Jumlah Anak-Anak Gaza yang Diamputasi Sejak Genosida Israel Bikin Miris, Setiap Hari 10 Orang Jadi Disabilitas
Sekitar 800 anak-anak Palestina mengalami amputasi, yang berarti 18 persen dari total amputasi yang tercatat.
Seorang pejabat dari otoritas kesehatan di Jalur Gaza menginformasikan pada Jumat (10/1/2025) bahwa mereka telah mencatat 4.500 kasus amputasi pada anggota tubuh, baik bagian atas maupun bawah, sejak terjadinya pembantaian terbaru oleh Israel sekitar 15 bulan yang lalu.
"Kami mencatat 4.500 amputasi hingga akhir 2024 akibat serangan Israel yang terus berlanjut di Jalur Gaza," kata Direktur Departemen Informasi Kesehatan, Zaher Al-Wahid, dalam pernyataannya dikutip Middle East Monitor, Minggu (12/1/2025).
- Tega Bombardir Anak-Anak Gaza Lagi Vaksinasi Polio, Israel Malah Tidak Mengaku
- Begini Cara Israel Merehabilitasi Tentaranya yang Kehilangan Anggota Tubuh di Gaza, Malah Panen Cibiran & Olokan
- Ditanya Berapa Banyak Anak Palestina yang Sudah Dibunuh, Tentara Israel Malah Joged Kegirangan
- Warga Gaza Banyak Dibunuh Israel, Bocah ini Sengaja Mengubur Diri Ingin Tahu Dikubur jadi Orang Meninggal
Al-Wahid menambahkan bahwa sekitar 800 anak-anak Palestina mengalami amputasi, yang berarti 18 persen dari total amputasi yang tercatat. Selain itu, ia juga menyebutkan bahwa 540 perempuan tercatat dalam data tersebut, yang mewakili 12 persen dari total amputasi.
"Angka-angka tersebut mencerminkan sejauh mana bencana kemanusiaan yang dialami oleh warga sipil Palestina, terutama kelompok yang paling rentan, yaitu anak-anak dan perempuan," ungkap Al-Wahid.
Dokter dan pejabat pemerintah memperkirakan bahwa jumlah amputasi, terutama di kalangan anak-anak, kemungkinan jauh lebih besar daripada angka yang telah diumumkan. Kesulitan dalam mengumpulkan data yang akurat menjadi salah satu penyebabnya, mengingat pembantaian yang masih berlangsung dan penghancuran fasilitas sipil yang menghalangi upaya pencatatan dan pemantauan.
Keadaan Semakin Memburuk
Sejak 7 Oktober 2023, militer Israel telah melakukan serangan terhadap sektor kesehatan di Jalur Gaza, termasuk pemboman, pengepungan, serta ancaman evakuasi rumah sakit. Mereka juga menghalangi masuknya bantuan medis, terutama di wilayah Gaza Utara, yang kembali mereka invasi pada 5 Oktober 2024. Al-Wahid menekankan pentingnya dukungan medis dan kemanusiaan untuk sektor kesehatan yang tengah menghadapi krisis yang semakin parah.
Dia meminta komunitas internasional untuk segera bertindak menghentikan pelanggaran yang dilakukan oleh Israel dan memastikan perlindungan bagi warga sipil.
Dengan meningkatnya jumlah amputasi di kalangan anak-anak, Direktur Divisi Pendanaan dan Kemitraan dari Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), Lisa Doughten, menyatakan pada Oktober 2024, "Gaza adalah rumah bagi kelompok amputasi anak terbesar dalam sejarah modern."
Doughten merujuk pada laporan Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) yang mengungkapkan bahwa setiap harinya, 10 anak di Jalur Gaza kehilangan satu atau kedua kaki akibat kekejaman ini.
Komisioner Jenderal UNRWA, Philippe Lazzarini, menggambarkan kondisi tragis yang dihadapi anak-anak di Jalur Gaza sebagai "pandemi disabilitas" yang melanda kawasan tersebut, di tengah keterbatasan akses terhadap prostesis dan pusat rehabilitasi fisik serta psikologis yang dapat memberikan harapan bagi para penyandang amputasi.