Mengapa rambut manusia tak selebat gorila?
4 Teori mungkin bisa menjelaskan lenyapnya rambut lebat dari tubuh manusia
Apakah Anda pernah bertanya mengapa rambut di tubuh manusia sangat pendek? Padahal, jika melihat fakta manusia 'bersaudara' dengan primata, seharusnya tubuh kita penuh dengan rambut lebat bak gorilla. Apakah ada yang salah dengan evolusi kita?
Untuk menjawab pertanyaan itu, ilmuwan dunia sejak puluhan tahun silam telah menelurkan berbagai teori yang bisa menjelaskan mengapa manusia bisa 'telanjang' tanpa rambut seperti saat ini.
-
Bagaimana Pohon Pelawan menjadi penghasil madu liar? Selain dimanfaatkan untuk berbagai aktivitas manusia, pohon ini rupanya juga menjadi rumah atau sarang lebah liar sehingga menjadi penghasil madu lebah liar yang memiliki cita rasa pahit.
-
Di mana henbane hitam ditemukan tumbuh liar? Sisa-sisanya umum ditemukan di situs arkeologi di Eropa Barat Laut karena tumbuh liar di dekat pemukiman manusia, sehingga sulit untuk menentukan apakah itu sengaja digunakan.
-
Siapa yang memiliki hobi koleksi satwa liar? Miliki Hobi Koleksi Satwa Liar, Ternyata Ini Alasan Ketua MPR Bambang Soesatyo Bikin Melongo Bambang Soesatyo ternyata memiliki hubungan yang spesial dengan satwa liar yang ada di rumahnya.
-
Mengapa keledai liar memiliki peran penting di Karahan Tepe? Aspek Simbolik Kepala Penggalian Karahan Tepe, Dr Necmi Karul mengatakan kepada Anadolu, keledai liar di masa lalu termasuk hewan yang dikonsumsi dan hidup bersama masyarakat kuno pada masa itu.
-
Bagaimana cara mengatasi gigitan kucing liar? Jika Anda tiba-tiba digigit kucing liar yang kemudian timbul luka, pertolongan pertama yang perlu dlakukan adalah menghentikan pendarahan. Setelah perdarahan berhenti keluar di area gigitan, selanjutnya bersihkan luka dengan sabun dan air, serta oleskan salep antibiotik dan perban pada gigitan. Setelah melakukan pertolongan pertama, Anda bisa mengecek kondisi ke dokter untuk mengetahui apakah luka tersebut berisiko menimbulkan komplikasi lain.
-
Mengapa Kelompok Tani Hutan Alam Roban memilih untuk beternak lebah madu liar? Keberadaan Lebah Apis Cerana di Alas Roban dimanfaatkan warga setempat untuk memanen madunya.
Nenek moyang manusia suka berenang
Menurut teori yang pernah populer di tahun 1960an, ilmuwan kelautan Alister Hardy dan pakar hewan, Desmond Morris, menyatakan bila manusia purba awalnya memiliki rambut lebat di sekujur tubuh. Namun, karena manusia saat itu tinggal di sekitar perairan dan banyak menghabiskan waktu berenang, rambut-rambut itu menjadi semakin pendek akibat proses evolusi.
Sayangnya, teori ini dipertanyakan kebenarannya setelah ilmuwan-ilmuwan itu tidak bisa memperlihatkan bukti dari evolusi itu. Demikian juga penemuan fosil tidak memperlihatkan jika manusia kehilangan rambut akibat suka berenang.
Manusia purba kegerahan
Saat teori Alister Hardy tumbang, muncul teori baru yang menyatakan bila rambut lebat manusia hilang saat enek moyang manusia, Homo erectus, hidup padang rumput Afrika sekitar satu juta tahun silam. Karena suhu lingkungan yang cukup panas, Homo erectus berevolusi dengan merontokkan rambut leabt di tubuhnya agar mereka tidak gerah dan kepanasan.
Tetapi, sekali lagi teori ini dianggap tidak masuk akal. Sebab saat ini banyak kera berambut lebat yang masih tinggal di padang rumput Afrika. Selain itu, simpanse, yang memiliki rambut 'lumayan' sedikit tidak tinggal di padang rumput, tetapi hutan hujan yang suhunya dingin.
Hindari kutu
Teori ketiga ini cukup unik. Bagaimana tidak, banyak ilmuwan abad pertengahan yang mengatakan rambut manusia rontok akibat ingin menghindari serangan kutu.
Teori ini sejatinya cukup beralasan. Sebab, tidak hanya mengganggu, kutu bisa menyebarkan penyakit-penyakit berbahaya bagi manusia.
Selain itu, kulit bersih tanpa bulu lebat juga bisa menjadi tanda bila manusia terlihat sehat dan memiliki lebih sedikit parasit di tubuhnya. Ini tentu adalah tanda yang pas bagi manusia purba untuk mencari pasangan.
Kulit telanjang demi komunikasi maksimal
Teori yang terakhir ini yang belakangan paling diperhatikan oleh ilmuwan. Menurut antropolog, Barbara King, kulit polos manusia yang tidak memiliki bulu lebat adalah kanvas sempurna untuk berkomunikasi.
Kulit bersih tanpa bulu membuat manusia bisa mengerti ekspresi wajah seseorang, termasuk perubahan warna wajah. Misalnya, saat seseorang merasa malu, pipinya akan semakin merona, dan karena wajah kita tidak penuh bulu, kita bisa mudah mengerti ekspresi wajah itu.
Manusia memang berbeda dengan primata lain. Mata manusia mempunyai kemampuan membedakan warna yang lebih variatif. Mata kita bisa membedakan warna merah muda seperti warna wajah yang merona. Dan hal itu tidak bisa dilakukan oleh 'kera' lain.
Kesimpulannya, hilangnya rambut lebat dari tubuh kita kemungkinan besar disebabkan oleh evolusi yang menginginkan manusia bisa berkomunikasi maksimal dengan sesama. Bukan hanya lewat kata-kata, tetapi ekspresi wajah dan tubuh.
Sumber: TodayFoundOut dan Gizmodo