Kisah Ulama Dihina dan Dihujat Tak Emosi Sama Sekali, Justru Berikan Uang Kepada Pelaku
Ada sebuah cerita tentang seorang ulama yang memberikan uang kepada orang yang menghina dirinya.
Pengalaman dihina dan dihujat tentunya adalah sesuatu yang menyakitkan, sehingga dapat menimbulkan perasaan sedih dan kecewa yang mendalam. Namun, bagi sebagian orang, khususnya yang memiliki pandangan berbeda menghadapi hinaan atau hujatan bukanlah sesuatu yang perlu ditanggapi secara berlebihan. Sebab, pada akhirnya dapat mengakibatkan kekecewaan. Sebaliknya, mereka justru melihat hinaan atau hujatan sebagai sebuah berkah yang luar biasa. Sebagai contoh, dalam kisah KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha, terdapat seorang ulama yang malah memberikan uang kepada orang yang menghinanya. Tindakan ini terbilang aneh dan unik, mengingat kebanyakan orang cenderung membalas hinaan dengan hinaan pula. Namun, sosok ulama ini memilih untuk bersikap berbeda.
Berikan Uang kepada Orang yang Menghina
Gus Baha menceritakan tentang seorang ulama yang tidak menunjukkan kemarahan meskipun ada orang yang menghina atau menggunjingnya. Bahkan, ulama tersebut melakukan tindakan yang mengejutkan terhadap si penghujat dengan memberikan uang kepadanya.
- Cerita MUA Tak Dilunasi Riasannya, Ditagih Malah Dipukul sama Ibunya Pengantin 'Saya Lagi Hamil Muda'
- Cerita Santri dari Keluarga Miskin, Bisa Pergi Haji karena Patuh Kepada Sosok ini
- Cara Mengamalkan Sholawat Pohon Uang dan Keutamaannya
- Diduga Lajang hingga Akhir Hayat, Begini Kisah Cinta Sunan Bonang
"Ada seorang ulama dulu digunjing dan dihujat oleh orang lain, dia justru mengirimkan uang," kisah Gus Baha dikutip dari tayangan YouTube Short @pecintailmubermanfaat.
Ulama tersebut meminta seseorang untuk mengirimkan uang kepada orang yang menghujatnya dengan perintah, "Tolong kirimkan uang ini ke orang yang menghujat saya."
Ketika orang itu merasa heran dan bertanya, "Kenapa?". Ulama tersebut menjelaskan bahwa ia memiliki alasan khusus untuk memberikan uang kepada si penghina. Menurutnya, penghinaan tersebut justru menjadi sebuah kebaikan baginya, karena dengan menghina, si penghujat telah mengambil keburukan yang seharusnya ia tanggung.
"Dia telah memberikan kebaikannya ke saya, mengambil keburukanku untuk ditanggung," kata ulama itu. "Maka orang seperti itu yang harus diberi hadiah," imbuhnya.
Sikap Tenang Rasulullah Terhadap Orang-Orang yang Menghina
Menurut Republika, terdapat seorang pengemis buta yang berasal dari kalangan Yahudi yang selalu berteriak di sudut Kota Madinah, "Jangan pernah engkau dekati Muhammad. Dia itu orang gila, pembohong, dan tukang sihir." Pertanyaannya adalah, bagaimana sikap Rasulullah terhadap pengemis yang terus-menerus mencemoohnya? Aisyah RA menjelaskan dengan penuh emosi, "Setiap pagi Rasulullah SAW selalu pergi ke ujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang sering duduk di sana." Kebiasaan mulia ini terus berlangsung hingga Rasulullah wafat.
Setelah kepergian beliau, sang pengemis yang selama ini menghina, baru menyadari bahwa Muhammad SAW, yang dia cemoohkan, adalah sosok yang tidak hanya memberinya makanan, tetapi juga menyuapinya dengan kelembutan yang luar biasa. Penyesalan mendalam dirasakan oleh pengemis Yahudi tersebut ketika mengetahui kebaikan yang telah diberikan oleh Rasulullah. Sungguh, ini adalah pelajaran berharga tentang kasih sayang dan pengampunan yang patut dicontoh oleh kita semua. Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul