Misteri kutukan berdarah makam 'Firaun' Mesir Tutankhamun
Penyebab kematian massal tim arkeologi penemu makam Raja Tut masih penuh tanda tanya
Penemuan makam Raja Mesir Tutankhamun di tahun 1923 dianggap sebagai salah satu penemuan arkeologi terpenting di sejarah manusia. Yang membuat banyak orang bergidik, penemuan ini kabarnya diikuti kutukan yang menimpa tim ilmuwan yang membuka makam Raja Tutankhamun.
Makam Raja Tut pertama ditemukan tahun 1922 oleh Howard Carter dan George Herbert di kawasan Lembah Para Raja, kompleks pemakaman raja Mesir yang ada di tepi barat Sungai Nil. Tepatnya ada di sekitar kota Thebe atau Luxor.
-
Kenapa temuan ini penting bagi arkeologi? Artefak tersebut rusak di sisi kanan dan kiri, serta sisi atas dan bawah dalam keadaan semula. Oleh karena itu, kami rasa potongannya lebih panjang,” kata Schachner. “Artefak ini adalah karya unik Bogazkoy. Untuk pertama kalinya, kita dihadapkan pada sebuah karya yang dihias dengan pemandangan yang dibuat dengan begitu rumit dan indah.
-
Apa yang ditemukan oleh sukarelawan di situs arkeologi? Sukarelawan yang terlibat dalam penggalian di situs arkeologi menemukan patung kepala wanita Romawi kuno dengan ukiran khas.
-
Apa yang ditemukan para arkeolog di Kastil Ayanis? Para arkeolog menemukan beberapa artefak bela diri saat melakukan penggalian di sebuah kastil kuno di Turki. Artefak bela diri tersebut berisi tiga perisai perunggu, baju besi, dan sebuah helm perunggu yang berasal dari 2.700 tahun lalu.
-
Mengapa penggalian arkeologi ini dianggap penting? "Situs ini memiliki (peninggalan) arkeologi yang luar biasa dan memudahkan kita mendapatkan pemahaman seperti apa kehidupan orang-orang yang menempati negeri ini pada abad ketujuh."
-
Apa yang ditemukan oleh arkeolog di bawah tanah? Dengan menggunakan detektor logam, seorang arkeolog menemukan sekumpulan benda logam yang tersembunyi di bawah tanah. Para ahli dari Museum Podřipské di Roudnice nad Labem, menemukan bahwa benda-benda tersebut merupakan bagian dari harta karun yang berasal dari Zaman Perunggu.
-
Apa yang ditemukan oleh arkeolog di Sarsina? Para arkeolog di Italia telah berhasil mengungkapkan sebuah penemuan menakjubkan di kota Sarsina. Penemuan ini diumumkan Kementerian Kebudayaan Italia (MIC) dalam keterangan persnya.
Firaun Tutankhamun cnn.com ©2014 Merdeka.com
Raja Tut sendiri memerintah Mesir tahun 1332-1323 sebelum masehi atau hanya selama 10 tahun. Firaun yang disebut sebagai titisan Dewa Matahari 'Ra' ini meninggal di usia 19 tahun. Dan kutukan Raja Tut bermula saat tim ilmuwan membuka peti muminya, berikut kisah lengkapnya.
Dimulai dari kematian sponsor penggalian makam
Hanya 5 bulan setelah makam Tutankhamun ditemukan, Lord Carnarvon, dilaporkan meninggal. Yang membuat media saat itu heboh, detik-detik kematian Carnarvon terjadi bersamaan dengan mati lampu di seluruh kota Kairo.
Di malam yang sama dengan kematian Carnarvon, hal nahas juga terjadi di kampung halamannya di Inggris. Anjing Carnarvon bernama Susie yang ada di rumahnya disebut mengaum panjang sebelum akhirnya mati. Publik lantas menganggapnya sebagai kutukan, meski si anjing mati akibat keracunan darah setelah digigit nyamuk.
Dilanjutkan kematian massal tim penggalian
Rumor adanya kutukan Raja Tut semakin gencar setelah dalam kurun 12 tahun pasca penggalian, belasan orang tim penggalian meninggal secara mengejutkan dan tiba-tiba.
Kematian pertama dialami oleh Pangeran Ali Kemal Fahmy yang ditembak mati istrinya di tahun 1923 setelah mengunjungi makam Raja Tut. Di tahun 1928, Arthur Mace, anggota tim penggalian meninggal tanpa alasan jelas. Tahun 1924, Sir Archibold Douglas-Reid, ilmuwan yang melakukan penelitian sinar-X pertama pada mumi Raja Tut meninggal akibat penyakit misterius. Sekretaris Howard Carter, Richard Bethell, ditemukan tewas di kamarnya tahun 1929.
Selain deretan korban di atas, masih ada beberapa kematian dari keluarga orang-orang yang terkait langsung dengan penggalian makam Raja Tut.
Ilmuwan tak indahkan pertanda buruk?
Penemu makam Raja Tut, Howard Carter, tidak percaya adanya kutukan itu meskipun dia mengalami pertanda buruk sendiri. Hal ini berdasarkan pengakuan beberapa anggota tim penggalian.
Di hari yang sama saat Howard Carter membuka makam Raja Tut, burung kenari piaraan Carter dimakan oleh ular Kobra. Insiden ini sangat diingat oleh banyak orang, sebab ular Kobra melambangkan Dewi Wadjet. Dewi yang kerap disebut 'Eye of Horus' ini dikenal sebagai penjaga kedamaian Mesir. Apakah ini hanya kebetulan?
Tak indahkan Prasasti Kutukan
Saat akan memasuki ruang utama makam Raja Tut, sebenarnya sudah banyak yang takut. Alasannya, di bagian atas gerbang menuju ruang utama makam, terdapat tulisan hiroglif kuno yang artinya "Kematian akan datang bagai kepakan sayap pada mereka yang mengganggu istirahat Pharaoh". Pharaoh adalah sebutan Raja Mesir kuno.
Hiroglif tadi lantas membuat banyak ilmuwan penasaran. Sebab huruf dalam tulisan tadi tidak bisa dibaca oleh sembarang orang, misalnya penjarah makam. Alhasil banyak yang beranggapan bila peringatan tadi sengaja ditulis bagi para manusia di masa depan yang mempunyai kecerdasan tinggi.
Kutukan atau ulah jamur?
Ahli Biologi bernama Dr. Ezzeddin Taha dari Universitas Kairo mengemukakan bila sebagian kematian misterius tim penggali terjadi akibat jamur. Ya, jamur yang hidup di dinding-dinding makam Raja Tut disebut sangat berbahaya bagi bila terhirup atau masuk tubuh manusia.
Kuburan Raja Tut tidak hanya menyimpan mumi saja, tetapi awalnya juga banyak sayur-sayuran, daging, dan buah sebagai persembahan. Bahan-bahan organik ini akhirnya membusuk dan memicu munculnya jamur berbahaya seperti Aspergillus niger dan Aspergillus flavus. Kedua jamur ini saat masuk paru-paru manusia dapat menyebabkan pendarahan dan sangat mungkin membunuh manusia bila daya tahan tubuhnya menurun.
Selain itu, ilmuwan lain menemukan bila dalam makam ditemukan gas amonia, hidrogen sulfida, dan formalin. Kontak dengan gas tadi dalam waktu lama dapat menyebabkan masalah pada mata dan paru-paru.
Sumber: Live Science, HistoryExtra.org
(mdk/bbo)