Apa yang bikin Ale-Ale mampu taklukkan Coca Cola?
Gaya hidup yang serba praktis turut menentukan perilaku konsumsi masyarakat Indonesia.
Ada yang menarik dari hasil survei yang dilansir oleh Kantar Worldpanel Indonesia. Produk konsumsi merek asing ternyata tidak sepenuhnya perkasa di Indonesia. Masyarakat Indonesia ternyata masih sangat percaya dengan produk lokal.
Produk-produk asing pun tumbang oleh produk lokal. Termasuk produk minuman yang selama ini memiliki brand cukup kuat dan menjadi pengusaha di berbagai negara. Merek minuman soda Coca Cola tak berdaya bersaing dengan minuman lokal Indonesia. Padahal di Meksiko, Amerika Serikat, atau di Spanyol, Coca Cola menjadi raja.
-
Apa tujuan kampanye "Efek Ahh" Coca-Cola? Tujuan kampanye Ahh untuk bikin generasi muda kembali ke budaya minum soda pop.
-
Dimana ayam Coca Cola dihidangkan? Hidangkan ayam coca cola dengan taburan daun bawang, saus garlic mayo, dan salad sayuran.
-
Kenapa pabrik Coca Cola dibangun di Pasar Baru? Mereka pun mendirikan salah satu pabriknya di Batavia lewat salah satu bangunan di kawasan Gang Poseng.
-
Apa yang menjadi ciri khas bangunan Pabrik Coca Cola di Pasar Baru? Bentuk bangunannya diketahui masih sama dari sejak pertama didirikan pada 1934.
-
Bagaimana cara membuat ayam Coca Cola menjadi empuk dan meresap bumbu? Resep ini menggunakan minuman bersoda sebagai bahan utama untuk mengungkep ayam.Hasilnya adalah ayam yang empuk, gurih, meresap bumbu, dan caramelized.
-
Dimana pabrik Coca Cola di Pasar Baru berada? Di kawasan Gang Poseng, Pasar Baru, Jakarta Pusat, dulu terdapat sebuah pabrik minuman kola yang terkenal.
Di Indonesia, Coca Cola tak berdaya bersaing dengan minuman lokal Ale-Ale. Apa yang bikin Ale-Ale sanggup menumbangkan Coca Cola? Alasan pertama karena konsumen Indonesia masih percaya produk lokal.
"Konsumen Indonesia sangat percaya dengan brand lokal. Walaupun brand global punya nama besar, rupanya kepercayaan masyarakat terhadap brand lokal masih sangat tinggi," ujar General Manager Kantar Indonesia Lim Soon Lee di kantornya, Selasa (7/5).
Alasan kedua adalah kemasan yang ditawarkan. Pada akhirnya, ini berkaitan dengan kemampuan daya beli masyarakat Indonesia yang diakui tidak terlalu tinggi. Dengan kemasan bentuk sachet, selain lebih simpel, harga juga terjangkau.
"Karena ada sachet, yang paling dipilih konsumen Indonesia, mayoritas penjualan dari sachet. Atau kalau mau bersaing, mungkin harus membeli brand lokal," kata analis Kantar Indonesia Eka Kusuma Artha.
Tidak bisa dipungkiri bahwa gaya hidup yang serba praktis turut menentukan perilaku konsumsi masyarakat Indonesia. Semakin praktis sebuah produk, semakin laris di pasaran. Hal ini semakin diperkuat dengan larisnya produk mi instan di pasaran Indonesia. Rata-rata, orang Indonesia membeli 324 bungkus mi instan dalam setahun.
"Populernya mi instan barangkali terdorong dengan meningkatnya wanita karir. Kita lihat semakin jarang ibu rumah tangga yang memasak, sementara brand seperti Pop Mi sangat gampang (diolah)," kata Lim.
Menurut dia, selama setahun ke depan, penjualan mi instan akan sangat sulit dikalahkan dengan produk lain. "Saya juga tidak tahu pasti kenapa bangsa ini senang sekali dengan mi instan," imbuhnya.
(mdk/noe)