Bisnis Tambang Pasir Gagal & Terlilit Utang Rp2 Miliar, Dwi Bangkit Lewat Dagang Bakso dan Restu Orang Tua
Di masa-masa awal kerugian, Dwi Masih beranggapan bahwa kerugian tersebut merupakan risiko bisnis.
Dalam kalkulasi rasionalitas Dwi, modal besar akan diikuti dengan keuntungan besar, meski ada potensi kerugian yang besar pula.
Bisnis Tambang Pasir Gagal & Terlilit Utang Rp2 Miliar, Dwi Bangkit Lewat Dagang Bakso dan Restu Orang Tua
- Terlilit Utang Rp2,5 Miliar, Pria Asal Magelang Ini Akhirnya Sukses Bisnis Gethuk dengan Omzet Rp150 Juta per Bulan
- Pernah Coba Berbagai Bisnis tapi Gagal Semua, Begini Kisah Pasutri Asal Kediri Bangkit hingga Jadi Juragan Plafon
- Patut Anda Coba, 5 Bisnis Ini Punya Peluang Gagal Sangat Kecil
- Pulang Tanpa Bawa Tabungan, Begini Cara Mantan PMI Asal Serang Rintis Jualan Olahan Bandeng hingga Raup Omzet Ratusan Juta Rupiah
Restu orang tua menjadi kunci keberhasilan Dwi Rizki Setiawan melunasi utang Rp2 miliar hingga bangkit menjadi pengusaha bakso. Dwi 'kapok' menjalani usaha tanpa restu orang tua.
Dalam wawancara yang diunggah akun YouTube Pecah Telur, Dwi bercerita, dia bersama sang kakak memulai usaha di sektor tambang pasir.
Dalam kalkulasi rasionalitas Dwi, modal besar akan diikuti dengan keuntungan besar, meski ada potensi kerugian yang besar pula.
Namun, Dwi mengabaikan soal potensi kerugian. Di pikirannya saat itu, bagaimana usaha tambang pasir yang dia jalanin bersama sang kakak menghasilkan keuntungan fantastis.
"Usaha sebelumnya kita jatuh karena orang tua ini sepertinya enggak ridho padahal itu yang kita katakan itu proyek besar pasti kan untungnya besar kalau secara matematika, ini malah tidak," kata Dwi dikutip Kamis (25/1).
Di masa-masa awal kerugian, Dwi Masih beranggapan bahwa kerugian tersebut merupakan risiko bisnis. Lambat laun, dia dan sang kakak mulai merasa bisnis tambang pasir ini tidak memiliki keberkahan karena orang tua tidak mendukung penuh dengan aktivitas keduanya.
Kerugian terus dituai oleh Dwi dan sang kakak hingga menyebabkan utang menumpuk sebanyak Rp2 miliar.
Di titik itu, Dwi dan sang kakak memutuskan untuk berhenti menjalani bisnis tambang pasir.
Keduanya mencari cara bagaimana melunasi utang Rp2 miliar dari bisnis tambang pasir tersebut. Hingga akhirnya Dwi tercetus untuk mulai berbisnis bakso Malang.
Bermodalkan video tutorial di YouTube, Dwi menjajal membuat adonan bakso. Modal awal untuk membeli keperluan adonan bakso sat itu Rp70.000. Akan tetapi, usaha pertama Dwi membuat adonan bakso gagal karena terlalu banyak menggunakan tepung kanji. Hasilnya, tekstur bakso menjadi seperti bakso aci.
Dwi ingin membeli bahan adonan lagi, namun uang sudah tidak punya. Dia kemudian meminjam uang kepada sang ibu sebesar Rp50.000.
Di usaha kedua, Dwi berhasil membuat adonan bakso. Dari sana dia mulai optimis dan percaya diri untuk memulai usaha bakso.
Adonan bakso buatan Dwi kemudian dipromosikan melalui Facebook. Beruntungnya, respons pengguna Facebook positif. Dwi kebanjiran pesanan adonan bakso.
"Kita promo di Facebook itu bahkan sehari bisa 5 kali dan sekali posting langsung ratusan grup karena kita tidak ada budget untuk promosi jadi mengandalkan di Facebook," ujarnya.
Merasa mulai yakin dengan usaha bakso, Dwi kemudian membuka warung bakso kecil di Kota Batu. Penjualan di warung mengalami peningkatan meski pada momen tertentu penjualan menurun.
Dwi terus beradaptasi, dia berpikir untuk mendiversifikasi produknya. Terinspirasi dari tren bakso aci beku. Dwi memutuskan untuk berjualan paket bakso Malang beku. Sehingga masyarakat dapat mengkonsumsi bakso Malang kapan saja.
Ide tersebut membuahkan hasil positif. Dwi kembali menawarkan produk tersebut ke Facebook. Satu pengguna Facebook kemudian meminta izin beberapa bungkus paket bakso Malang beku milik Dwi dijual ke Hong Kong.
"Sehabis itu permintaan dari Hong Kong ini kayak laron, banjir orderan itu sampai viral. Kami bahkan bisa sampai 12.000 bungkus per minggu," ujarnya.
Secara bertahap, utang Rp2 miliar Dwi terlunasi melalui bisnis bakso Malang yang diberi nama merk Bakso Malang Srikatih.
Sebagai bentuk rasa syukur, di warung bakso Dwi menjual porsi bakso gemulang utang seharga Rp2.000 yang berisi dua bakso, satu tahu, dan satu gorengan. Menu ini hanya bisa dikonsumsi di tempat.
"Menjual ini karena saya ingin berbagai rasa bahwa dengan uang Rp2.000 Anda bisa tetap mencicipi bakso saya karena dulu pun saya makan hanya nasi goreng garam. Kakak saya tak mampu belikan jajan bakpao untuk anaknya yang cuma Rp1.500," kenang Dwi.