Psikolog Ungkap Kekerasan pada Anak Berakibat ke Kesehatan Mental & Jadi Luka Batin Sampai Dewasa
Kekerasan yang dialami oleh anak dapat menimbulkan dampak signifikan terhadap kemampuan mereka dalam mengendalikan emosi, bahkan hingga mereka dewasa.
Kekerasan terhadap anak dapat memiliki efek jangka panjang terhadap kesehatan mental mereka. Anak-anak yang mengalami kekerasan berisiko tinggi mengalami serangan panik dan depresi.
Sayangnya, sering kali kekerasan ini dilakukan oleh orang-orang terdekat, termasuk orang tua mereka. Menurut psikolog dari RS EMC Grha Kedoya Pekayon, Ratu Ade Waznah Sofwat, banyak orang tua yang tanpa sadar melakukan berbagai bentuk kekerasan saat mendidik anak.
-
Bagaimana serangan panik dapat terjadi? serangan panik adalah kondisi ketika seseorang mengalami rasa takut atau cemas yang sangat intens secara tiba-tiba, tanpa ada alasan yang jelas.
-
Kapan Hari Stroke Sedunia diperingati? Setiap 29 Oktober, masyarakat dunia memperingati Hari Stroke Sedunia.
-
Siapa yang biasanya mengalami serangan panik? Serangan panik dapat memiliki bentuk yang berbeda-beda untuk setiap individu.
-
Apa yang sering dibayangkan oleh orang saat serangan panik? Saat mengalami serangan panik, biasanya orang akan memikirkan skenario terburuk. Membiarkan pikiran-pikiran negatif yang tidak realistis seperti ini seringkali memperburuk serangan panik dan membuat sensasi gelisahnya makin kuat.
-
Kapan serangan panik biasanya terjadi? Kecemasan biasanya terjadi sebelum panik dan kadang-kadang dapat menyebabkan panik, terutama ketika menjadi sangat mengganggu dan berlanjut terus-menerus.
"Bentuk kekerasan yang terjadi pada anak dapat berupa kekerasan verbal, kekerasan psikologis, dan kekerasan fisik. Padahal, tindakan kekerasan ini dapat berpengaruh terhadap kesehatan mental anak di kemudian hari dan berpotensi menjadi luka batin yang membekas hingga anak menginjak usia dewasa," tulis Ratu di laman EMC, dikutip pada Sabtu (9/11/2024).
Sulit Mengendalikan Emosi
Kekerasan yang dialami anak memiliki dampak yang signifikan terhadap kemampuan mereka dalam mengendalikan emosi. Setelah mengalami kekerasan, anak sering kali kesulitan untuk mengontrol emosinya, sehingga mereka lebih rentan merasa sedih, marah, atau ketakutan secara berlebihan.
Selain itu, anak juga cenderung mengalami kesulitan tidur dan sering mengalami mimpi buruk. Kondisi ini dapat bertahan hingga mereka dewasa dan memengaruhi perilaku sosial anak di lingkungan sekitarnya.
Menarik Diri
Anak yang menjadi korban kekerasan dari orangtuanya sering kali mengembangkan pola pikir yang negatif terkait berbagai masalah yang mereka hadapi. Mereka cenderung merasa curiga dan mengalami kesulitan dalam mempercayai orang lain, yang dapat menghambat kemampuan mereka untuk menjalin hubungan yang sehat.
Akibatnya, anak-anak ini berisiko mengalami kesepian yang mendalam.
- Tak Hanya Terkait Kesehatan Jiwa, Ketahui Hal Apa Saja yang Bisa dan Perlu Dikonsultasikan pada Psikolog Terkait Perkembangan Anak
- Psikolog Bocorkan Kiat Bagi Orang Tua Mengedukasi Anak untuk Cegah Pelecehan Seksual
- Psikolog Sarankan untuk Sering Memeluk Anak Agar Mereka Merasa Lebih Dicintai
- Panduan Menjaga Kesehatan Mental bagi Anak SMA yang Baru Masuk Kuliah
"Lebih lanjut, dalam beberapa penelitian menyatakan bahwa korban kekerasan yang dilakukan oleh orangtua terhadap anaknya, berpotensi cukup besar mengalami kegagalan dalam membangun hubungan asmara dan berkeluarga," papar Ratu.
Dapat Memicu Serangan Panik dan Depresi
Kekerasan terhadap anak tidak hanya berdampak fisik, tetapi juga dapat menimbulkan trauma yang mendalam pada aspek psikologis mereka. Trauma ini berpotensi menyebabkan masalah mental, seperti serangan panik dan depresi, yang dapat mengganggu kehidupan sehari-hari anak.
Apabila kondisi tersebut dibiarkan tanpa penanganan yang tepat, anak berisiko mengandalkan zat-zat terlarang, seperti alkohol dan narkoba, sebagai cara untuk melarikan diri dari trauma yang mereka alami.
Selain itu, pengalaman traumatis ini dapat memunculkan pikiran-pikiran negatif, termasuk keinginan untuk mengakhiri hidup atau bunuh diri.
Berisiko Menjadi Pelaku Kekerasan
Kekerasan yang dialami anak-anak dapat memiliki konsekuensi yang lebih serius saat mereka dewasa. Mereka mungkin akan mengulangi perilaku yang sama seperti yang mereka alami di masa kanak-kanak.
Sering kali, jika mereka menjadi orangtua, mereka cenderung menerapkan pola yang sama kepada anak-anak mereka, mirip dengan pengalaman masa kecil mereka.
"Ini akan menjadi siklus yang berulang apabila tidak ada penanganan lebih lanjut yang tepat untuk mengatasi rasa trauma yang terjadi akibat kekerasan yang dialami," kata Ratu.
Penurunan Fungsi Otak
Kekerasan yang dialami anak juga dapat memengaruhi struktur dan perkembangan otak mereka. Hal ini dapat menyebabkan penurunan fungsi di beberapa area otak. Penurunan kemampuan kognitif ini dapat membuat anak mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi dan fokus pada pelajaran di sekolah, yang berujung pada menurunnya prestasi akademik.
"Risiko ini membawa dampak yang besar ketika sudah memasuki usia lanjut, yaitu munculnya masalah demensia."
Untuk mencegah kekerasan yang dilakukan orangtua terhadap anak, penting bagi orangtua untuk menerapkan pola asuh yang positif. Tujuan dari positive parenting adalah untuk mencegah terjadinya tindakan kekerasan terhadap anak dengan pendekatan yang mendukung, konstruktif, dan menyenangkan.
Sebaliknya, jika orangtua adalah korban kekerasan di masa kecil, yang menyebabkan trauma mendalam, sebaiknya mereka mencari bantuan dari psikolog atau psikiater sebagai langkah yang tepat untuk mengatasi pengalaman traumatis tersebut, tutup Ratu.