiran Yesus dalam komentarnya tentang Kitab Daniel.
-
Kapan Natal dirayakan pada 25 Desember? Secara umum, banyak orang percaya bahwa Natal adalah perayaan hari lahir Yesus Kristus. Namun, tradisi merayakan kelahiran Yesus Kristus di tanggal 25 Desember baru dimulai pada abad ke-4 Masehi.
-
Kenapa Natal dirayakan? Perayaan Natal merupakan momen untuk merayakan kelahiran Yesus Kristus, yang menyampaikan pesan penuh cinta, pengampunan, dan kedamaian kepada seluruh umat manusia.
-
Kapan Natal dirayakan? Natal merupakan hari raya umat Kristiani yang diperingati setiap 25 Desember.
-
Kapan Natal biasanya dirayakan? Selamat datang dalam perayaan yang penuh makna ini!
-
Siapa yang merayakan Natal? Momen Natal sangat dinanti oleh umat Kristiani di seluruh dunia.
Perbedaan utama yang mendasari perbedaan tanggal ini adalah sistem kalender yang digunakan. Sebagian besar dunia menggunakan kalender Gregorian yang diperkenalkan oleh Paus Gregorius XIII pada tahun 1582. Kalender ini menggantikan kalender Julian, sistem yang lebih tua yang diperkenalkan oleh Julius Caesar pada tahun 46 SM.
Kalender Julian memiliki kekurangan, yaitu tidak menghitung tahun kabisat dengan cukup akurat, sehingga menyebabkan pergeseran tanggal secara perlahan terhadap siklus musim. Kalender Gregorian dirancang untuk mengoreksi kesalahan ini dengan memperbaiki penyesuaian tahun kabisat. Namun, tidak semua gereja Kristen menerima perubahan ini.
Faktor Tradisi
Gereja Orthodox Timur, termasuk di negara-negara seperti Rusia, Serbia, Ukraina, dan Ethiopia, tetap menggunakan kalender Julian untuk menentukan tanggal-tanggal penting dalam liturgi mereka. Dalam kalender Julian, 25 Desember sebenarnya jatuh pada 7 Januari dalam kalender Gregorian modern. Inilah mengapa Natal dirayakan pada tanggal tersebut oleh sebagian umat Orthodox.
Selain faktor kalender, tradisi juga memainkan peran penting. Gereja Orthodox terkenal karena menjaga tradisi kuno dengan ketat, termasuk tata ibadah dan tanggal-tanggal liturgi. Natal dirayakan sebagai salah satu dari dua belas perayaan besar dalam Gereja Orthodox, disebut Dodekaorton, dan dirayakan dengan ibadah yang sangat khidmat.
Dalam perspektif Orthodox, Natal bukan hanya perayaan kelahiran Kristus tetapi juga awal dari karya penyelamatan umat manusia. Oleh karena itu, tanggalnya ditentukan berdasarkan siklus liturgi kuno yang tidak ingin mereka ubah.
Puasa Sebelum Natal
Menjelang Natal, umat Orthodox menjalani masa puasa yang dikenal sebagai Advent Fast atau Nativity Fast. Masa puasa ini berlangsung selama 40 hari, dari 15 November hingga 24 Desember dalam kalender Julian (28 November hingga 6 Januari dalam kalender Gregorian). Puasa ini bukan hanya bentuk persiapan spiritual tetapi juga cara untuk membersihkan hati sebelum menyambut kedatangan Kristus.
Tanggal 7 Januari menjadi puncak dari semua persiapan ini. Di malam sebelumnya, umat Orthodox menghadiri ibadah malam Natal yang penuh doa dan kidung tradisional.
Pengaruh Politik dan Budaya
Selain alasan religius, faktor politik dan budaya juga memengaruhi keputusan Gereja Orthodox untuk tetap menggunakan kalender Julian. Ketika kalender Gregorian diperkenalkan, beberapa gereja Orthodox melihatnya sebagai intervensi Barat dan bentuk tekanan terhadap identitas mereka.
Di Rusia, misalnya, gereja berperan besar dalam menjaga tradisi nasional, terutama di masa-masa sulit seperti era Uni Soviet ketika agama dilarang secara resmi. Merayakan Natal pada 7 Januari juga menjadi simbol perlawanan budaya dan keagamaan terhadap pengaruh Barat.
Perbedaan perayaan ini sebenarnya mencerminkan pembagian yang lebih luas antara Gereja Barat (Katolik dan Protestan) dan Gereja Timur (Orthodox). Pemisahan ini dimulai pada tahun 1054 dalam peristiwa yang dikenal sebagai Skisma Besar (Great Schism).
Selain Rusia, gereja-gereja di negara seperti Serbia, Georgia, Makedonia Utara, dan Ethiopia juga merayakan Natal pada 7 Januari. Menariknya, bahkan beberapa umat Orthodox di Timur Tengah, seperti di Mesir dan Palestina, mengikuti tanggal ini.
Meskipun beberapa negara Orthodox tetap menggunakan kalender Julian untuk acara keagamaan, mereka telah mengadopsi kalender Gregorian untuk kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, masyarakat di negara-negara ini sering menjalani dua kalender secara paralel.
Bagi umat Kristen Orthodox, perbedaan tanggal ini bukan sekadar teknis kalender, melainkan cerminan kesetiaan terhadap tradisi dan keyakinan mereka. Dalam konteks dunia modern yang semakin terhubung, perbedaan ini juga menjadi pengingat akan keragaman dalam cara orang menjalankan iman mereka.
Namun, hal ini tidak berarti bahwa mereka yang merayakan Natal pada 25 Desember dan 7 Januari benar-benar terpisah. Kedua kelompok berbagi semangat yang sama dalam merayakan kelahiran Yesus Kristus sebagai pusat iman mereka.