Jenderal TNI Bintang 2 Merapat ke Eks Panglima, Bicara Soal Konflik di Maluku
Pangdam XV/Pattimura merapat ke eks Panglima bicara tentang kerusuhan di Maluku.
Jenderal TNI Bintang 2 Merapat ke Eks Panglima, Bicara Soal Konflik di Maluku
Panglima Komando Daerah Militer XV/Pattimura, Mayor Jenderal TNI Syafial tiba-tiba merapat ke kantor Kepala Staf Kepresidenan Jenderal TNI (Purn) Moeldoko.
Diketahui, ia sedang dipanggil dan diberi arahan untuk menyelesaikan sesuatu yang penting.
Jenderal TNI bintang 2 yang bertanggung jawab atas wilayahnya diminta untuk segera menyelesaikan konflik yang terjadi di Maluku Tengah.
Bagaimana momen saat Pangdam Pattimura merapat ke kantor eks Panglima TNI? Simak ulasannya sebagai berikut.
- Jejak Mentereng Mayjen Hasan Berdarah Kopassus, Dipercaya Panglima Jadi Bintang Tiga TNI
- Murka Jenderal TNI Darah Kopassus Beri Tiga Peringatan Keras, KKB Papua Harus Dengar!
- Jenderal TNI Bintang 4 Mutasi 61 Perwira, Salah Satunya Kadispenau
- Momen Eks Pangkostrad Sambut Jenderal Bintang 2 TNI, Pakaikan Ikat Kepala Khas Sumatera Utara
Pangdam XV/Pattimura Merapat ke Eks Panglima TNI
Dalam video yang diunggah oleh akun Tiktok @kanjengsolo memperlihatkan seorang jenderal TNI Bintang 2 Mayjen Syafial yang sekaligus menjabat sebagai Pangdam XV/Pattimura datang ke kantor KSP Moeldoko. Di sana, Mayjen Syafial mengaku bahwa ia usai mendapatkan arahan penting dari Moeldoko perihal konflik yang ada di Maluku.
Konflik tersebut adalah konflik Haruku yang terjadi antara negeri Pelauw dan Kariu.
“Kita sedang menerima arahan dari bapak KSP (Kepala Staf Kepresidenan) pak Jenderal Moeldoko berkaitan dengan penyelesaian konflik di pulau Haruku, Ambon. Antara negeri Pelauw dan negeri Kariu,”
ucap Pangdam XV/Pattimura.
Namun, diketahui sekarang konflik Haruku telah selesai dan masyarakat telah bisa hidup berdampingan.
“Beliau memberikan arahan-arahan untuk penyelesaian dan dituntaskan. Alhamdulillah udah tuntas sekarang,” jelas Pangdam XV/Pattimura.
Konflik Haruku di Maluku
Diketahui, konflik Haruku merupakan kerusuhan yang terjadi di Pulau Haruku, Kabupaten Maluku Tengah. Konflik yang melibatkan dua tetangga itu terjadi karena adanya permasalahan pada batas wilayah. Konflik berawal dari ada seorang warga desa Kariu yang ingin membuka kebun. Warga Ori (Pelauw) menegurnya dan mengatakan jika tempat tersebut bukanlah wilayah Kariu. Adu mulut pun terjadi.
Kedua warga itu kemudian melaporkan kejadian tersebut ke masyarakatnya sehingga konflik yang awalnya terjadi hanya melibatkan dua orang akhirnya membesar.
Akibat kerusuhan itu, kedua wilayah itu pun mengalami kerugian yang tidak sedikit.