Kampung Dukuh, Desa Islam Tradisional Berusia 4 Abad di Belantara Hutan Garut
Kampung Dukuh menjadi kampung terpencil di kedalaman Hutan Selatan Garut. Terbentuknya kampung ini tidak lain atas jasa Syekh Abdul Jalil yang pernah membantu pemerintahan Bupati Sumedang 4 abad silam.
Kabupaten Garut, Jawa Barat didominasi dengan area hutan yang masih terjaga. Kekayaan alamnya sebanding dengan adat istiadat yang masih kental hingga saat ini. Salah satunya ialah Kampung Dukuh, sebuah desa terpencil yang memegang teguh nilai adat bernafaskan islam. Berada terisolasi oleh lebatnya hutan Garut secara administratif di Desa Ciroyom, Kecamatan Cikelet, Garut, Jawa Barat.
Kampung Dukuh punya sejarah panjang yang masih dipertahankan hingga kini. Didirikan oleh seorang ulama pada abad ke-17 bernama Syekh Abdul Jalil. Kala itu wilayah Sumedang dipimpin oleh Bupati Rangga Gempol II. Atas saran dari Raja Mataram, Syekh Abdul Jalil diminta oleh Rangga Gempol II untuk menjadi seorang kepala agama. Saat itu ia menerima tawaran dengan syarat yang harus ditaati sebagai perjanjian.
-
Apa yang digambarkan foto pertama di koran? Foto ini menggambarkan jalan-jalan Paris yang dibarikade akibat aksi mogok kerja.
-
Bagaimana foto pertama di koran dipublikasikan? Gambar yang dipublikasikan kemungkinan besar merupakan ukiran tinta dari foto aslinya.
-
Kenapa foto pertama di koran diterbitkan terlambat? Dilansir Greek Reporter, pemberontakan Hari Juni 1848 terjadi dari tanggal 22 hingga 26 Juni, namun lambatnya pengumpulan berita pada saat itu, ditambah dengan jadwal penerbitan mingguan, membuat artikel tersebut baru terbit pada tanggal 1 Juli.
-
Kapan foto pertama di koran diterbitkan? Foto pertama yang menyertai berita di surat kabar muncul pada Juli 1848, di majalah mingguan Prancis L'Ilustration.
-
Apa arti dari Ukhuwah Islamiyah? Ukhuwah Islamiyah artinya persaudaraan sesama umat islam. Ukhuwah Islamiyah artinya persaudaraan sesama umat Islam yang menekankan pentingnya persatuan, kebersamaan, dan solidaritas antara sesama umat muslim.
-
Bagaimana cara Islam menyikapi mitos foto bertiga? Dalam Islam, umat muslim dianjurkan untuk menyelidiki dan memahami segala sesuatu berdasarkan ilmu pengetahuan yang dapat dipertanggungjawabkan. Umat muslim juga diajarkan bahwa keyakinan harus didasarkan pada bukti yang konkret dan tidak mungkin diterima secara asal tanpa adanya penjelasan ilmiah yang kuat.
Kampung Dukuh secara geografis memiliki wilayah yang terisolir. Sebelah utara dibatasi oleh Gunung Ragas, Samudera Hindia di selatan, Sungai Cipasarangan , Sungai Cimangke di sebelah Timur dan Barat.
©2021 Merdeka.com/Reival Akbar
Hanya 2 syarat agar Syekh Abdul Jalil berkehendak menjadi pemuka agama di Sumedang. Seluruh elemen masyarakat Sumedang dilarang melanggar hukum Islam, serta Bupati dan rakyatnya harus bersatu. Namun apa daya selang 12 tahun, kesepakatan tersebut dilanggar oleh sang bupati sendiri. Ia tega membunuh utusan dari Kerajaan Banten, karena tidak mau tunduk ke Kerajaan Banten.
Hal tersebut membuat Syeh Abdul Jalil merasa dihianati. Padahal, kesepakatan menyebutkan tidak ada pembunuhan, perzinaan, merampok beserta perbuatan buruk lainnya. Syekh Abdul Jalil lantas angkat kaki dan pergi menuju ke Selatan. Sampailah ia di tempat yang kini berdiri Kampung Dukuh. Sesuai dengan ajaranya, kampung Dukuh selalu mempertahankan syariat Islam sebagai aturan adat yang berlaku.
Kampung Dukuh sendiri dahulunya bernama padukuhan. Yang sama artinya dengan padepokan sebagai tempat di mana orang bisa tinggal dan mendekatkan diri pada Yang Maha Esa.
©2021 Merdeka.com/Reival Akbar
Letak Kampung Dukuh begitu terpencil. Untuk mencapainya harus menerobos rimbunnya hutan di sisi Selatan Garut. Hal ini menyebabkan akses modernisasi di kampung ini terbentengi. Mayoritas Kampung Dukuh bermata pencaharian sebagai petani di sawah dan ladang. Rumah-rumah mereka terbuat dari kayu dan atapnya dari daun ilalang.
Setidaknya ada 42 rumah dan 1 masjid sebagai pusat peribadatan di Kampung Dukuh. Terbagi sejumlah 172 orang untuk Kampung Dukuh Dalam, dan 70 kepala keluarga wilayah Kampung Dukuh Luar.
©2021 Merdeka.com/Reival Akbar
Jauh dari kesan modern, bahkan Kampung Dukuh tidak ada seorang pun yang menggunakan peralatan elektronik. Ketika malam tiba, lampu cempor atau lampu tradisional yang mengandalkan api dan minyak tanah. Begitupula untuk memasak yang kini dengan modernisasi kompor gas, warga Kampun Dukuh justru masih mengandalkan kayu bakar.
Hidup berdampingan secara baik dengan hutan adalah visi Kampung Dukuh, Garut. Bahwa “Hutan bukan warisan, tetapi titipan untuk sumber daya kehidupan kita bersama”. Visi tersebut terpatri dalam batu marmer sebagai cara bertahan hidup jauh dari modernisasi.
©2021 Merdeka.com/Reival Akbar
Dahulu, kebakaran berulang kali melanda Kampung Dukuh. Salah satunya pada tahun 2010, 40 rumah tradisional mereka habis dilahap si jago merah. Bahkan literasi sejarah Kampung Dukuh dengan arab gundul berbahasa Sunda turut musnah. Kini,ciri khas Kampung Dukuh telah direkonstruksi atas bantuan dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat sebesar 1 Milyar.
Atas jasa dan keberhasilan Syekh Abdul Jalil menyebakan syiar Islam, Kampung Dukuh masih bertahan hingga kini. Setiap hari sabtu warga selalu berziarah ke makam Syekh Abdul Jalil. Warga luar juga diperkenankan berziarah dengan menjalankan aturan adat yang berlaku di Kampung Dukuh.
(mdk/Ibr)