Ukuran Awan di Bumi Makin Menyusut, Ini Dampaknya Bagi Manusia
Kondisi ini dapat memperburuk dampak pemanasan global yang disebabkan oleh perubahan iklim.
Fenomena pengurangan jumlah awan akibat pemanasan global kini menjadi perhatian utama. Para ahli menyatakan bahwa jumlah awan mengalami penurunan sebesar 1,5 persen setiap dekade. Hal ini berpotensi memperburuk dampak pemanasan global yang diakibatkan oleh perubahan iklim.
Penyusutan awan ini terungkap melalui penelitian yang memanfaatkan data dari satelit NASA. Meskipun sering kali diabaikan, fenomena ini memiliki dampak signifikan terhadap ekosistem, manusia, dan kehidupan di Bumi secara keseluruhan.
-
Planet kesembilan itu seperti apa? Planet kesembilan kemungkinan berada 20 kali lebih jauh dari matahari dibandingkan Neptunus. Selain itu, objek langit yang misterius ini diperkirakan memiliki massa sepuluh kali lipat dari bumi, dan cahaya memerlukan waktu empat hari untuk menjangkaunya.
-
Kapan planet ini ditemukan? Pada awal tahun 2000-an, data yang diperoleh dengan menggunakan instrumen Ultra-Violet-Visual Echelle Spectrograph (UVES) pada Very Large Telescope milik European Southern Observatory menunjukkan bahwa WD0032-317 sedang bergerak dan nampak seperti ditarik-tarik oleh bintang yang mengorbit.
-
Siapa yang yakin Planet Kesembilan itu ada? Dalam jurnal yang akan dimuat di The Astrophysical Journal Letters, Michael Brown, seorang profesor astronomi planet di California Institute of Technology, menyatakan bahwa kemungkinan besar planet sembilan memang ada.
-
Planet seperti bola mata manusia itu seperti apa? Planet ekstrasurya yakni planet yang keberadaannya di luar tata surya Bima Sakti. Planet seperti bola mata raksasa ini tidak “berubah” seperti Bumi. Jika Bumi ada siang dan malam, planet bola mata tidak ada.
-
Apa yang sering terjadi di planet lain selain Bumi? Kini, terungkap bahwa hujan berlian jauh lebih sering terjadi di planet lain daripada yang dibayangkan.
-
Kenapa planet Bumi diberi nama 'Bumi'? Bumi dalam pemahaman bahasa Anglo-Saxon merujuk pada tanah tempat kita hidup, tempat kita menanam tanaman, dan tempat kehidupan muncul.
Menurut informasi yang dikutip dari laman Live Science pada Selasa (31/12), awan merupakan elemen penting dalam sistem iklim Bumi. Awan berperan dalam menyeimbangkan energi dengan memantulkan sebagian besar radiasi matahari kembali ke luar angkasa, serta menjebak panas di atmosfer.
Karakteristik awan, seperti komposisi, ketinggian, dan ketebalan, memengaruhi sejauh mana mereka dapat mempengaruhi suhu global.
Misalnya, awan rendah lebih efektif dalam memantulkan sinar matahari, sementara awan tinggi cenderung menyerap lebih banyak panas. Namun, perubahan pola atmosfer dan meningkatnya suhu global dapat mengubah sifat awan, baik dari segi distribusi maupun jumlahnya.
Fenomena ini dikenal dengan istilah "awan menyusut," yang merujuk pada berkurangnya jumlah awan rendah di beberapa area tertentu.
George Tselioudis dan rekan-rekannya dari Goddard Institute for Space Studies NASA, menganalisis data satelit yang mencakup dua periode: dari tahun 1984 hingga 2018 dan dari tahun 2000 hingga 2018.
- Perubahan Iklim Sebabkan Kematian 3.700 Orang Sepanjang 2024, Suhu Global Pecah Rekor Tertinggi
- Awas, Otak Manusia Bisa Menyusut Gara-gara Ini
- Penyakit Akibat Pemanasan Global yang Wajib Diwaspadai
- Perubahan Iklim Ancam Penduduk Dunia, Pemerintah Antisipasi dengan Menanam Pohon & Perbaiki Lingkungan
Salah satu perubahan penting yang mereka temukan terjadi di zona konvergensi intertropis (ITCZ), yaitu wilayah bertekanan rendah di dekat khatulistiwa yang menjadi tempat bertemunya angin pasat timur laut dan tenggara. Di area ini, biasanya terbentuk awan tebal saat udara hangat naik dan digantikan oleh udara yang lebih dingin.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa zona tersebut telah menyempit, yang mengakibatkan penurunan tutupan awan. Di sisi lain, zona kering subtropis telah mengalami perluasan. Perubahan ini secara keseluruhan menyebabkan penurunan tingkat cakupan awan di seluruh dunia.
Variasi jumlah penyusutan awan tergantung pada kumpulan data dan periode yang digunakan, namun tampaknya terjadi pada tingkat antara 0,72 persen hingga 0,17 persen per dekade. Penelitian terbaru yang dilakukan oleh Tselioudis dan timnya menggunakan data dari satelit Terra milik NASA selama 22 tahun terakhir.
Penelitian ini tampaknya mengonfirmasi hasil-hasil sebelumnya yang menunjukkan bahwa cakupan awan menurun sekitar 1,5 persen setiap dekade. Temuan ini mengindikasikan bahwa penurunan tutupan awan berkontribusi pada tingginya tingkat pemanasan global.
Penyebab Penyusutan Awan
Pengurangan awan sangat terkait dengan aktivitas manusia yang menghasilkan emisi gas rumah kaca, seperti karbon dioksida (CO2) dan metana (CH4). Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca ini menyebabkan lebih banyak panas terperangkap di atmosfer, yang selanjutnya memengaruhi siklus air dan dinamika atmosfer.
Beberapa mekanisme utama yang menyebabkan penurunan jumlah awan dapat dijelaskan sebagai berikut. Pemanasan global yang terjadi meningkatkan suhu di lapisan atmosfer, terutama di troposfer. Akibatnya, terjadi peningkatan penguapan, tetapi hal ini juga mengurangi kemampuan udara untuk membentuk awan rendah yang padat. Selain itu, melemahnya angin pasat juga dapat mengurangi pembentukan awan stratokumulus di daerah tropis.
Awan stratokumulus ini memiliki peran penting dalam memantulkan sinar matahari. Selain itu, polusi udara yang mengandung aerosol dapat memengaruhi sifat mikro fisik awan. Beberapa jenis aerosol dapat membantu dalam proses pembentukan awan, tetapi polusi yang berlebihan justru dapat mengganggu proses tersebut.
Dampak Penurunan Jumlah Awan
Ketika jumlah awan berkurang, kemampuan bumi untuk memantulkan sinar matahari juga menurun, sehingga lebih banyak energi matahari diserap oleh permukaan bumi. Hal ini menciptakan efek umpan balik positif, di mana pemanasan yang sudah terjadi akan semakin memperburuk kondisi iklim. Penurunan jumlah awan rendah di wilayah tropis dapat berkontribusi secara signifikan terhadap kenaikan suhu global.
Penelitian menunjukkan bahwa setiap pengurangan kecil dalam cakupan awan dapat memberikan dampak besar terhadap pemanasan bumi.
Selain itu, kurangnya awan juga dapat memengaruhi distribusi curah hujan, yang dapat menyebabkan kekeringan di beberapa daerah dan banjir di daerah lainnya. Perubahan pola awan juga berdampak pada fotosintesis tanaman, siklus air, dan habitat hewan, yang semuanya berkontribusi pada kerusakan ekosistem global.