Masihkah Penghargaan Nobel Prize Relevan Saat ini?
Penghargaan Nobel tetap menjadi penghargaan prestisius dalam sains, tetapi apakah masih relevan?
Setiap Oktober, sekelompok ilmuwan menerima telepon untuk diberitahu bahwa mereka memenangkan Hadiah Nobel di bidang fisiologi atau kedokteran, fisika, atau kimia. Terkejut dan setengah sadar, mereka mengenakan pakaian seadanya dan bergabung dalam panggilan video ke Stockholm untuk menjelaskan penelitian seumur hidup dalam beberapa menit singkat.
Para jurnalis berjuang untuk memahami istilah seperti “quantum dots” atau “entangled photons,” kemudian mengirimkan laporan mereka, sebelum akhirnya bernapas lega karena semua selesai hingga tahun depan.
-
Apa saja penemuan Alfred Nobel yang dipatentkannya? Saat itu, Alfred mendapatkan hak paten dalam menggunakan bahan peledak seperti dinamit, tutup peledak, gelignit, dan balisit.
-
Bagaimana Einstein mendapatkan penghargaan Nobel Prize? Agendanya adalah saling bertukar pikiran.
-
Kapan Albert Einstein menerima Nobel Prize? Einstein menerima penghargaan itu setahun kemudian yakni pada 1922.
-
Mengapa ketiga ilmuwan tersebut memenangkan Nobel Prize? Penghargaan tersebut diraih atas keberhasilannya dalam melakukan eksperimen mekanika kuantum dan menjelaskan titik lemah dari Teori Kuantum temuan Einstein.
-
Siapa saja ilmuwan yang memenangkan Nobel Prize 2022? Alain Aspect dari Université Paris-Saclay dari Perancis, John Clauser dari J.F. Clauser & Asosiasi di Amerika Serikat (AS), serta Anton Zeilinger dari University of Vienna dari Austria membuktikannya. Mereka adalah trio ilmuwan yang berhasil memenangkan penghargaan Nobel Prize 2022 dengan jumlah hadiah sebesar 10 juta krona Swedia (USD915.000) atau Rp 14 miliar.
-
Bagaimana Einstein mendapatkan Nobel Prize? Terkait penjelasan di atas, lalu siapa saja tokoh-tokoh yang terlibat dalam penolakan Teori Relativitas Einstein? Berikut daftarnya. Allvar Gullstrand (1862-1930) Ilmuwan asal Swedia kelahiran 1862 ini menentang teori relativitas temuan Einstein karena menganggap bahwa teori relativitas tidak terbukti secara Experimental Physicist melainkan hanya berdasarkan hasil pemikiran Einstein saja. Terlepas dari tidak terbukti secara ilmiah, Gullstrand juga memiliki ketidaksukaan secara pribadi kepada Einstein yang merupakan keturunan Yahudi. Karena hal tersebut akhirnya Einstein gagal mendapatkan Nobel Prize 1921 atas temuannya.
Namun, seminggu kemudian, kebanyakan orang sudah lupa — hanya menjadi bagian dari siklus berita yang tak berujung.
Jujur saja, siapa yang benar-benar peduli tentang Hadiah Nobel? Apakah penghargaan ini, yang pertama kali diberikan pada 1901 dengan segala kemewahannya, masih relevan hari ini?
Ide Mulia di Balik Hadiah Nobel
Hadiah Nobel berasal dari wasiat terakhir Alfred Nobel, penemu dinamit, yang merasa bersalah dan ingin menghadiahi ilmu pengetahuan yang memberikan manfaat terbesar bagi umat manusia.
Hadiah ini merupakan tonggak penting bagi kemajuan sains, seperti perkembangan cepat vaksin COVID-19, lampu LED hemat energi, dan teknologi pengeditan gen yang telah menyembuhkan penyakit yang sebelumnya tak dapat diobati.
Menurut Rajib Dasgupta, profesor kesehatan masyarakat dari New Delhi, India, Hadiah Nobel adalah “Gunung Everest ilmu pengetahuan” yang menunjukkan puncak penemuan ilmiah. Ia mengingatkan kita bahwa kita hidup di era kemajuan ilmiah yang menakjubkan setelah DNA, vaksin, dan teori-teori partikel subatomik.
- Kisah Wilhelm Roentgen, Ilmuwan yang Berhasil Ciptakan Sinar-X
- Bukannya Senang, 3 Ilmuwan ini Justru Malah Nyesel Dapat Hadiah Nobel Prize
- Penemuan Besar yang Belum Mendapatkan Nobel Prize, Padahal Bermanfaat Bagi Manusia
- Ilmuwan Peraih 2 Nobel Prize Ini Dulu Hidupnya Miskin hingga Terima Pekerjaan Pengasuh Bayi, Einstein Sampai Kagum
Apakah Bisa Nobel Menginspirasi Orang tentang Ilmu Pengetahuan?
Hadiah Nobel memang menjadi cara yang efektif untuk menangkap imajinasi publik tentang sains ketika diangkat di platform media massa. Di India, misalnya, Hadiah Nobel diikuti secara mendalam oleh media karena adanya kecenderungan pendidikan yang lebih mengarah pada bidang STEM (ilmu pengetahuan, teknologi, teknik, dan matematika).
Lily Green, seorang guru biologi di Inggris, mengatakan bahwa ia mengajarkan perspektif historis tentang Hadiah Nobel di kelasnya, tetapi tidak secara rutin mengikuti pengumuman setiap Oktober. Meskipun begitu, dia meragukan bahwa Hadiah Nobel memainkan peran besar dalam menginspirasi siswa untuk belajar sains di universitas.
Mitos Ilmuwan Jenius
Pada tahun-tahun awal Hadiah Nobel, sebagian besar penghargaan diberikan kepada ilmuwan individual seperti Albert Einstein atau Rutherford. Namun, kenyataannya, kemajuan ilmiah modern lahir dari kolaborasi antara ratusan peneliti dari berbagai disiplin ilmu.
Hadiah Nobel seringkali dibagi antara beberapa ilmuwan, tetapi ada ribuan ilmuwan lain yang terlibat dalam penelitian tersebut, termasuk mahasiswa PhD dan teknisi, yang tetap tidak mendapatkan pengakuan di kalangan masyarakat umum.
Kurangnya Keragaman dalam Hadiah Nobel
Kritik terbesar terhadap Hadiah Nobel berkaitan dengan kurangnya keragaman dan bias terhadap institusi ilmiah Barat. Kurang dari 15% penerima Nobel di bidang sains adalah wanita.
Selain itu, hanya sedikit pemenang dari negara di luar Eropa dan AS. Sebagian besar penghargaan diberikan kepada ilmuwan dari AS, Inggris, dan Jerman, sementara India dan China hanya memiliki sedikit pemenang.
Nobel Prizes dapat memperburuk ketidaksetaraan ini dengan mengalihkan lebih banyak dana ke institusi yang sudah terkenal. Namun, Dasgupta menegaskan bahwa institusi di India dan negara lain perlu memperkuat kapasitas mereka untuk dapat bersaing dengan AS dan Eropa.