Penampakan Perumahan Warga di Kampung Aquarium Lebih Rendah dari Air Laut, Sungguh Mengerikan
Penampakan perumahan warga yang terletak di sekitar kawasan Kampung Aquarium lebih rendah dari pada air laut.
Berbagai studi memprediksikan bahwa Jakarta terancam tenggelam. Berbagai bukti fisik dari penelitian tentang penurunan permukaan tanah juga ditemukan sebagai rujukan para peneliti.
Belum lama ini, terekam bukti nyata dalam sebuah video viral. Terlihat penampakan perumahan warga yang berlokasi di sekitar Kampung Aquarium posisinya lebih rendah daripada air laut. Penampakan itu pun membuat rasa ngeri.
- Jika Petir Menyambar Laut atau Danau, Apakah Ikan Bisa Mati?
- Mengintip Pabrik AQUA yang Memproduksi Air Minum Aman dan Sehat Bagi Pelanggan
- Dulunya Berjarak 1 Km dari Pantai, Desa di Pekalongan ini Kini Sudah Tenggelam oleh Air Laut
- Pesona Pantai Marina di Lampung Selatan, Cocok Jadi Tempat Habiskan Waktu di Akhir Pekan
Lantas seperti apa penampakannya yang bikin ngeri? Simak selengkapnya dalam ulasan video viral yang satu ini, Selasa (13/8).
Sebuah video viral merekam keadaan di pemukiman warga yang terletak di sekitar kampung Aquarium, Penjaringan, Jakarta Utara. Daerah ini berbatasan langsung dengan air laut.
Melansir dari video yang diunggah akun Instagram @jakarta.keras, kini kondisinya nampak semakin memprihatinkan. Bikin ngeri, air laut yang hanya ditopang denga beton tersebut terlihat lebih tinggi dibandingkan kampung Aquarium.
“Air laut lebih tinggi dari pemukiman warga,” tulis keterangan video dalam unggahan akun @jakarta.keras.
Pakar Iklim dan Meteorologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Prof Edvin Aldrian mengatakan faktor utama tenggelamnya sebagian wilayah di Jakarta dikerenakan penurunan muka tanah atau land subsidence. Ia menyebutkan bahwa fenomena ini justru bukan disebabkan oleh pemanasan global.
"Itu lebih disebabkan karena penurunan muka air tanah. Jadi penurunan karena land subsidence bukan karena perubahan iklim. Jadi ini mohon diluruskan ini bukan karena perubahan iklim tapi lebih banyak karena land subsidence yang terjadi," ujar Wakil Ketua Kelompok Kerja I Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) itu dalam sebuah webinar.
Seperti data yang dipaparkan oleh IPCC, Edvin menerangkan jika kenaikan muka air laut secara global dipicu oleh pemanasan bumi namun hanya 3.6 milimeter saja. Sementara, muka tanah di Jakarta mencapai lebih dari 100 sentimeter.
"Laporan dari BPPT pernah mengadakan tahun 2010 ada laporannya. Di sini angkanya tidak jauh beda, angka kenaikan air laut di Jakarta itu 3,7 milimeter per tahun. Nah angka ini yang jadi patokan, tadikan di IPCC 3,6 milimeter. Angka itu hampir-hampir mirip," kata Edvin.
"Apa yang terjadi di Jakarta itu ternyata penurunan, tadikan 3,6 milimeter (karena pemanasan global) ternyata ada 112 sentimeter di Jakarta Utara itu. Itu lebih disebabkan karena penurunan muka air," papar dia.
Menurut Edvin, penurunan muka tanah yang terjadi di Jakarta ini merupakan akibat dari eksploitasi berlebihan terhadap air bawah tanah.
"Ya, biasanya karena terlalu banyak air dipompa ke atas keluar untuk minuman," ungkap Edvin.
Video memperlihatkan kondisi pemukiman warga Kampung Aquarium yang lebih rendah dari air laut tersebut sontak menjadi perhatian masyarakat. Ragam komentar pun ditinggalkan dalam unggahan akun Instagram @jakarta.keras.
“Beton pembatasnya cuma setebel itu😢,” tulis komentar @holahop9_.
“apapaun itu semoga mereka dilindungi selalu,” timpal @jopanjaiitan.
“ga kebayang kalo ada arus nya tiba2 naik 😢.” lanjut @ayunitaa_lesstari.
“Dih kalo gua yang tinggal disitu mah pindah sih, bahaya bgt itu . Ngerii,” timpal @proud_muzii.