Satelit Kayu Pertama di Dunia Berhasil Melesat Tembus Atmosfer Bumi
LignoSat, yang diciptakan di Jepang dan diluncurkan dari Florida, diharapkan mampu mengurangi jumlah sampah di luar angkasa.
Satelit kayu pertama di dunia telah berhasil diluncurkan ke luar angkasa untuk mengeksplorasi penggunaan kayu dalam mengurangi sampah antariksa.
Para peneliti dari Universitas Kyoto di Jepang memperkirakan bahwa material kayu akan terbakar saat perangkat ini memasuki kembali atmosfer, yang dapat menjadi solusi untuk mencegah pembentukan partikel logam saat satelit yang sudah tidak berfungsi kembali ke Bumi.
- Satellit Kayu Pertama di Dunia Diluncurkan ke Luar Angkasa, Ternyata Ini Tujuannya
- Satelit AS Meledak di Luar Angkasa, Jutaan Sampah Penuhi Orbit Bumi
- Telkom Sukses Luncurkan Satelit Merah Putih 2 dari Florida
- Ini Satelit Pelopor di Dunia yang Mulai Menggunakan Energi Matahari, Lainnya Baru Mengikuti
"Partikel-partikel tersebut dapat berdampak negatif terhadap lingkungan dan telekomunikasi," ungkap para pengembang seperti dilansir The Guardian, Rabu (6/11).
Satelit eksperimental bernama LignoSat ini memiliki bentuk kotak dengan ukuran hanya 10 cm di setiap sisinya. "Satelit kayu ini diluncurkan menggunakan roket SpaceX yang tidak berawak dari Kennedy Space Center milik NASA di Florida," jelas Pusat Antariksa Manusia Universitas Kyoto pada hari Selasa (5/11).
Satelit tersebut berhasil terbang ke luar angkasa setelah dipasang dalam wadah khusus yang disiapkan oleh Badan Eksplorasi Dirgantara Jepang. Seorang juru bicara dari pengembang LignoSat, Sumitomo Forestry, mengonfirmasi kepada AFP bahwa peluncuran ini berhasil dilakukan.
Dia menambahkan bahwa satelit tersebut akan segera mencapai Stasiun Antariksa Internasional (ISS) dan direncanakan akan diluncurkan ke luar angkasa sekitar sebulan kemudian untuk menguji kekuatan dan daya tahannya.
Data yang diperoleh dari satelit ini akan dikirim kepada peneliti, yang akan memantau tanda-tanda ketegangan serta mengevaluasi apakah satelit tersebut mampu bertahan dalam perubahan suhu yang ekstrem.
"Satelit yang tidak terbuat dari logam seharusnya menjadi hal yang umum di masa depan," kata Takao Doi, seorang astronot dan profesor khusus di Universitas Kyoto, dalam konferensi pers yang diadakan awal tahun ini.