Penelitian: Putus cinta buat wanita sakit sementara, pria selamanya
Wanita bisa berevolusi pasca putus, tetapi pria tidak
Banyak orang yang mengatakan bila pasca putus dari hubungan percintaan, seorang wanita akan terlihat lebih menderita dan patah hati ketimbang pria. Namun, berdasarkan hasil penelitian Universitas Binghamton, Amerika, yang terjadi justru sebaliknya.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Craig Morris dari universitas tersebut, putus cinta memang bisa membuat seorang wanita merasakan rasa sakit emosional yang lebih parah dari pada pria. Tetapi, sifatnya ternyata hanya sementara.
-
Dimana tempat penelitian ini dilakukan? Bukti ini ditemukan lewat studi yang dipimpin oleh Gaia Giordano dari Universitas Milan, Italia.
-
Kapan penelitian ini dilakukan? Studi ini didasarkan pada National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) 1999–2018, yang melibatkan lebih dari 17.000 wanita berusia 20 hingga 65 tahun.
-
Di mana penelitian ini dilakukan? Tim peneliti dari Universitas Yonsei di Seoul, Korea Selatan, berhasil mengembangkan varietas beras hibrida yang dipadukan dengan protein daging sapi dan sel lemak.
-
Mengapa penelitian ini penting? Selain membantu memahami lebih lanjut tentang sistem cuaca unik di planet es, temuan ini juga dapat membantu menjelaskan mengapa medan magnet Neptunus dan Uranus berbeda dengan medan simetris yang dimiliki Bumi.
-
Siapa yang memuji penelitian ini? T. Thang Vo-Doan, seorang insinyur di Universitas Queensland, Australia, yang telah bekerja secara independen pada serangga cyborg, memuji penelitian ini karena pengaturannya yang sederhana.
Penelitian yang diikuti oleh 5.000 orang lebih dari 96 negara itu juga mengungkapkan bila wanita lebih sering merasakan efek negatif pasca putus. Hal itu terlihat secara emosional dan jasmaniah.
Akan tetapi, setelah memasuki masa-masa sulit itu wanita bisa pulih baik emosi dan jasmani secara utuh. Bahkan, mereka bisa berkembang menjadi lebih dewasa dan kuat.
Menariknya, resiko putus cinta, terlebih bagi mereka yang telah mengandung atau melahirkan anak juga ikut mempengaruhi pola evolusi wanita, membuat mereka lebih bisa menyeleksi calon pasangan yang lebih baik dari generasi ke generasi.
"Sederhananya, wanita bisa berevolusi dengan lebih baik ketimbang pria setelah putus hubungan," ujar Craig Morris, Daily Mail (07/08).
Di sisi lain, evolusi pria membuat mereka lebih peduli tentang kompetisi mendapat perhatian dari wanita ketimbang terus 'galau' setelah putus. Oleh sebab itu, meskipun kehilangan sosok wanita pendamping yang sangat 'berkualitas' dan dicintai, mereka mungkin akan terlihat biasa.
"Pria akan merasa sangat kehilangan dalam waktu yang lama, namun rasa kehilangan itu akan memudar saat dirinya merasa harus 'berkompetisi' lagi untuk mendapatkan pendamping lain," lanjut Craig.
Celakanya, penelitian itu menunjukkan bila seorang pria tidak akan pernah bisa benar-benar sembuh dari rasa sakit patah hati selamanya. Tidak seperti wanita yang bisa berevolusi secara mental dan pikiran, pria hanya akan 'move-on' saja tanpa ada 'closure' atau jawaban pasti yang bisa menutup rasa kehilangan mereka.
"Pria memang harus segera mencari pengganti setelah kehilangan, tetapi hal terburuknya, mereka masih terus berpikir bahwa wanita yang sudah hilang tidak akan pernah tergantikan," kata Craig.
Peneliti Universitas Binghamton itu juga mengatakan bila putus cinta dan patah hati penting bagi manusia, sebagai pengalaman berharga. Sebab rata-rata akan mengalaminya minimal tiga kali sebelum umur 30 tahun.
Putus cinta yang benar-benar 'membekas' juga dikatakan bisa menurunkan kualitas kehidupan manusia dalam kurun waktu mingguan sampai bulanan.
Apakah Anda juga mengalami hal yang sama?
Baca juga:
Cahaya benda ini butuh waktu ratusan tahun untuk sampai ke bumi
Kepiting misterius mirip alien terlihat di Mars
7 Tempat paling terlarang di Bumi, masuk bisa berarti mati
7 Keajaiban dan misteri ayam cemani, dari mistis hingga sains
Smartphone menjadi penyebab utama susah konsentrasi di jalan
Nicole Barr, gadis 12 tahun dengan IQ di atas Albert Einstein