Anggota DPR: Bulog Harusnya Beli Gabah Petani Sesuai HPP
Di sejumlah daerah, seperti Indramayu saat ini harga gabah cenderung turun berkisar antara Rp3.000 hingga Rp3.500 per kilogram. Harga tersebut jauh di bawah HPP yang ditetapkan oleh pemerintah.
Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Dedi Mulyadi mempertanyakan kemampuan Bulog dalam menyerap gabah hasil panen petani. Padahal sebagai BUMN pangan, lembaga ini diberi tugas utama untuk menyerap hasil panen.
Di sejumlah daerah, seperti Indramayu saat ini harga gabah cenderung turun berkisar antara Rp3.000 hingga Rp3.500 per kilogram. Harga tersebut jauh di bawah HPP yang ditetapkan oleh pemerintah. Di Ngawi, Jawa Timur dan Demak, Jawa Tengah harga rata-rata GKP di bawah Rp4.000 per kilogram.
-
Bagaimana Bulog menyelesaikan masalah antrian truk di gudang Jakarta? “Beberapa kasus masalah keterlambatan juga sudah diatasi. Sehingga saat ini sudah tidak ada antrian kapal beras di Pelabuhan Tanjung Priok maupun antrian truk truk beras di gudang Jakarta,” tambah Bayu.
-
Dari mana BULOG mengimpor beras untuk memenuhi kebutuhan di Indonesia? “Saat ini kita sudah kontrak dengan beberapa negara yang produksinya masih banyak yaitu Thailand, Vietnam, Pakistan, Myanmar dan Kamboja. Selanjutnya kita juga akan menjajaki dengan India maupun negara lainnya yang memungkinkan dan memenuhi persyaratan”, tambah Tomi.
-
Apa yang dilakukan Bulog di Pasar Johar Karawang? Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi dalam keterangannya menegaskan, pihaknyasudah menggelontorkan beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) sebanyak 200 hingga 300 ton per hari ke Pasar Johar Karawang.
-
Kapan Bulog meningkatkan pasokan beras di Pasar Johar Karawang? Selanjutnya menurut pengakuan para pedagang di Pasar Johar Karawang, bahwa tiga hari terakhir Bulog menambah pasokannya ke pasar ini dan hal ini membantu untuk menurunkan harga beras disini.
-
Apa yang dilakukan Bulog untuk menjaga stok beras di Indonesia? Badan Urusan Logistik (Bulog) hingga kini memiliki stok dengen volume ideal yakni 1,8 juta ton. Diketahui, untuk menjaga hal itu Bulog terus mendahulukan pengadaan gabah atau beras dalam negeri selama musim panen. Hingga pertengahan Juni 2024 Bulog telah menyerap produk petani dalam negeri sebanyak hampir 700 ribu ton.
-
Apa yang dijual warga Baduy saat jalan kaki ke Jakarta? Warga adat Baduy di wilayah Kanekes, Kabupaten Lebak, Banten, memiliki tradisi menjual madu hutan ke luar daerah dengan berjalan kaki.
Selama ini, Bulog ditugaskan pemerintah untuk membeli gabah dengan harga yang sudah ditetapkan. Menurut Permendag Nomor 24 Tahun 2020, Bulog hanya bisa menyerap gabah dengan kadar air maksimal 25 persen dan seharga Rp4.200 per kilogram.
Anjloknya harga gabah petani yang masih di bawah HPP (Harga Pembelian Pemerintah) ini menuntut peran Bulog sebagai lembaga yang diberi tugas mengamankan harga beras dan gabah petani.
"Bulog seharusnya mampu membeli sesuai dengan HPP yang sudah ditetapkan sehingga harga gabah tidak anjlok. Namun melihat kenyataan di lapangan dimana harga gabah anjlok, tentu layak dipertanyakan kemampuan Bulog dalam membeli atau menyerap gabah dari petani sesuai HPP," kata dia di Jakarta, Kamis (25/3).
Dedi juga berpendapat bahwa Bulog semestinya mampu membeli gabah petani untuk menjaga stabilitas harga serta mengamankan cadangan pangan nasional.
Selain tidak mampu membeli gabah dari petani sesuai harga, Bulog juga disebut tidak mampu menjual beras yang disimpannya selama ini. Dedi menyatakan banyaknya penumpukan beras di gudang lebih disebabkan karena Bulog tidak bisa menjualnya.
"Prinsip dasarnya selain tidak mampu membeli, Bulog ternyata juga tidak mampu menjual berasnya. Akhirnya terjadi penumpukan beras di gudang hasil pembelian tahun 2018," ungkap Dedi yang juga anggota Fraksi Golkar DPR RI.
Bahkan sekitar 100 ribu ton lebih beras Bulog mengalami turun mutu atau bisa disebut busuk. “Banyaknya beras yang busuk itu juga disebabkan karena Bulog tidak memiliki gudang penyimpangan yang memadai. Selama ini beras Bulog hanya disimpan di atas lantai lalu ditutup pakai palet,” tutur mantan Bupati Purwakarta itu.
Bulog selama ini hanya mampu menjual atau menyalurkan berasnya saat pemerintah memberikan penugasan terkait program Bantuan Sosial (Bansos) lewat beras. Dedi melihat hal ini sebagai kegagalan Bulog dalam menjalankan tugasnya, yakni tidak mampu beli beras dan gabah juga tidak mampu menjual beras. Padahal dua tugas ini sudah diamanatkan oleh pemerintah.
"Sehingga ini menjadikan problem pada dunia perberasan kita. Harga gabah menjadi turun karena tidak terserap. Selain itu ketersediaan pangan bisa terancam karena cadangan beras di Bulog mengalami penurunan kualitas atau busuk," ucap Dedi.
Harga Gabah Turun Bukan karena Rencana Impor
Ombudsman Republik Indonesia menyebutkan harga gabah di tingkat petani menurun bukan dikarenakan isu rencana impor beras 1 juta ton, melainkan sesuai dengan hukum ekonomi supply and demand karena pasokan melimpah saat panen raya.
"Saat musim panen raya, tanpa impor pun harga gabah akan turun seiring hukum supply and demand," kata Anggota Ombudsman RI, Yeka Hendra Fatika dikutip dari Antara Jakarta, Rabu (24/3).
Yeka mengutip data Badan Pusat Statistik yang mencatat harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani pada Januari 2020 berada di level Rp5.273 per kg, sementara pada Januari 2021 menjadi Rp4.900. Pada Februari 2020 Rp5.176, sementara harga pada Februari 2021 Rp4.700 per kg.
Padahal menurut Yeka, isu impor beras sebanyak 1 juta ton belum muncul pada Januari dan Februari 2021.
Dia menilai polemik kebijakan impor beras ini menjadi gaduh yang kemudian dikait-kaitkan dengan harga beras yang ada saat ini.
"Seperti tahun lalu kita tidak ada impor, harga gabah pasti turun karena berlaku hukum supply and demand, apalagi prediksi BPS akan ada peningkatan produksi," kata Yeka.
Oleh karena itulah pemerintah memiliki kewajiban untuk menstabilkan harga gabah di pasaran melalui Perum Bulog dengan cara menyerap gabah hasil petani. Tugas penyerapan gabah ini dilakukan oleh Bulog tidak hanya pada masa panen raya, melainkan sepanjang tahun.
Selama tahun 2020, Perum Bulog telah menyerap beras hasil produksi dalam negeri mencapai 1,24 juta ton. Sebanyak 14 persen diserap pada periode Januari-April, dan paling besar menyerap di periode Mei-Agustus yaitu 55 persen dari total serapan tahun 2020.
"Ketika harga jatuh, Bulog menyerap, harga otomatis terdongkrak karena demand naik," kata Yeka.