Kisah Kuli Bangunan Ternyata Penghafal Alquran, Hidup Sederhana Tak Disangka Tiga Anak Ikuti Jejaknya
UAH menggarisbawahi betapa pentingnya menjadikan Al-Qur'an sebagai pedoman hidup.
Ada sebuah kisah tentang sebuah keluarga penghafal Al-Qur'an yang luar biasa. Meskipun berasal dari latar belakang yang sederhana, dengan ayah bekerja sebagai kuli bangunan dan ibu yang mencari kayu bakar di sawah, mereka telah membuktikan bahwa cinta dan dedikasi terhadap Al-Qur'an mampu mengubah hidup.
Ketiga anak mereka, yang semuanya hafiz, menjadi contoh teladan bagi banyak orang di sekitarnya. Ibu mereka selalu menyambut tamu dengan penuh kasih, mengingatkan bahwa berkah sejati tidak berasal dari harta, melainkan dari ketaatan kepada Allah.
- Kisah Ki Ageng Kiringan, Tokoh Penyebar Agama Islam Asal Pati yang Hidup Sezaman dengan Wali Songo
- Alasan Allah Memberi Anak Perempuan, Berikut Penjelasan dan Keistimewaannya
- Setelah 40 Tahun Lebih, Keinginan Ayah Bangun Masjid Diwujudkan Anaknya Pensiunan Jenderal AU
- Isi Kandungan Surat Luqman 13-14, Ajarkan tentang Nilai Tauhid
Ustadz Adi Hidayat (UAH) menceritakan kisah inspiratif tentang keluarga penghafal Al-Qur'an dalam ceramah yang diunggah di kanal YouTube @SYUKUR_99. UAH pernah bertemu langsung dengan keluarga ini, sehingga bisa menceritakan kisah mereka dengan jelas dan mendetail.
Cerita ini menggambarkan bagaimana keberkahan dan keteguhan iman dapat membawa kebahagiaan meskipun dalam keadaan yang sederhana. UAH menekankan pentingnya menjadikan Al-Qur'an sebagai pedoman hidup. UAH menjelaskan ayah keluarga ini bekerja sebagai kuli bangunan.
"Seringkali masyarakat memandang rendah pekerjaan sebagai kuli bangunan, tetapi mereka tidak menyadari bahwa di balik kehidupan yang sederhana ini terdapat harta yang tak ternilai," jelas UAH.
Istrinya juga berperan penting dalam keluarga, sering mengumpulkan kayu bakar dari kebun dan pinggiran hutan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Rp500 Ribu Cukup buat Sebulan
UAH menceritakan tentang istri kepala keluarga ini yang dengan semangat menyambut kedatangan tamu.
"Masya Allah, setiap kali ada tamu, mereka disuguhi makanan dan minuman yang melimpah," ujarnya.
Walaupun suaminya hanya berpenghasilan sekitar Rp500.000 per bulan, sang istri selalu bersyukur. "Alhamdulillah, Abi pulang dengan membawa uang yang banyak," katanya dengan penuh rasa syukur.
Keajaiban dalam keluarga ini terletak pada kenyataan bahwa sang ayah adalah seorang ahli Al-Qur'an yang hafal 30 juz. Istrinya pun tak kalah hebat, mampu menghafal Al-Qur'an dengan tujuh riwayat beserta sanadnya.
"Siapa yang menyangka bahwa di balik kesederhanaan mereka terdapat keistimewaan yang luar biasa?" tanya UAH secara retoris, mengundang rasa heran dari pendengarnya.
Anak-anak mereka juga mengikuti jejak orang tua mereka sebagai penghafal Al-Qur'an.
"Ketiga anak mereka adalah Hafiz yang menghafal Al-Qur'an," tambah UAH.
Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan dan penanaman nilai-nilai agama dalam keluarga dapat memberikan dampak positif. Dalam kisah ini, UAH menjelaskan keberkahan tidak diukur dari banyaknya harta, melainkan dari kedamaian yang dirasakan dalam hidup.
"Dengan penghasilan Rp500.000 per bulan, kehidupan mereka terasa lebih kaya dibandingkan banyak orang yang memiliki harta melimpah tetapi tidak merasakan ketenangan," ujar UAH.
Keberkahan Bagi Para Penghafal Al-Qur'an
Keluarga ini memberikan pelajaran berharga bagi umat untuk selalu bersyukur atas apa yang dimiliki. Mereka menekankan pentingnya rasa syukur dan kebersamaan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. UAH mengajak semua orang untuk berlomba dalam berbuat baik dan memperdalam pengetahuan agama.
"Mari kita mulai berlomba, sudahkah kita memanfaatkan waktu untuk menghafal Al-Qur'an?" tanyanya.
Ia juga mengingatkan bahwa turunnya Al-Qur'an membawa berkah dalam kehidupan.
"Ketika Al-Qur'an menjadi bagian dari hidup mereka, nikmat dan kedamaian akan mengalir dalam rumah tangga," tambahnya.
UAH mengajak jemaah untuk menjadikan Al-Qur'an sebagai pedoman hidup. Kisah keluarga ini menginspirasi banyak orang, terutama dalam mendidik anak-anak untuk mencintai Al-Qur'an. UAH menegaskan setiap orang tua bertanggung jawab untuk membekali anak-anak mereka dengan ilmu agama yang kuat.
"Jadilah teladan yang baik, karena anak adalah cermin orang tua," ungkapnya.
Lebih lanjut, UAH menjelaskan bahwa keberhasilan dalam menghafal Al-Qur'an tidak hanya berdampak pada orang, tetapi juga membawa berkah bagi keluarga.
"Keluarga yang menghafal Al-Qur'an akan merasakan kedamaian dan keberkahan dalam hidup mereka," ujarnya.
Ini menjadi dorongan bagi umat untuk lebih serius mendalami Al-Qur'an.
"Jangan merasa rendah diri hanya karena pekerjaan kita," pesan UAH.
Ia mengajak semua orang untuk mendalami nilai-nilai kehidupan yang hakiki. "Hidup ini bukan tentang seberapa banyak yang kita miliki, tetapi seberapa besar rasa syukur kita," tegasnya.
UAH mengajak semua untuk menjadikan Al-Qur'an sebagai bagian dari rutinitas harian. "Mari kita jadikan Al-Qur'an sebagai teman hidup, agar kita selalu merasakan keberkahan dan kedamaian," katanya.