Gula & Garam Harus Dibatasi Dalam MPASI, ini Akibatnya pada Bayi Jika Tak Dilakukan
Konsumsi gula dan garam yang berlebihan dalam makanan pendamping ASI dapat menimbulkan risiko kesehatan di masa depan.
Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan RI, dr. Lovely Daisy, MKM, mengingatkan bahwa penggunaan gula dan garam dalam makanan pendamping ASI (MPASI) untuk bayi harus dibatasi.
"Anjuran sesuai Pedoman Pemberian Makan Bayi dan Anak yang diterbitkan Kemenkes tahun 2020, penggunaan gula dan garam dalam MPASI harus dibatasi," jelasnya saat memberikan keterangan di Jakarta.
-
Bolehkah kasih gula, garam, atau micin ke MPASI? Penambahan gula, garam, dan micin pada makanan bayi sebaiknya dilakukan dalam jumlah yang sesedikit mungkin. Meskipun rasanya mungkin hambar, hal ini membantu bayi untuk menerima makanan dengan lebih baik.
-
Buah apa yang bagus untuk MPASI? Sejumlah buah yang ada di sekitar kita bisa jadi bahan MPASI yang tepat bagi buah hati.
-
Apa saja bumbu aromatik yang bisa digunakan sebagai pengganti garam dan gula di MPASI? Tidak perlu menggunakan garam dan gula dalam MPASI bayi Anda untuk membuat makanannya lezat. Bumbu aromatik alami seperti bawang, daun bawang, daun jeruk, lada, dan banyak lainnya dapat digunakan sebagai pengganti garam dan gula.
-
Apa saja contoh makanan yang bisa jadi MPASI? Beragam buah dan sayuran dapat diperkenalkan pada bayi mulai usia enam bulan. Memberikan variasi buah dan sayur meningkatkan peluang bayi menyukainya di masa dewasa. Walaupun mungkin bayi menolak pada awalnya, tetaplah sabar dan berikan menu MPASI lainnya sebelum mencoba lagi.
-
Bagaimana cara menghangatkan makanan untuk MPASI dengan aman? Ia menyarankan makanan tersebut dimasukkan ke kulkas dua jam sebelum dikonsumsi. "Kecuali sayur, saya sarankan jangan dihangatkan," kata Dr Moretta.
-
Kenapa buah penting untuk MPASI? Pemberian buah merupakan hal yang penting dalam pemberian MPASI karena khasiat di dalamnya. Buah juga membantu mengenalkan rasa dan tekstur terhadap lidah bayi.
Batasan Gula pada MPASI
Daisy menegaskan bahwa untuk anak di bawah dua tahun, tambahan gula tidak boleh melebihi 5 persen dari total kalori yang dikonsumsi dalam sehari.
"Asupan gula yang disarankan adalah gula alami, seperti yang terdapat dalam buah segar, bukan jus buah atau produk yang mengandung pemanis tambahan," ungkapnya.
Ia juga menyampaikan bahwa makanan yang mengandung karbohidrat sederhana sudah mengandung gula, sehingga penambahan gula pada MPASI tidak diperlukan. Sebagai alternatif untuk meningkatkan rasa, orang tua disarankan untuk menggunakan bahan alami seperti tomat, bawang, jahe, atau rempah-rempah lainnya.
Kebutuhan Garam yang Aman
Penggunaan garam dalam MPASI juga harus diperhatikan dengan serius. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2019 mengenai Angka Kecukupan Gizi, kebutuhan natrium harian untuk anak berusia 6-12 bulan adalah 370 mg, sedangkan untuk anak berusia 1-3 tahun adalah 800 mg per hari.
"Jadi, kebutuhan garam pada anak usia 6-23 bulan kurang dari 1 gram per hari," terang Daisy.
Kandungan natrium dalam bahan pangan
Ia mengungkapkan bahwa asupan natrium sebenarnya dapat dipenuhi melalui konsumsi bahan pangan segar. Menurut Tabel Komposisi Pangan Indonesia (2020), terdapat beberapa contoh kandungan natrium dalam berbagai bahan pangan, antara lain:
- 100 gram daging ayam segar mengandung 109 mg natrium.
- 100 gram hati ayam segar mengandung 1.068 mg natrium.
- 100 gram ikan teri segar mengandung 554 mg natrium.
- 100 gram telur ayam kampung mengandung 190 mg natrium.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sumber natrium yang baik sudah tersedia dalam makanan sehari-hari kita. Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan pilihan makanan agar kebutuhan natrium dapat terpenuhi dengan baik.
MPASI Dapat Berasal dari Makanan yang Dikonsumsi Keluarga
Setelah bayi mencapai usia lebih dari satu tahun, makanan pendamping ASI (MPASI) bisa berasal dari hidangan keluarga. Namun, Daisy mengingatkan agar makanan tersebut dipisahkan terlebih dahulu sebelum menambahkan bumbu seperti gula, garam, atau penyedap rasa.
"Rekomendasi gizi seimbang secara umum juga menganjurkan pembatasan penggunaan gula, garam, dan minyak, sehingga makanan keluarga pun sebaiknya rendah gula dan garam," ujarnya.
Selain itu, ia juga merujuk pada pedoman global dari UNICEF dan WHO yang menyarankan untuk menghindari penambahan gula dan garam pada makanan serta minuman yang disajikan di rumah.
Penting untuk memperhatikan asupan gizi anak, terutama setelah mereka berusia lebih dari satu tahun. Makanan yang disiapkan untuk bayi sebaiknya tidak hanya enak tetapi juga sehat. Daisy menekankan bahwa memisahkan makanan sebelum menambah bumbu adalah langkah yang bijak.
"Rekomendasi gizi seimbang secara umum juga menganjurkan pembatasan penggunaan gula, garam, dan minyak, sehingga makanan keluarga pun sebaiknya rendah gula dan garam," ujarnya.
Mengikuti pedoman dari organisasi kesehatan seperti UNICEF dan WHO sangat dianjurkan untuk memastikan bahwa makanan yang disajikan di rumah tidak mengandung terlalu banyak gula dan garam.
Pengaruh Konsumsi Gula dan Garam yang Berlebihan
Penggunaan gula dan garam yang berlebihan dalam makanan pendamping ASI (MPASI) dapat menimbulkan risiko kesehatan yang serius di masa depan.
"Gula dapat menyebabkan asupan energi berlebih yang berisiko pada obesitas dan karies gigi," jelas Daisy.
Selain itu, ginjal bayi tidak dapat mengolah garam dalam jumlah besar seperti yang dilakukan oleh orang dewasa. Kelebihan natrium bisa berdampak negatif pada fungsi ginjal dan menyebabkan anak lebih menyukai makanan yang asin di kemudian hari.
"Pemberian gula dan garam yang berlebihan selama masa MPASI dapat memengaruhi preferensi rasa anak, yang berpotensi memicu pola makan tidak sehat di masa mendatang," tambahnya.
Oleh karena itu, penting untuk membatasi penggunaan gula dan garam dalam MPASI. Hal ini tidak hanya berkaitan dengan nutrisi yang diterima anak saat ini, tetapi juga merupakan investasi bagi kesehatan mereka di masa depan.
Dengan menggunakan bahan alami untuk menambah cita rasa dan memperhatikan kebutuhan gizi yang sesuai dengan usia, orang tua dapat membangun fondasi yang kuat untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Dengan cara ini, diharapkan anak dapat tumbuh dengan pola makan yang lebih sehat dan seimbang.