Sekelompok ilmuwan klaim mampu tunda kematian
Para ilmuwan dari salah satu universitas di London mengklaim bahwa mereka berhasil mengetahui proses kematian.
Kematian adalah salah satu rencana dan takdir yang hanya diketahui oleh Tuhan. Namun, para ilmuwan mencoba 'memaksa' untuk mengetahui proses kematian tersebut.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh sekelompok ilmuwan dari Institute of Health Aging di University College London menjelaskan bahwa mereka berhasil temukan sedikit informasi tentang proses bagaimana kematian tersebut mendatangi makhluk hidup.
Dalam Scientific American (03/08) dituliskan bahwa untuk melakukan penelitian tersebut para ilmuwan menggunakan cacing sebagai obyek karena struktur dalam dan mekanisme tubuhnya menyerupai mamalia.
Dari penelitian tersebut, para ilmuwan mengatakan bahwa kematian itu mendatangi makhluk hidup (cacing) secara perlahan dan menyebar untuk mematikan satu sel ke sel lainnya.
Bahkan dijelaskan bahwa kematian tersebut memiliki satu tanda yang berwarna biru terang. Warna biru ini dihasilkan oleh sebuah molekul bernama asam antranilat atau anthranilic acid.
David Gems, salah seorang peneliti menjelaskan, "Kematian memiliki warna biru yang akan menyebar perlahan dan membunuh sel demi sel di tubuh makhluk hidup."
Walaupun secara logika orang awam akan merasa sangat janggal dan aneh, namun para ilmuwan yakin bahwa mereka dapat menunda kematian dengan menghalangi jalur dari penyebaran 'si biru' tersebut.
Namun mereka juga mengatakan bahwa penundaan kematian tersebut hanya berlaku pada makhluk hidup yang akan mati karena sakit bukan karena faktor usia.
-
Apa yang diamati oleh para ilmuwan? Para ilmuwan berhasil menyaksikan dua pasang lubang hitam supermasif yang hampir bertabrakan. Dua fenomena alam itu terletak jutaan hingga miliaran tahun cahaya dari Bumi.
-
Apa yang ditemukan oleh para ilmuwan? Ilmuwan menemukan dua spesies dinosaurus baru, yang hidup 66 juta tahun lalu.
-
Mengapa penelitian ini penting? Selain membantu memahami lebih lanjut tentang sistem cuaca unik di planet es, temuan ini juga dapat membantu menjelaskan mengapa medan magnet Neptunus dan Uranus berbeda dengan medan simetris yang dimiliki Bumi.