Barang Murah China Bikin Nasib Manufaktur Korea Terancam
Strategi Harga rendah yang digencarkan pasar industri China menimbulkan dampak negative bagi manufaktur Korea.
Tujuh dari 10 perusahaan manufaktur di Korea Selatan mengatakan bahwa mereka telah terkena dampak atau memperkirakan dampak negatif dari dumping produk-produk yang ditimbun oleh China, memperingatkan bahwa tren ini mungkin akan bertahan dalam jangka panjang.
Melansir The Korea Times, survei yang dilakukan Kamar Dagang dan Industri Korea (KCCI), 27,6 persen dari 2.228 perusahaan manufaktur di Korea mengatakan mereka terdampak oleh rendahnya harga ekspor China. Di antara responden, 42,1 persen mengatakan mereka belum merasakan dampak negatif dari praktik-praktik tersebut namun memperkirakan hal tersebut akan terjadi di masa depan.
KCCI menyoroti bahwa peningkatan stok produk China mendorong perusahaan-perusahaan di negara tersebut menuju strategi harga rendah yang agresif. Laporan tersebut mencatat bahwa tren ini dapat bertahan untuk jangka waktu yang lama jika persediaan China terus bertambah di tengah lambatnya pemulihan ekonomi negara tersebut.
Menurut Biro Statistik Nasional China, rasio persediaan barang jadi di China adalah 1,68 persen pada November 2023 karena perusahaan-perusahaan mulai mengekspor produk yang terakumulasi selama pandemi Covid-19 dengan harga lebih murah. Namun, rasio tersebut meningkat dengan cepat menjadi 4,67 persen pada bulan Juni tahun ini, seiring dengan berlarut-larutnya perlambatan ekonomi China.
Di antara industri-industri Korea, perusahaan-perusahaan yang terkait dengan baterai merupakan perusahaan yang paling banyak mengeluhkan kesulitan ini, karena strategi harga rendah yang diterapkan oleh perusahaan-perusahaan Tiongkok dibarengi dengan perlambatan global dalam permintaan kendaraan listrik.
Dalam survei tersebut, 61,5 persen perusahaan yang melakukan bisnis terkait baterai sekunder mengatakan bahwa mereka telah terkena dampak dumping yang dilakukan oleh perusahaan China dan 23,1 persen menyatakan kekhawatiran atas dampaknya di masa depan.
Selain industri baterai, 46,4 persen bisnis tekstil dan pakaian jadi terkena dampaknya, diikuti oleh kosmetik dengan 40,6 persen, dan industri baja dengan 35,2 persen.
“Perusahaan Korea mengajukan lima hingga delapan kasus anti-dumping terhadap impor setiap tahunnya, namun kami telah melihat enam kasus yang diajukan pada paruh pertama tahun ini saja,” kata kepala divisi penelitian KCCI Kang Seog-gu.
“Seiring dengan semakin banyaknya kasus perselisihan perdagangan global yang dilaporkan, pendekatan pemerintah Korea untuk mengatasi perselisihan perdagangan perlu direformasi.”