5 Pembelaan saat Rupiah melemah dekati titik saat krisis 1998
Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS terpuruk ke titik terendah dalam 20 tahun terakhir atau semenjak krisis 1998. Mengutip data Bloomberg, tadi pagi Rupiah dibuka di Rp 14.822 per USD dan sempat menguat ke level Rp 14.700-an per USD. Saat ini, Rupiah berada di level Rp 14.935 per USD.
Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS terpuruk ke titik terendah dalam 20 tahun terakhir atau semenjak krisis 1998. Mengutip data Bloomberg, tadi pagi Rupiah dibuka di Rp 14.822 per USD dan sempat menguat ke level Rp 14.700-an per USD. Saat ini, Rupiah berada di level Rp 14.935 per USD.
Pada 2018, Rupiah menjadi salah satu mata uang berkinerja buruk di regional. Hal ini dipicu investor yang melepas aset pasar negara berkembang seiring penurunan mata uang Peso Argentina.
-
Apa yang dimaksud dengan nilai tukar Dolar Singapura dan Rupiah? Nilai tukar antara Dolar Singapura dan Rupiah mencerminkan perbandingan nilai antara mata uang Singapura (SGD) dan mata uang Indonesia (IDR).
-
Kapan nilai tukar Dolar Singapura terhadap Rupiah mengalami penurunan signifikan? Kemudian, terjadi penurunan hingga mencapai titik terendah sekitar 11.700 IDR per 1 SGD, sebelum kembali menguat ke 11.762,02 IDR per 1 SGD pada 25 September 2024.
-
Kapan Ayat Seribu Dinar turun? Ayat seribu dinar adalah sebutan untuk dua ayat dalam Surat At Thalaq, yaitu ayat 2 bagian akhir dan ayat 3 seluruhnya.
-
Bagaimana Said Abdullah menggambarkan tren nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat? Said mencontohkan saat ini nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) terus melemah dalam kurun waktu dua tahun terakhir. Pada tahun 2022 nilai tukar USD terhadap rupiah adalah Rp 14 ribu. Kemudian pada 2023 menyentuh angka Rp 15 ribu. dan semester pertama 2024 ini, dolar sudah berada di angka Rp 16.400.
-
Mengapa nilai tukar rupiah menjadi sangat tinggi terhadap dolar di era Soeharto? Sebab, inflasi Indonesia yang terbilang masih cukup tinggi tidak sebanding dengan mitra dagangnya. Akhirnya nilai tukar rupiah menjadi sangat tinggi terhadap dolar dan tidak ada negara yang mau bermitra dengan Indonesia.
-
Apa yang dijelaskan oleh Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, mengenai redenominasi rupiah? Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menjelaskan, implementasi redenominasi rupiah ini masih menunggu persetujuan dan pertimbangan berbagai hal.
Analis menilai, nilai tukar Rupiah yang tertekan itu didorong defisit neraca transaksi berjalan dan kekacauan di pasar negara berkembang yang disebabkan krisis keuangan Turki.
"Kepemilikan asing yang tinggi pada obligasi ditambah dengan utang Dolar Amerika Serikat perusahaan Indonesia yang meningkat juga membuat (Rupiah) cenderung melemah," ujar Ekonom Mizuho Bank, Vishnu Varathan, seperti dikutip dari laman CNBC.
Indonesia, dinilai rentan terhadap aksi jual besar pada saat terjadi tekanan pasar karena fundamental ekonomi. Apalagi defisit transaksi berjalan negara saat ini melebar menjadi USD 8 miliar pada kuartal kedua tahun ini.
Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, pelemahan Rupiah hingga Rp 14.700 per USD disebabkan oleh krisis yang terjadi di Argentina. Dia menegaskan, pelemahan ini tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi juga beberapa negara lain di Asia Tenggara.
Atas fenomena ini pihak regulator pun memberikan pembelaannya. Apa saja? Berikut rangkumannya.
Pelemahan Rupiah berbeda dari saat krisis 1998
Menteri Koordinator Perekonomian, Darmin Nasution, meminta masyarakat untuk tidak membandingkan nilai tukar Rupiah saat ini dengan saat krisis 1998. Sebab, menurut dia, kondisinya sangat jauh berbeda.
Menko Darmin mengatakan, meski nilai tukar Rupiah sama-sama tembus kisaran Rp 14.000, namun posisi awal Rupiah jauh berbeda. Pada 1998, Rupiah tembus Rp 14.000 setelah sebelumnya berada di posisi Rp 2.800 per Dolar Amerika Serikat (USD).
"Gini deh, jangan dibandingkan Rp 14.000 sekarang dengan 20 tahun lalu. Sekarang dari Rp 13.000 ke Rp 14.000. Tahun 2014, dari Rp 12.000 ke Rp 14.000. Maksud saya, cara membandingkan juga, ya dijelaskan lah," ujar dia.
Pelamahan tak hanya pada Rupiah
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Mirza Adityaswara, mengakui bahwa nilai tukar Rupiah terus mengalami tekanan terhadap dolar AS. Namun, tekanan itu tak hanya dialami oleh Rupiah saja.
"Sebenarnya di dunia ini yang melemah bukan cuma Rupiah. Swedish crown juga melemah 10 persen, Dolar Australia juga melemah 6 persen. Jadi di seluruh dunia melemah terhadap dolar AS," jelas dia.
Mirza melanjutkan, seharusnya pelemahan Rupiah ini tidak perlu ditakutkan karena stabilitas ekonomi dan keuangan terjaga dengan baik. "Likuiditas terjaga baik, non performing loan (NPL) di perbankan Indonesia bahkan menurun dibandingkan 2015 dari 3,2 persen menjadi 2,7 persen," kata Mirza.
Krisis Argentina di luar ekspektasi
Menko Darmin Nasution mengatakan, krisis Argentina cukup membuat pasar terkejut. Sebab, negara tersebut sempat mengajukan pinjaman kepada Dana moneter internasional atau International Monetary Fund (IMF) sebesar USD 50 miliar.
"Dia itu kan sudah dapat bantuan IMF sebetulnya USD 50 miliar. Orang anggap dia mestinya akan survive akan selamat dengan itu tapi ternyata gerakan capital outflow masih sekarat. Makanya dia naikkan tingkat bunga tidak tanggung tanggung sampai 60 persen. Jadi itu sudah tingkat yang luar biasa besar nya sehingga biasanya kalau udah gitu biasanya pasar jitery (gelisah)," jelasnya.
Fundamental ekonomi RI masih baik
Menko Darmin menyatakan, saat ini kondisi ekonomi Indonesia jauh lebih baik dibandingkan pada 1998. Meski diakui saat ini Indonesia juga punya permasalahan yaitu soal transaksi berjalan yang defisit.
"Kita fundamental ekonomi masih oke. Kelemahan kita hanya transaksi berjalan yang defisit. Berapa? 3 persen. Lebih kecil dari 2014 yaitu 4,2 persen. Masih lebih kecil dari Brasil, Turki, Argentina, itu lah. Betul, kita lebih kecil. Coba yang lain, inflasi. Di Argentina berapa? Sekarang 30 persenan, setahun yang lalu 60. Kita gimana? Malah deflasi. Pertumbuhan, oke kita 5 koma persen," jelas dia.
Oleh sebab itu, jika dilihat dari sisi mana pun, lanjut dia, kondisi ekonomi Indonesia masih jauh lebih baik dibandingkan 1998.
"Dilihat dari sudut mana pun. Meski pun kita ada defisit transaksi berjalan, ini bukan penyakit baru. Dari 40 tahun yang lalu transaksi berjalan ini defisit. Memang ini agak besar tapi enggak setinggi 2014, tahun 1994-1995, tidak setinggi 1984. Tolong membacanya, membandingkannya yang fair," tandas dia.
Rupiah melemah tak ganggu pembangunan
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono, mengatakan sejauh ini depresiasi Rupiah belum memiliki dampak besar pada proyek infrastruktur. "Sementara ini belum (ada dampak depresiasi rupiah terhadap proyek infrastruktur)," kata dia.
Dia menyampaikan, proyek infrastruktur baru akan terganggu bila terjadi situasi force majeure atau kejadian luar biasa. "Karena dalam kontrak itu akan terpengaruh kalau ada kahar (force majeure). Kalau tidak ditetapkan sebagai kahar tidak akan ada dampaknya," jelas Menteri Basuki.
Â
(mdk/bim)