Bos OJK sebut perbankan dalam negeri berpotensi kuasai ASEAN
Kapabilitas perbankan Indonesia untuk mendukung ekspansi dinilai masih cukup besar.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) optimis industri jasa keuangan dalam negeri bisa mengembangkan sayap bisnis ke kawasan ASEAN. Apalagi, dalam waktu dekat Indonesia akan menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau pasar bebas ASEAN.
Ketua Dewan Komisioner OJK, Muliaman D. Hadad menyebut hingga saat ini Indonesia masih menjadi salah satu negara terbesar pendorong ekonomi kawasan. Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Indonesia mencapai USD 888,5 miliar pada tahun 2014.
-
Bagaimana OJK mendorong pengembangan perbankan syariah? Berbagai kebijakan dikeluarkan OJK untuk mendorong pengembangan perbankan syariah bersama stakeholders terkait beberapa inisiatif seperti: Mulai dari perbaikan struktur industri perbankan syariah yang dilakukan melalui konsolidasi maupun spin-off unit usaha syariah (UUS). Lalu penguatan karakteristik perbankan syariah yang dapat lebih menonjolkan inovasi model bisnis yang lebih rasional, serta pendekatan kepada nasabah yang lebih humanis; Pengembangan produk yang unik dan menonjolkan kekhasan bank Syariah, sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi masyarakat untuk meningkatkan competitiveness perbankan syariah. Lalu, peningkatan peran bank syariah sebagai katalisator ekosistem ekonomi syariah agar segala aktivitas ekonomi syariah, termasuk industri halal agar dapat dilayani dengan optimal oleh perbankan syariah; dan Kelima, peningkatan peran bank syariah pada dampak sosial melalui optimalisasi instrumen keuangan sosial Islam untuk meningkatkan social value bank syariah.
-
Apa yang dikatakan OJK mengenai sektor jasa keuangan Indonesia saat ini? Rapat Dewan Komisioner Bulanan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 30 Agustus 2023 menilai stabilitas sektor jasa keuangan nasional terjaga dan resilien dengan indikator prudensial. seperti permodalan maupun likuiditas yang memadai serta profil risiko yang terjaga di tengah meningkatnya ketidakpastian perekonomian global.
-
Kenapa OJK mengimbau masyarakat waspada terhadap penipuan keuangan? Masyarakat Indonesia diimbau agar selalu waspada terhadap modus penipuan layanan di sektor jasa keuangan. Pasalnya sudah terjadi penipuan yang merugikan banyak korban.
-
Bagaimana OJK meningkatkan sinergi dan kolaborasi untuk memperluas akses keuangan? Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bersama seluruh pemangku kepentingan terus meningkatkan sinergi dan kolaborasi memperluas akses keuangan di seluruh wilayah Indonesia dalam mendukung Pemerintah mencapai target Inklusi Keuangan sebesar 90 persen pada 2024.
-
Bagaimana OJK mendorong penguatan governansi di sektor jasa keuangan? OJK telah meminta agar Industri Jasa Keuangan terus memperkuat governansi antara lain dengan penerapan manajemen risiko dan manajemen anti-fraud serta penyuapan.
-
Bagaimana OJK mengedukasi masyarakat tentang keuangan di Jawa Tengah? Kegiatan The Jewel of Central Java merupakan bentuk kolaborasi dan sinergi bersama untuk terus memberikan edukasi secara masif kepada masyarakat Jawa Tengah serta dikemas dalam bentuk edukasi keuangan melalui kesenian daerah agar lebih menarik minat dan dapat lebih mudah dipahami oleh masyarakat.
"PDB Indonesia mencapai 36 persen dari seluruh PDB di kawasan ASEAN," ujarnya di Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin (12/10).
Tak hanya itu, Indonesia juga diuntungkan dengan banyaknya jumlah penduduk yang mencapai sekitar 250 juta jiwa. Ini merupakan pasar terbesar atau sekitar 40 persen dari jumlah penduduk ASEAN.
"Di sisi sektor jasa keuangan, saya dapat bandingkan dengan beberapa negara tetangga di ASEAN, size sektor jasa keuangan Indonesia masih relatif kecil dibandingkan PDB," jelas dia.
Hal ini menunjukkan, selain tantangan juga masih terbukanya ruang yang besar untuk terus tumbuh dan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi nasional.
Di industri perbankan, total asset perbankan Indonesia dibandingkan bank-bank besar di ASEAN (Singapura, Malaysia, Thailand) masih relatif kecil. Total aset perbankan Indonesia bila dibandingkan PDB masih sebesar 55 persen lebih rendah dibanding Filipina sebesar 88 persen, Thailand sebesar 142 persen, Malaysia sebesar 208 persen dan Singapura mencapai 359 persen. Aset perbankan dalam negeri masih berpotensi berkembang.
"Sebagai contoh, total asset Bank Mandiri sebagai bank terbesar di Indonesia hanya mencapai Rp 888 triliun, jauh di bawah DBS Bank, Maybank atau Krung Thai yang masing-masing mencapai Rp 5.970 triliun, Rp2.331 triliun dan Rp1.162 triliun," kata Muliaman.
Namun, menurut Muliaman perbankan dalam negeri lebih resilient dibanding negara ASEAN lainnya. Hal itu ditopang dengan tingginya rasio kecukupan modal atau CAR yang cenderung meningkat tiap tahunnya.
Nilai CAR perbankan Indonesia pada semester I-2015 mencapai 20,3 persen, lebih tinggi dari Malaysia yang hanya 14,9 persen dan Thailand yang mencapai 16,5 persen.
"Ini menunjukkan kapabilitas perbankan Indonesia untuk mendukung ekspansi dan meng-cover risiko lebih baik," ucapnya.
Sementara itu, dilihat dari sisi rentabilitas, kemampuan perbankan Indonesia dalam menghasilkan laba relatif lebih tinggi dibandingkan dengan negara Asean. Rasio Return On Asset (ROA) perbankan Indonesia di semester I-2015 mencapai 2,3 persen, lebih tinggi dari Thailand atau Fillipina yang nilainya masih di bawah 2 persen.
"Secara tidak langsung juga menunjukkan bahwa Indonesia merupakan pasar potensial bagi perbankan negara lain untuk melakukan ekspansi bisnisnya," ungkap dia.
Dari sisi pasar modal, Muliaman mengakui Indonesia dan negara ASEAN lainnya sedang mengalami tekanan cukup dalam. Pada Oktober 2015 ini situasi pasar saham di Negara kawasan ASEAN kembali menunjukkan perkembangan cukup bagus seiring dengan penguatan bursa global dan regional.
"Kita sempat menjadi salah satu yang mencatatkan pertumbuhan tertinggi di ASEAN yaitu pada tahun 2014, IHSG tumbuh sebesar 22,3 persen. Saya meyakini pada periode ke depan Industri pasar modal kita masih memiliki peluang yang cukup besar untuk mencatatkan pertumbuhan yang bersaing dengan negara-negara Asean lainnya," tutur Muliaman.
Kapitalisasi pasar modal dibandingkan GDP di Indonesia hanya sebesar 45 persen lebih rendah dari Filipina yang 113 persen, Thailand sebesar 105 persen, Malaysia sebesar 149 persen dan Singapura sebesar 256 persen.
Baca juga:
OJK nilai perbankan nasional tak siap hadapi pasar bebas Asean
OJK dorong industri keuangan bersaing di pasar bebas ASEAN
Tahun depan, pemerintah beri subsidi asuransi petani
OJK susun aturan agar perusahaan tambang asing IPO di bursa RI
OJK tegaskan lepas tangan pada korban investasi bodong